Part 9

1.3K 61 8
                                    

Kamu memang terlihat indah.
Memukau bagaikan bintang.
Cantik bagaikan bunga.
Dan mempesona bagi yang melihatnya.
Namun, tidak bagiku.
Kamu tak lebih dari serangga.

***

"Mau apa ke sini?" tanya Shareen tanpa perlu basa basi.

Orang di depannya hanya menyengir lebar menunjukkan gigi gingsulnya yang diakui memang membuatnya terlihat manis.

"Tujuan kamu ke sini untuk apa?" ulangnya

"Mau main sama Aldo, mau jalan-jalan kayak dulu."

Shareen menatapnya jengah. Orang di depannya ini kerap kali datang dengan muka manis layaknya kucing yang meminta makan. Tapi cukup, dia tidak akan tertipu lagi.

"Dulu dan sekarang itu berbeda. Kalian udah sama-sama dewasa. Gak pantas untuk umuran kayak kalian masih dalam zona bermain. Lagian, Aldo sudah berangkat kerumah sakit. Dia gak ada di sini."

"Padahal aku sengaja mampir ke sini buat ketemu Aldo. Aku sudah mendatangi rumahnya. Tapi kata tante, Aldonya gak dirumah. Kamu sembunyiin dia kan? ngaku kamu!"

"Aldo memang sudah berangkat kerja. Aku gak bohong."

"ALDO.....ALDO....!!!" Teriaknya tanpa rasa malu.

"Cukup, Vera! Aldo gak ada dirumahku. Dia sudah berangkat kerja sejak 1 jam yang lalu. Kamu jangan buat keributan dirumahku dong." Shareen mencoba mengingatkan.

"Tapi Vera mau ketemu sama Aldo. Aku udah lama gak main sama dia. Gara-gara kamu, waktu Aldo buat aku udah gak ada lagi. Kamu benar-benar jahat." Vera justru terisak, membuat Shareen jengah menghadapi perempuan yang usianya 2 tahun lebih tua darinya.

Shareen mengusap wajahnya kasar, menghadapi seseorang yang kejiwaan terganggu memang bukan hal yang bisa dikendalikannya. Vera menderita PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), itu merupakan gangguan kejiwaan akibat trauma masa lalu.

Saat berumur 7 tahun, Vera dan Aldo bermain di taman. Tiba-tiba saja ada penculik yang langsung membekap dan membawa Vera pergi. Beruntungnya saat itu Aldo berhasil lari dari penculiknya. Vera harus menghadapi rasa takutnya sendirian saat penculiknya membawa ke tempat kotor yang tidak di ketahuinya. Untungnya dia berhasil di bebaskan besok harinya dan penculiknya telah di penjara.

Namun, trauma yang menghantuinya sampai sekarang masih terasa. Kadang-kadang ketika kambuh, dia seolah kembali pada peristiwa itu saat bermain dengan Aldo.

"Aldo emang kerja, kamu bisa pergi ke rumah sakit kalo gak percaya." Shareen melembutkan suaranya, menghadapi cewek didepannya harus ektra sabar.

"Yaudah, Vera pergi dulu ya. Shareen hati-hati di rumah. Bye-bye!" ucap Vera ceria lalu meninggalkan pekarangan rumah Shareen sambil melompat-lompat layaknya anak kecil.

Shareen bergegas menutup pintu sebelum ada yang kembali mengganggu aktivitasnya. Dia berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air putih. Dalam beberapa tegukan, air itu sudah tandas dalam tenggorokannya.

Pengacau sudah pergi, tidak akan ada lagi yang mengganggu acara bucinnya dengan drama korea. Dia berjalan pelan menaiki tangga menuju kamarnya, mengambil laptopnya kembali dan memutar drama yang sempat tertunda. Matanya fokus pada layar laptop di depannya.

Kepalanya mendadak pusing, fokus pada drama yang di tontonnya juga sudah buyar. Dia tidak dapat berkonsentrasi kembali. Pusing dikepalanya justru semakin menjadi-jadi.  Laptop yang semula di pangkuannya sudah beralih posisi ke sampingnya dengan tidak rapi. Tangannya mulai meraba hidungnya saat cairan hangat mulai merembes ke bajunya.

Cairan merah kental dengan bau amis sangat kentara di indra penciumannya. Jemarinya berubah menjadi merah. Penglihatannya mulai berkunang-kunang. Shareen perlu seseorang yang bisa dimintai pertolongan.

Aldo!

Satu nama terlintas di kepalanya. Tangannya meraba nakas, namun sial ponselnya justru jatuh sebelum berhasil menghubungi Aldo. Dia ikut kehilangan keseimbangan dan berakhir terjatuh dengan menghantam lantai yang dingin. Kesadarannya mulai menghilang dan semuanya berubah menjadi gelap.

My Beloved DokterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang