Part 1

3.8K 134 3
                                    

Shareen ke sana ke mari mencari keberadaan Aldo, namun nihil. Dia tak menemukan Aldo, hanya mobil yang masih berada di depan rumahnya.

Shareen duduk, bukan di sofa melainkan di atas karpet. Sambil memeluk lututnya sendiri dan menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangannya.

"Al, kamu dimana? bukannya kamu bilang gak akan kemana-kemana? lalu kenapa sekarang gak ada?" isak tangis mulai terdengar

"Kamu dimana? kenapa kamu pergi tanpa bilang dulu sama aku, hiks hiks?" ia tak berusaha menghapus air matanya, melainkan masih asyik menenggelamkan wajahnya sendiri. Dia terlihat seperti cewek yang hidup dalam keterpurukan.

Aldo baru selesai dengan urusannya di toilet. Lalu kembali menuju dapur. Makanannya masih utuh, tidak tersentuh sedikitpun. Dia ingin memanggil Shareen untuk makan. Namun, yang dilihatnya adalah Shareen yang duduk meringkuk di atas karpet.

"Kamu kenapa duduk di bawah?" tanya Aldo sambil memegangi kedua bahu Shareen.

Menyadari kehadiran Aldo, Shareen langsung saja memeluk Aldo erat, seakan tidak ingin lepas sedikitpun.

"Kamu kemana aja? aku nyariin tau. Aku kira kamu pergi."

"Tadi aku ke toilet bentar, gak kemana-mana kok. Aku kan udah janji gak ninggalin kamu."

"Aku cemas tau gak nyariin kamu hiks. Gak ketemu-ketemu pula hiks. Aku kan jadi takut." Shareen semakin terisak di dalam pelukan Aldo.

"Udah dong, sayang. Jangan nangis lagi, aku gak suka liatnya. Aku masih di sini, masih di samping kamu." Aldo merenggangkan jarak di antara mereka. Lalu menghapus air mata Shareen dengan ibu jarinya.

"Udah ya? sekarang kita makan. Kamu perlu asupan gizi yang cukup buat kesehatan kamu. Aku gak mau liat kamu sakit." Aldo merangkul Shareen menuju ruang makan.

Aldo baru hendak menyiapkan piring Shareen, tapi cewek itu menghentikannya.

"Gak papa kok, aku bisa sendiri." Shareen mulai menuangkan nasi dan ayam goreng ke dalam piringnya.

"Mau aku suapin?" tawar Aldo

"Gak usah, aku masih bisa makan sendiri. Kamu gak perlu repot-repot gini."

Shareen juga menuangkan nasi, ayam, dan sayur ke dalam piring milik Aldo. Aldo hanya memperhatikan gerak-gerik Shareen saja.

"Makasih udah nyiapin gini." ucap Aldo sambil tersenyum

"Iya, harusnya aku yang masak, bukan kamu. Maafin aku ya?" Shareen di liputi rasa penyesalan

"Gak papa, cuma sesekali aku masak buat kamu. Kan biasanya kamu sering masakin makanan buat aku. Aku juga tau kalo kamu kecapekan gara-gara di sekolah tadi."

"Makasih udah ngertiin aku, Al. Aku bahagia sama kamu."

"Aku juga bahagia sama kamu. Kita makan sekarang ya?"

Shareen mengangguk. Perutnya memang sudah berteriak minta diisi sejak tadi. Tapi, karena dia cemas saat tidak menemukan Aldo. Dia hanya memfokuskan pikirannya pada Aldo saja dan melupakan dirinya yang kelaparan.

"Kamu gak kerja hari ini?" tanya Shareen

Aldo memang sudah bekerja di usianya yang masih tergolong muda. Dia bekerja sebagai Dokter Onkologi di usia hampir menginjak 20 tahun.

"Kerja kok, cuma dari jam 7 sampai jam 12 aja."

"Berarti hari ini kamu bisa meluangkan banyak waktu." ucap Shareen senang

"Habisin makanannya, biar kamu tambah besar."

"Nanti aku gemuk gimana?"

"Gak papa, biar gak ada cowok lain yang suka sama kamu selain aku."

"Idih, gombal."

Setelah beberapa menit mereka berdua menikmati makanannya. Kini, mereka sudah kenyang. Shareen mulai merapikan meja makan. Awalnya Aldo hendak membantu, tapi di larang oleh Shareen. Akhirnya Aldo hanya duduk santai sembari menunggu Shareen selesai.

6 menit berlalu, Aldo yang merasa bosan menyusul Shareen ke dapur. Dilihatnya cewek tersebut sedang berkutat dengan Piring kotor dan sabun.

Aldo berjalan mendekat, memeluk pinggang Shareen possesive dan meletakkan dagunya di atas bahu Shareen.

"Kamu udah capek di sekolahan, kenapa malah ngerjain sesuatu yang bikin kamu makin capek?" tanya Aldo

"Sekarang udah gak terlalu capek lagi kok. Abis ini aku juga mau istirahat."

"Tinggalin cuciannya, kamu istirahat aja."

"Nanggung, bentar lagi juga selesai." Shareen membilas piring yang sudah dia sabuni.

Aldo mencium pipi kanan Shareen lembut, masih dalam kondisi yang sama. Dimana Aldo memeluk Shareen dari belakang.

"Kamu tunggu aja di sofa, kalo kamu giniin aku, gak bakal selesai lho aku nyucinya."

Aldo melepaskan pelukannya.

"Aku tunggu di sofa, jangan lama-lama di sini. Jangan sampe aku kasih obat tidur biar kamu istirahat." Aldo pura-pura mengancam

"Kamu tega kalo kasih aku obat tidur."

"Biarin, wleee😝."

Aldo segera pergi dari dapur sebelum dilempari piring oleh Shareen.

My Beloved DokterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang