Bagian 11

976 71 2
                                    

     HAPPY READING BRO!





                        11. Perdana bolos








                                      ***








"maafin aku Maang! aku gak bakal ulangin lagi, aku gak mau alfa jadi tolong izinin aku sama Bu guru kalau aku dirumah sakit, tapi jangan bilang kalau akunya yang sakit, nanti aku sakit beneran padahal sehat hehe, Mang jadi walinya aku," ucap Rain merasa tak enak, ia sedang berbicara lewat telepon dengan Mang sipto –sopir pribadinya. Rain tersenyum saat mendengar balasan dari Mang sipto. "serius? Makasih, Mang! Dah!"

Sambungan telepon diputuskan sepihak oleh Rain. Rain memakai maskernya, hari ini sudah pasti kondisi wajahnya amat jelek, semalaman Rain tidak bisa tidur karena Mahesa, Mahesa kekeuh menemaninya padahal Rain merasa aneh, Mahesa memang tidak menganggunya tapi mengetahui dirinya berada seruangan dengan Mahesa, membuat Rain tidak bisa berfikir jernih. Akhirnya pada pukul tiga pagi, Mahesa mengalah ia keluar dari ruangan itu dan bergabung diruang rawat anggota geng Ravila lainnya, saat Mahesa pergi Rain baru bisa tertidur. Dan karena hal itu, Rain kesiangan dan tidak turun sekolah.

"lo nangis? Gara-gara bolos?" tanya Damian heran, Rain mengusap air matanya cepat, benar ia menangis karena membolos sekolah, Rain tidak bisa membayangkan dirinya ketinggalan materi pelajaran. dari bangun tidur tadi Rain sudah menangis diruang rawat milik Mahesa, Damian yang tidak sengaja melihat Rain menangis sendiripun memilih mengajak gadis itu membeli makanan untuk yang lainnya. "buru, naik!" titah Damian sedikit geram saat mereka berdua sudah berada diparkiran. Rain tersentak, dengan segera ia ikut memakai helm dan duduk dijok belakang motor Damian.

Selama perjalanan tidak ada apapun yang mereka bahas, hanya keheningan yang menemani mereka. Damian memarkirkan motornya didepan supermarket, ia melepaskan helm lalu menggantung helm tersebut dikaca spion. Rain menangis dibalik helm dengan kepala menunduk, kedua bahu gadis itu bergerak naik turun. Damian berdecak jengkel, baru kali ini melihat gadis yang menangis hanya karena ketinggalan pelajaran. Ia memilih mengabaikan Rain dan masuk kedalam supermarket, Damian membiarkan gadis itu meredam kesedihannya.

Dua puluh menit berlalu, Damian keluar dari pintu supermarket dengan kedua tangan membawa kresek besar penuh makanan untuk anggota geng Ravila selama dirumah sakit. Damian menggantung kresek tersebut dimotor sportnya, tangannya meraih satu botol air mineral. Ragu-ragu Damian membuka kaca helm Rain, menatap mata gadis itu yang sembab dan dengan kantong mata menghitam. Mereka sempat beradu pandang beberapa detik, Damian berdehem karena tiba-tiba merasa canggung.

"nangis itu buang tenaga, mending lo minum, pasti lo haus karena tubuh lo kebanyakan mengeluarkan air mata." terang Damian datar, tangannya menyodorkan sebotol air mineral kehadapan Rain.

Rain menyemburkan tawa, tapi matanya masih mengeluarkan air mata, Rain mengusap air matanya, lalu menerima air mineral itu. "nangis gak bikin haus," balasnya masih tertawa."mana?"

Damian mengernyit. "mana apa?"

"makanan, aku laper. Kayak kata kamu, nangis itu buang tenaga, aku habis nangis jadi tenaga aku kebuang banyak. Lagian Masa minum doang makanan enggak?"

"gak tau diri!" tukas Damian mendumel, sudah diberi minuman lalu minta lebih? Rain tipe gadis kayak apa sih. Namun, bunyi perut keroncongan Rain, membuat nya sedikit tak tega. "Ayo, cari makan!" sambung Damian dengan raut wajah tidak ikhlas, senyum Rain mengembang, ia memakai helm semangat lalu duduk santai dijok belakang motor Damian.







Mahesa [COMPLETED]Onde histórias criam vida. Descubra agora