Bagian 21

813 51 3
                                    











                   21. Menenangkan Rain







                                    ***








Ternyata tempat adem dan aman untuk membolos yang dimaksud Kenan adalah, laboratorium ipa, kebetulan laboratorium hari ini kosong. Jika ke rooftop Kenan merasa bosan, mereka juga punya ruangan khusus yang dibeli saat lelang. Tapi, akhir-akhir ini Mereka tidak bisa membolos atau menghabiskan waktu disana, karena pasti ada saja guru yang mengomel dan menyuruh mereka untuk tidak menghabiskan waktu disitu. Padahal mereka beli pakai uang sendiri, ya terserah mereka dong.

Kenan mengigil, Saga menyalakan lima AC sekaligus membuat tubuhnya terasa beku. Kenan mengambil dua meja, menyatukan meja itu membentuk tempat tidur yang nyaman untuk ia tidur.

Berbeda dengan Mahesa, setelah lebih dari satu jam disini, pria itu malah sibuk dengan alat-alat eksperimen yang membuatnya penasaran. Contohnya mikroskop, dan ramuan-ramuan yang sama sekali tidak dimengertinya.

Ketukan pada pintu membuat Kenan dan Saga terlonjak. Mahesa terkekeh melihat reaksi sahabatnya, Mahesa melepaskan kacamata putih yang didapatnya di laci lab tadi, lalu mendekat kearah pintu.

"bukan guru," beritahu Mahesa setelah tangannya memegang gagang pintu, lalu keluar dari lab.

"sialan, udah keburu kaget gue," timpal Kenan.

Tak berselang lama, Mahesa kembali masuk kedalam lab dengan tangan kanan membawa sekantung plastik. Mahesa menaruh plastik itu keatas meja, dan kembali duduk.

"apaan tuh?" tanya Saga penasaran. tanpa menjawab Mahesa mengeluarkan sebuah apel membuat Saga manggut-manggut. "lo nyuruh siapa buat pergi ke toko buah?"

Mahesa mengedik, ia tidak kenal dengan siswa yang tadi disuruhnya membolos hanya untuk membeli buah.

"anjir, pasti orang gak lo kenal, asal lo suruh aja."

"lo tau gak usah nanya!" balas Mahesa tajam. Mahesa melirik jam ditangannya, sebentar lagi bel istirahat akan berbunyi. "gue mau ke UKS," jelas Mahesa langsung keluar dari lab.

Kenan yang tidur beranjak duduk dengan mata melotot, ia melirik Saga memberi isyarat untuk mengikuti Mahesa.

"GUE IKUT!!!" pekik Kenan berusaha menyusul langkah cepat Mahesa.







                                     ***









Mahesa, Saga dan Kenan berjalan melewati setiap kelas menuju UKS, mereka bertiga menjadi sorotan setiap kelas yang masih melakukan pembelajaran. Para guru hanya melihat dengan raut kesal, bersyukur Mahesa dan sahabatnya itu membolos tidak pada jam mengajar mereka.

Sesampainya di UKS, Mahesa menggeser tirai, Rain tidak terlihat di sisi manapun UKS.

"bisa sakit lo Fan?" tanya Saga melirik Fanya yang duduk diatas kasur dengan tubuh menyender, disampingnya ada Damian yang duduk disofa sembari memainkan ponsel. Damian hanya menemani, untuk tugas merawat dan mengobati Fanya itu urusan dokter dan petugas PMR, karena menurut Damian, dia hanya seorang sahabat kecil untuk Fanya, bukan bodygoard yang siap dibikin repot.

Fanya mendengus. "bisalah, lo pikir gue apaan!!" sungutnya berapi-api.

"oh bisa ... Gue pikir langsung koid." sahut Saga terbahak.

"kaget gue, kok bisa ya gue ngomong sama setan?" tanya Fanya sinis.

"lo nyari siapa di UKS Sa?" tanya Kenan penasaran, ia memperhatikan Mahesa yang tengah sibuk membuka satu persatu tirai.

Mahesa [COMPLETED]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu