Part 26: True Feeling

130 11 1
                                    

"Bagaimana kamu bisa memastikan jika Ellen udah bener-bener rela ngelepasin kamu karna gak bisa balikan sama dirinya?" tanya Alex pelan. Di dalam bayangannya, jika Ellen sudah sampai bersusah payah seperti ini, tentunya Ellen pasti akan berusaha mendapatkan apa yang mau. Jika Jonatan menolak Ellen untuk saat ini, apa benar Ellen sudah rela untuk melepas Jonatan?

Jonatan tersenyum saat mendengar pertanyaan polos dari Alex. Persis seperti yang ada di dalam pikirannya saat ia bertemu dengan Ellen.

--- Flashback at Kafe Kenangan ---

"Oke. Aku mau kalo kita balikan untuk menjadi teman lagi," ucap Jonatan akhirnya menyetujui permintaan Ellen. Toh apa gunanya menambah musuh bukan? Lebih baik jika kita menjadikan mantan sebagai teman dibandingkan menjadikan mantan sebagai musuh. Mau bagaimanapun, Ellen sudah pernah mengisi hari-harinya dulu dengan indah, jadi untuk apa menolakan ajakan Ellen untuk berteman kembali?

"Ada syaratnya," lanjut Jonatan sebelum Ellen berteriak kegirangan.

"Apa itu syaratnya? Kalo bisa aku penuhin, aku lakuin nanti," ucap Ellen ingin mengetahui terlebih dahulu syarat yang diajukan Jonatan.

"Nanti kalo misalkan Alex butuh validasi kalo lo udah relain gua jadian sama dia, lo kudu mau buat ngebantuin gua jelasin langsung ke Alex, karena menurut gua, Alex pasti gabisa percaya langsung sama omongan gua. Terus, yang kedua, pastiin hati lo bener-bener rela buat ngelepasin gua dan ngerelain gua jadian sama Alex. Gua gapapa kalo misalkan lo gak dukung dengan pilihan gua, tapi gua harap lo bisa melepaskan gua dan membiarkan gua memilih untuk jadian dengan orang yang gua sayang. Gimana?" sahut Jonatan mengucapkan syaratnya.

Ellen tampak menimbang-nimbang sejenak syarat yang baru saja diberikan Jonatan. "Hmm, agak berat ya syaratnya," ucapnya.

Jonatan tersenyum. Terlihat mudah syaratnya, namun akan sulit dilakukan bagi seseorang yang sudah sayang kepada dirinya. Karena itu, agar Jonatan bisa benar-benar yakin apakah Ellen bisa melepas dirinya atau tidak, maka Jonatan mengajukan syarat seperti itu. "Gua gak bakalan maksa lo juga kok. Ini semua bergantung pada diri lo lagi. Kalo misalkan lo udah rela buat ngejadiin gua sebagai teman lo saja, lo pasti akan siap untuk membantu gua nantinya," balas Jonatan.

"Oke deh. Aku mikir-mikir dulu ya," jawab Ellen. Sepertinya ia belom bisa menemukan jawaban yang terbaik untuk dirinya.

"As you wish," kata Jonatan. "Ini nomor gua, silahkan lo simpen, dan jangan lupa kabarin gua kalo misalkan lo udah tau jawabannya," lanjut Jonatan lagi sambil memberikan kontak yang bisa dihubungi.

Jonatan akhirnya mendapatkan jawaban dari Ellen dua hari setelah mereka bertemu di kafe. Ellen menelponnya langsung.

"Halo, Jonatan. Gua udah siap buat ngebantuin lo."

"Halo. Ini beneran Ellen? Gak pake aku-kamu?"

"Iya. Kan hitung-hitung biar gua bisa menerima lo sebagai teman gua, mantan."

"Hahahahaha, bisaan aja lo. Oke deh, berarti kalo misalkan nanti gua butuh bantuan lo, lo siap kan?"

"Just call me, my ex."

"Siap. See you ya."

Jonatan menarik napas lega. Urusannya dengan Ellen sudah selesai, ini saatnya ia berbicara secara jujur kepada Alex.

--- End of the flashback ---

"Kalo kamu mau tau jawaban pastinya, temanin aku dinner besok malam ya. Aku bakal jelasin langsung disana," ucap Jonatan sambil mengelus rambut Alex. Mengelus kepala Alex adalah hal yang paling Jonatan sukai saat ia bisa berdua saja bersama dengan Alex.

Because Of MusicOù les histoires vivent. Découvrez maintenant