Part 8

1.6K 65 3
                                    

Aldo cemberut. Dirinya berdiri dengan kecemasan tapi Shareen hanya membalasnya dengan senyuman simpul.

Perlahan Shareen mendekat, mengikis jarak di antara keduanya. Tangannya terulur mengelus rambut Aldo yang berantakan. Wajahnya mendongkak karena perbedaan tinggi badan.

"Aku gak papa, kamu gak perlu khawatir."  ucapnya dengan lembut, memberi pengertian bahwa dia baik-baik saja.

"Aku khawatir kamu gak ada di samping aku, terus lama di kamar mandi. Aku takutnya kenapa-napa." sahut Aldo

"Aku lagi mandi, wajar dong kalo cewek mandi lama. Jangan pikir negatif. Percaya deh aku bakalan baik-baik aja."

Aldo mengangguk patuh, walaupun sebenarnya dia sendiri kurang yakin dengan kondisi Shareen.

"Kamu pasti langsung bangun dari kasur kan? nih liat rambutnya berantakan gini. Terus masih muka bantal. Mending sekarang kamu mandi, udah sore juga. Aku mau pakai baju dulu."

Aldo menarik sebelah tangan Shareen ketika gadis itu hendak pergi. Dia memeluk tubuh ramping gadisnya.

"Kamu beneran gak papa kan? kamu gak nutupin apapun dari aku kan, By?" mata Aldo semakin menyiratkan kekhawatiran. Dia takut gagal dalam menjaga Shareen.

"Gak ada yang aku tutupin dari kamu. Aku masih sehat seperti yang kamu lihat. Gak perlu secemas itu sama kondisi aku ya? aku bisa jaga diri kok. Lagian mana mungkin aku sakit, kalo dokter terhebat sendiri turun tangan buat jagain aku."

Aldo terdiam beberapa saat, sampai akhirnya Shareen berucap lagi yang menyebabkan idenya muncul.

"Kamu mandi dulu sana, kucel tuh."

"Mandiin ya?" Aldo menganggat alisnya menggoda lalu berlari ke dalam kamar mandi sebelum Shareen memukulinya manja.

***

Aldo kembali ke rumah sakit untuk pekerjaannya. Berakhirlah Shareen seorang diri di rumah. Duduk di kasur dengan laptop di depannya. Matanya fokus pada layar laptop yang menampilkan drama korea. Mulutnya terkadang mengunyah makanan, terkadang memuji ketampanan tokoh Minho dalam drakor tersebut.

Berkali-kali istighfar setelah larut akan pesona seorang Minho. Shareen mencoba meyakinkan hatinya bahwa cukup Aldo yang dapat membuat hatinya berlabuh. Tidak ada seorangpun yang dapat menandingi walau setampan apapun.

Bunyi bel berbunyi sedikit menggoyahkan fokusnya.

Siapa yang datang sore-sore begini? pikirnya.

Tidak mungkin Aldo kan? pria itu baru saja berangkat kerja lagi, setelah pulang karena insiden yang tak terduga. Shareen tak mau mengingat peristiwa buruk tadi. Cukup sekali dan jangan terulang lagi.

Bel kembali berbunyi. Rupanya yang memencet benar-benar ada niat untuk berkunjung ke rumahnya. Akhirnya kakinya beranjak menuju pintu untuk mengetahui siapa gerangan orang yang telah mengganggu fokusnya saat mengagumi pesona Minho, upss maksudnya nonton drakor. Bisa cemburu Aldo saat tau Shareen mengagumi pria lain selain dirinya.

Walaupun dengan profesi dokter muda yang di perolehnya, namun Aldo termasuk pria yang posesif dan overprotektif. Dia juga akan berubah menjadi pencemburu yang benar-benar harus dimanja.

Kembali lagi dengan orang yang ada di depan rumahnya. Orang yang telah mengganggu aktivitasnya. Tangannya memegang knop pintu lalu membukanya. Orang ini lagi.

"Mau apa ke sini?" tanya Shareen tanpa perlu basa basi.

Orang di depannya hanya menyengir lebar menunjukkan gigi gingsulnya yang diakui memang membuatnya terlihat manis.

Segini dulu ya?
Aku minta maaf buat pembaca yang udah nungguin cerita ini next.
Sabar dulu, aku juga perlu ide buat ngelanjutin cerita ini.
Jangan bosan ya?

My Beloved DokterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang