Bagian 48

456 37 0
                                    



48. Berbeda kelas





***





Angin berhembus kencang, hawa terasa dingin seakan menjadi syarat turunnya rintikan hujan yang akan terjadi sebentar lagi. Tentu saja itu salah, meskipun hawa terasa dingin langit malam diatas begitu cerah, dihiasi awan-awan putih bersih dan ribuan bintang yang mengelilinginya.

Pemuda itu berdiri tepat diatap rumahnya, atap dibagian lain rumahnya itu didesain sebaik mungkin untuk menjadi spot terbaik menikmati keindahan langit malam dengan teropong. Mahesa bukan penikmat keindahan langit malam sebenarnya, ia hanya merasa jenuh diapartemen, lantas pergi kerumahnya lalu berinisiatif melihat langit malam diatap rumah.

Mahesa itu cuek, Namun ia tidak suka kesunyian. Tinggal diapartemen tidak sepenuhnya membuat Mahesa merasa nyaman, tidak adalagi keributan dari teriakan Reysa adiknya, Ia tidak bisa merasakan enaknya masakan Sinta atau bagaimana perhatian Mommynya itu padanya. Mahesa pun, merindukan candaan palsunya dengan Arga. Candaan itu bagi Mahesa hanya kepura-puraan, diluar semua itu. Saat dirinya dan Arga bertemu berdua diluar rumah, hanya suasana sunyi menyelimuti.

"Abang, ini dingin."

Sinta muncul dari arah pintu menuju atap, wanita itu membawa sebuah jaket tebal. Tiba disamping Mahesa, wanita itu langsung menyampirkan jaket itu ketubuh Mahesa.

"Bandung kalau malam dingin, ngapain kamu diatap? Gak pake jaket, kalau sakit Mommy yang repot."omel Sinta mode ibu-ibu.

Kontan matanya melirik pakaian Sinta, berdecak begitu melihat daster yang hanya Sinta gunakan sekarang. "Mommy aja yang pake jaketnya."ucapnya memasangkan balik jaket itu ketubuh Sinta.

"Kok, Mommy yang harus pake?"

"itu daster tipis kainnya, dibanding kaos lengan panjang Mahesa. Kemungkinan orang masuk angin disini itu sudah pasti Mommy."

Sinta melirik daster ditubuhnya, akhirnya keinginannya untuk memberikan Mahesa jaket itu terkubur sudah. "Bang..."

Mahesa menoleh.

"Mahesa kalau kangen rumah, tetep tinggal disini aja, apartemennya biarin aja. Tinggal sendiri itu gak enak. Mommy juga ngerasain. Reysa kadang nginep tempet Grandpa, Daddymu akhir-akhir ini kerjanya pulang malem terus. Mommy sendirian terus dirumah."curhat Sinta lirih, mengusapi punggung Mahesa pelan. Menyalurkan kasih sayangnya untuk putra satu-satunya ini.

"Mommy gak mau pake jasa pembantu tetap aja? Maksudnya biar Mommy ada yang nemenin dirumah sama gak kecapean beresin rumah segede ini sendiri."

Sinta menggeleng, sejak Mahesa berumur sepuluh tahun dirinya memutuskan berhenti bekerja diperusahaan dan fokus merawat keluarga kecilnya. Sinta tidak masalah setiap hari disibukkan dengan rumahnya yang sering berantakan, sesekalipun Ia bisa menyewa pembantu. Jadi, Sinta tidak merasa lelah.

"Mommy waktu itu gak sengaja mampir keruangan Daddy, terus ngeliat kamu ngomong sama Daddy gak kayak Mahesa sama Daddy dirumah."

Mahesa tersentak pelan.

"gak mungkin kan, alasan kamu pindah selain karena mau mandiri itu karena Daddy?"

Mahesa [COMPLETED]Where stories live. Discover now