Part 25: Jonatan's Flashback

99 11 0
                                    

"Setelah aku menceritakan alasanku, apakah aku masih bisa memperoleh kesempatan kedua dari kamu, Jonatan?" tanya Ellen perlahan.

"Hah?" balas Jonatan terkejut. Untung saja dirinya sedang tidak meminum minumannya, karena jika iya, sudah pasti Jonatan akan tersedak ketika mendengar pertanyaan Ellen.

"Eh, kalo misalkan kamu gak mau jawab juga gapapa, kan aku cuma nanya aja," ucap Ellen terburu-buru, takut Jonatan berpikir yang tidak-tidak.

Jonatan tersenyum hambar. Andaikan lo nanyain ini di tahun kemaren pas masih awal-awal kuliah, gua langsung terima nih. Tapi kalo sekarang, hmm, batin Jonatan sambil berpikir. "Lo kayaknya harus tau deh masa-masa dimana lo udah ninggalin gua. Tanpa Kevin sama Nico, kayaknya gua gak bakal bisa jadi Jonatan yang kayak sekarang deh," balas Jonatan pelan. Dengan nada sedikit menyindir tentunya.

"Sorry," sahut Ellen lagi.

"Yauda iya. Gak usah minta maaf lagi. Tapi sekarang giliran gua yang minta maaf ya. Gua mau minta maaf karena gak bisa balikan sama lo," ujar Jonatan sambil tertunduk. Takut melihat ekspresi sakit hati dari Ellen.

Diluar dugaan, Ellen malah tersenyum. Namun jika diperhatikan secara seksama, senyuman yang Ellen berikan adalah senyuman sakit hati karena tidak bisa kembali lagi dengan mantannya itu. Walaupun begitu, Ellen tidak ingin membuat Jonatan merasa bersalah. Ini adalah kesalahannya dulu dan Jonatan berhak jika ia tidak mau kembali lagi dengan dirinya.

"Gausah nunduk gitu dong. Aku bakal terima kok jawaban dari kamu, sekalipun jawaban kamu itu adalah tidak," ucap Ellen mencoba menenangkan Jonatan. Senyum getir terlihat disana. Jonatan mengangkat kembali wajahnya, tidak menyangka jika Ellen bisa menerima jawabannya itu. "Terima kasih karena kamu udah ngerti," balas Jonatan.

"Apa karena cowok itu?" tanya Ellen hati-hati. Takut menyinggung perasaan Jonatan.

"Cowok yang mana?" balas Jonatan tidak mengerti.

"Cowok yang aku lihat pas selesai kamu perform. Kamu ketemu sama satu cowok dan kamu senang banget. Rasa senang seperti dulu pas kamu di SMA," ucap Ellen menjelaskan. Jonatan menggangguk mengerti. Pasti yang dia maksud itu Alex, pikir Jonatan.

"Iya. Dia yang udah ngebalikin senyum gua, dia yang udah ngebuat hari-hari gua berwarna lagi," jawab Jonatan. Ia pikir lebih baik untuk berkata jujur saja dibanding ia berbohong lagi. Jonatan sempat melihat keterkejutan Ellen, namun Ellen bisa menguasai dirinya lagi.

"Kaget ya kalo ternyata mantan lo ini sekarang suka sama cowok?" tanya Jonatan. Ellen langsung menggeleng. "Ngga kok. Ya kaget dikit sih, tapi apapun itu, ya itu hak kamu buat bisa meraih kebahagiaan yang kamu mau. Dengan siapapun itu," balas Ellen.

"Lo gak mandang aneh atau mandang rendah gua?" sahut Jonatan pelan. Takut jika Ellen akan berpikir yang tidak-tidak mengenai dirinya sekarang.

"Ngga kok. Tenang aja. Aku akan selalu ingat kamu sebagai Jonatan yang aku kenal kok," kata Ellen sambil tersenyum. Ia pun memegang tangan Jonatan, kemudian memijatnya pelan, ingin memberikan dukungan untuk mantannya itu.

"Anyway, aku punya satu permintaan. Apakah boleh?" Ellen merasa masih ada satu harapan lagi untuk bisa tetap dekat dengan Jonatan. Ia tidak mau Jonatan menjauhi dirinya atau menganggap Jonatan adalah orang yang harus dijauhi karena sudah menjadi mantan kekasih.

"Apa itu?" balas Jonatan singkat. Ellen kemudian menarik napasnya. "Aku mau kita balikan sebagai teman. Apakah bisa kita tetap saling kontak walaupun hanya sebagai teman? Aku gak mau nambah-nambahin list orang yang harus dijauhi karena sudah menjadi mantan dan aku tetap mau komunikasi kita tetap ada meski gak se-intens selagi kita pacaran," pinta Ellen.

Because Of MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang