Part 12

1.9K 121 59
                                    

Banyak yang komen buat next. Jadi aku turutin keinginan kalian. Seneng gak?

---

Aldo berjalan lesu memasuki ruangan tempat Shareen berada. Matanya langsung tertuju pada sosok yang tengah menampilkan senyum untuknya. Meskipun dengan wajah yang pucat, senyum itu tetap terbentuk dengan indah. Jika saja Shareen tau yang sebenarnya, masih mampukah dia untuk tersenyum seperti itu?

"Kamu dari mana, Al? aku udah nungguin kamu dari tadi." tanya Shareen dengan sedikit merajuk.

"Maaf, aku tadi ada keperluan yang harus di urus. Kamu gak takut kan tadi?" Aldo sedikit merapikan rambut Shareen yang menutupi wajahnya.

"Aku kan pemberani, mana mungkin aku takut. Aku cuma malas aja soalnya sendirian di sini. Aku mau keluar, tapi ribet soalnya tangan aku masih di infus." Shareen menghembuskan napas sedih.

"Demi kebaikan kamu juga. Biar Shaby-nya aku cepat sembuh."

"Sebenarnya aku sakit apa sih Al? sampai harus di infus segala. Aku kan susah gerak. Aku mau pulang aja ya?"

"Gak bisa, sayang. Kamu harus sembuh dulu baru boleh pulang. Kan aku juga di sini bakal temenin kamu. Sabar dulu ya?" ucapnya seraya menangkupkan kedua pipi Shareen dengan tangannya, membuat bibirnya sedikit maju.

Sebisa mungkin, Aldo harus menghindari tentang kondisi Shareen yang sebenarnya. Dia hanya tidak ingin gadisnya itu menjadi sedih dan kepikiran. Aldo tidak ingin sampai gadisnya kehilangan senyuman yang menjadi candu untuknya.

Shareen mengangguk, tidak ingin membantah apapun lagi. Dia akan berusaha menjadi gadis penurut.

***

Sejak tadi Shareen membolak-balikkan tubuhnya ke kiri dan kanan. Berusaha menahan kantong kemihnya yang meminta untuk di salurkan.

Ooh ayolah, Shareen benar-benar harus ke kamar mandi sekarang. Tidak lucu kan jadinya kalo dia sampai mengompol di rumah sakit. Mau ditaruh kemana mukanya nanti?

Perlahan, tangannya mulai meraih tiang infus untuk dijadikan pegangan. Baru juga turun dari kasur, kepalanya justru mendadak pusing. Sekuat mungkin dia berpegangan pada tiang infus di tangan kanannya. Tangan kirinya meraih pinggiran brankar untuk memperkuat pegangannya saat merasa bobot tubuhnya semakin berat untuk berdiri. Padahal saat rebahan tadi, tidak ada pening sama sekali.

Sedikit demi sedikit kakinya mulai melangkah perlahan. Mencoba menghalau rasa sakit di kepalanya yang semakin menjadi-jadi. Tinggal beberapa langkah lagi. Ayo semangat!

Tangannya sudah mulai basah karena tubuhnya yang berkeringat dingin. Sebentar lagi, Shareen akan tiba di kamar mandi. Tapi dia justru terjatuh karena pegangannya pada tiang infus semakin licin. Tulang ekornya terasa nyeri saat bertabrakan dengan lantai yang dingin. Tapi matanya justru terfokus pada tangan kanannya yang terdapat infus. Karena tegangannya mengencang, justru darahnya yang keluar dan masuk ke dalam selang infus.

Shareen pasrah. Untung saja tak lama setelah itu pintu ruangan dibuka. Sontak matanya berkaca-kaca menatap orang yang baru datang.

"Astaga, kamu kok bisa jatuh gini?" tanya Aldo sambil memapah tubuh Shareen

"Aku mau ke kamar mandi." jawabnya

Tanpa banyak bicara, Aldo langsung memapah Shareen menuju kamar mandi. Dengan tangan kanan memegangi pinggang Shareen dan satunya mendorong tiang infus. Begitu mendudukan Shareen di kloset, Aldo mengundurkan diri.

"Kamu bisa sendiri?"

"Aku masih sanggup kok, Al." jawah Shareen sambil mendongkak menatap Aldo

"Aku keluar dulu ya, kalo udah selesai panggil aku. Jangan coba jalan sendiri, aku masih cukup berguna buat bantuin kamu. Inget ya, Shaby?"

"Iya, sayang."

__

Gimana sekarang? udah seneng belum aku update?

Apa pendapat kalian tentang Shareen?

Apa pendapat kalian tentang Aldo?

Ada yang tau Shareen sakit apa?

Ada yang mau punya pacar kayak Aldo?

Menurut kalian cerita ini seru ga?

Jangan lupa tinggalin komentar ya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Beloved DokterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang