40-a

1K 177 35
                                    

Ketika gue bangun, kepala gue terasa pusing banget. Lalu perlahan gue buka kedua mata gue dan menatap langit-langit sebuah ruangan yang tampak asing bagi gue. Putih. Lebih tepatnya serba putih. Sempat gue berpikir kalau gue udah gak di dunia lagi melainkan di akhirat. Bodoh emang. Tapi masa iya di akhirat ada kalender. Emang ngaruh apa kalender kalau udah ada di akhirat?.

Gue dudukin badan gue dan bersandar sebentar sembari mengingat apa aja yang terjadi sama gue. Yang jelas gue dalam keadaan berbusana ya bukan kayak di film-film tiba-tiba udah bugil aja. Kebanyakan nonton sinetron kali ya gue. Tapi kenapa bajunya beda?. Siapa yang gantiin baju gue? Ya kali gue sendiri. Pasti orang lain. Dan setelah gue telisik lebih jauh. Ini bukan kamar gue, bukan kamar suho juga. Jadi ini kamar siapa?.

Gak lama suara pintu berderit terdengar, sesosok manusia karena jelas kakinya napak di ubin. Kalau dia setan pasti udah gentayangan, terus mana mungkin segala buka pintu bawa nampan segala? Mau jadi pelayan nasi Padang?.

Orang itu menaruh nampannya di nakas di samping tempat tidur, samar-samar gue melihat wajah orang itu. Yang jelas rambutnya panjang tapi bukan mba kunti ya. Mana iya mba kunti pake baju berbunga-bunga. Baru tau gua. Lalu setelah gue sadar gue terperanjat kaget.

"Lo?!?!"

"Ngapain lo nenek lampir disini?"

"Lo pingsan di jalanan, Sehun sengaja bawa lo kesini karena gak mau bikin orang tua lo khawatir"

"Ini dimana?"

"Kamar gue" ucap Irene singkat.

Gue pun beranjak dari ranjang nenek lampir dan bergegas keluar tetapi gerakan gue terhenti ketika Sehun, menghalangi jalan gue.

"Minggir lo!"

"Lo mau kemana?"

"Bukan urusan lo sialan!" Baru aja gue mau melangkah tetapi tubuh gue udah di dorong sama Sehun sehingga gue terduduk di ranjang Irene kembali. Sedangkan Irene udah keluar dari kamarnya, entah kemana itu nenek lampir.

"Diem disini. Dan makan itu bubur!"

"Gak mau! Siapa tau lo campurin itu makanan sama racun?"

"Keras kepala banget sih lo"

"Bodo"

"Makan atau lo makan pakai cara gue!"

"Beraninya ngancem doang lo, lo pikir gue takut?" tantang gue ke Sehun. Serius ya Sehun ini hobi banget ngancem orang. Keturunan mafia kali ya.

"Oke kalah itu mau lo. Gue gak masalah harus nyuapin lo sama mulut gue. Justru lo yang bermasalah karena kita cuma bertiga di kosan ini dan Irene lagi di dapur jadi dia gak akan denger apa yang bakalan gue lakuin ke elo" ujar Sehun yang mulai membuka satu persatu kancing kemejanya.

Gila! Emang dasar Sehun tuh udah gila!! Dia mau melecehkan gue?. Kurang ajar. Udah jadi pebinor sekarang mah ngelecehin anak gadis kayak gue pula. Fix, Sehun gak waras gue rasa.

"Sinting lo! Yaudah sini mana gue makan itu bubur. Pergi lo cowok sialan dari kamar ini. Eneg gue liat muka lo" gue ambil aja nampan yang berisi bubur yang tidak aesthetic sama sekali. Bubur putih polos tanpa apapun. Gue yakin rasanya juga gak enak.

"Kalau lo belum makan itu bubur juga, jangan harap lo bisa lepas dari gue"

"Yeu pedofil!" teriak gue ke Sehun yang berjalan keluar dari kamar Irene.

Dicium dari baunya sih enak tapi gak tau deh rasanya. Gimana kalau ada racunnya? Atau jangan-jangan ada jampi-jampian atau pelet gitu kayak di film-film?. Tapi perut gue dari tadi merasa keroncongan apalagi pas mencium bau aroma bubur ini, berasa ada gaya tarik menarik. Jadi dilema. Makan tidak ya?.

tbc

BBB (Brother vs Boyfriend vs Bestfriend )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang