Part 7

1.8K 85 5
                                    

Shareen menangis dalam diam. Tanggannya gemetaran sambil membersihkan darah yang terus mengalir tidak henti-hentinya. Sebagian noda darah bahkan mengenai bajunya.

Dia terlalu takut. Ini pertama kalinya dia mimisan. Tapi dia berpikir positif, mungkin saja karena kelelahan. Dia tidak ingin menduga hal yang buruk.

Kepalanya terasa nyeri. Pandangan berkunang-kunang. Kakinya melemah. Dia terduduk ketika kakinya terasa susah digunakan untuk berpijak.

Tisu sudah banyak yang berkurang dari tempatnya. Sudah terlalu banyak yang dia gunakan untuk membersihkan darah. Tapi sepertinya hidungnya masih tetap mengeluarkan darah. Tanpa niat berhenti.

Air mata menyatu dengan darah. Bau amis menyeruak di sekitarnya. Tangannya berpegang pada washtafel saat merasa tubuhnya akan tumbang.

'Aku gak boleh lemah.'

Shareen menyemangati dirinya sendiri. Dia harus kuat. Dia mulai mengatur napasnya yang semula susah karena darah yang terus mengalir. Pandangannya mulai terlihat jelas lagi.

'Jangan panik, semua pasti baik-baik aja.'

Mimisannya mereda. Hingga dia merasakan kepalanya tak terlalu nyeri. Hanya tersisa noda bekas darah yang keluar awal tadi saja. Dia sudah membaik.

Tidak ada lagi darah yang mengalir. Tidak ada lagi nyeri yang terasa. Semua kembali seperti biasa, baik-baik saja.

Dia melihat darah yang sedikit berceceran di lantai. Mimisan yang terjadi cukup banyak mengeluarkan dan menguras tenaga. Dia mencuci wajahnya. Berkali-kali hingga tidak terlihat noda darah yang masih menempel. Wajahnya terasa lebih segar. Dia juga membersihkan pinggiran washtafel yang juga di penuhi darah sampai bersih seperti sedia kala.

Dia melihat kondisi tubuhnya. Pakaiannya kotor akibat darah mimisannya. Lebih baik dia mandi saja. Dia melepas pakaiaannya dan memasukkannya ke dalam mesin cuci. Mengisi bathub dengan air hangat lalu berendam di dalamnya.

Nyaman

Satu kata yang dilukiskan Shareen. Tubuhnya terasa benar-benar nyaman berendam di bathub yang berisi air hangat ini. Dia memejamkan mata, menjernihkan pikiran-pikiran yang membelenggu di otaknya.

Aroma sabun yang dipakainya begitu wangi memasuki indera penciumannya. Lebih baik dari bau amis darah tadi yang membuatnya gemeteran. Tangan mungilnya bermain-main dengan busa sabun. Sesekali meniupnya dan membuat busa tersebut beterbangan.

Kegiatan ini cukup menyenangkan. Juga bisa digunakan untuk melepas penat. Rasanya nyeri yang dirasakannya tadi ikut beterbangan dengan busa yang dia tiup.

Cukup lama dia berendam, sampai akhirnya dia memutuskan berhenti. Takutnya dia malah masuk angin karena terlalu lama berendam.

Dia meraih kimono yang sudah tersedia di kamar mandi, lalu memakainya. Tidak lupa baginya untuk mengingat tali kimono agar tubuhnya tertutup.

Rambutnya yang basah, dia tutupi dengan handuk. Wajahnya kembali segar walaupun kehilangan darah tadi. Memang sedikit pucat sih, tapi tidak terlalu nampak.

Dengan langkah pelan, dia memegang knop pintu lalu membukanya. Kakinya terhenti di depan pintu saat matanya menatap Aldo yang tepat berada di depannya. Aldo menatapnya cemas. Shareen tau bahwa Aldo baru bangun tidur. Dari matanya yang masih merah dan rambutnya yang masih berantakan. Cowok itu langsung mendekat ke kamar mandi saat mendengar guyuran air. Tanpa melihat kondisi tubuhnya sendiri yang berantakan. Tapi, masih terlihat ketampanannya.

"Kamu gak papa?" tanya Aldo dengan suara serak khas bangun tidur.

Shareen hanya tersenyum menanggapinya. Memperlihatkan bahwa dirinya dalam keadaan baik-baik saja. Aldo tak perlu sekhawatir itu terhadapnya.

My Beloved DokterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang