Part 5

1.9K 86 1
                                    

Aldo tergesa-gesa lari di koridor rumah sakit. Tadi dia baru saja memeriksa pasiennya, lalu sebuah telpon masuk mengabarkan bahwa Shareen pingsan di sekolahan. Dia segera mengambil kunci mobil di ruangannya dan berlari secepat mungkin. Kecemasan melanda dirinya.

Ia tak peduli dengan tanggapan orang-orang. Bahkan, jas putih miliknya saja belum dilepas karena begitu cemasnya. Saat ini Shareen yang utama. Cewek itu tidak pernah pingsan sebelumnya. Tapi hari ini dia pingsan, padahal kemarin mereka baru saja bertemu. Dalam semalam kesehatan Shareen menurun.

Mungkin dia dikatakan berlebihan, tapi dia sungguh tidak peduli. Entah apa yang terjadi hingga Shareen pingsan. Setelah memasuki mobilnya, dia segera mengemudikan mobilnya membelah jalanan yang cukup padat.

Tapi dia cukup beruntung karena tidak harus terjebak macet. Jika sampai macet terjadi, entah dia akan mengeram kesal dan bertingkah tidak waras.

Hanya perlu waktu 10 menit untuk tiba di sekolah Shareen. Dia memang mengemudi cukup cepat tapi masih dalam batasan hati-hati.

Setelah memarkirkan mobilnya, dia segera turun. Kehadirannya cukup membuat pandangan orang-orang tertuju padanya. Apalagi dengan tatapan para gadis yang penasaran dengan sosok cowok tampan berjas putih ini.

Masih mempunyai sopan santun, dia meminta izin ke piket. Walaupun sebenarnya dia ingin langsung ke ruang UKS. Beruntung guru penjaga piket cukup ramah dan bersedia mengantarkannya menuju ruang UKS. Setelah mengantarnya, guru tersebut kembali ke ruang piket.

Kakinya melangkah masuk menuju ruangan putih. Hidungnya dapat mencium aroma obat-obatan. Dia tidak masalah, karena ruangan seperti ini sudah menjadi ruangan yang paling sering dia kunjungi. Jangan lupakan bahwa dia seorang dokter. Dia terbiasa dengan ruangan ini.

Matanya melirik pada sosok yang terbaring di brankar dengan mata tertutup. Di sebelahnya terdapat 2 orang cewek yang dia ketahui bahwa mereka anggota PMR dari lambang palang merah di lengan bajunya.

Dia mendekat dan kini tepat berada di sisi brankar yang Shareen tempati. 2 cewek PMR itu menatap heran, setahunya tidak ada dokter di sekolahan. Apalagi dengan wajah tampan yang mampu membuat mereka kehilangan fokus.

"Kalian bisa pergi, biar saya yang menangani dia." ucap Aldo sambil mengecek nadi Shareen.

"Tapi-" ucap salah satu dari mereka.

"Saya lebih tau cara menangani dia. Saya seorang dokter."

Kedua cewek itu percaya saja. Melihat pemuda dengan jas dokter dan penanganan yang dia lakukan dengan tenang. Mereka menuruti saja dan pergi keluar.

"Kamu kenapa, Reen? jangan buat aku cemas gini." ucap Aldo lembut

Perlahan mata Shareen terbuka. Dia tidak bertanya ada dimana dia sekarang seperti drama-drama. Dia tau bahwa dia berada di UKS. Tadi dia sudah sadar, tapi karena kepalanya semakin terasa nyeri. Dia memilih untuk tidur saja. Dan kembali terbangun saat mendengar sentuhan lembut ditangannya.

"Kamu gak papa? ada keluhan?" tanya Aldo

"Aldo?" tanya balik Shareen, meyakinkan dirinya bahwa sosok di depannya ini memang kekasihnya.

"Iya, aku Aldo. Kamu kenapa bisa sampai pingsan gini? aku cemas sama kamu."

"Kepalaku pusing." jawab Shareen pelan tapi masih dapat di dengar Aldo

"Kalo git-" ucapan Aldo terpotong saat Shareen langsung bangkit dari brankar dan berlari menuju washtafel. Dia muntah. Tanpa jijik, Aldo mengelus tengkuk Shareen berharap muntahnya mereda. Satu tangannya digunakan untuk menopang tubuh Shareen.

Shareen mencuci mulutnya lalu membersihkannya denga tisu. Dia berbalik menatap Aldo dengan mata berkaca-kaca.

Aldo memeluknya. Mengelus punggung gadisnya dengan lembut. Air mata Shareen mengalir membasahi jas putih Aldo. Aldo tau bahwa gadisnya ini lemah dan perlu penopang. Dia sanggup menopang Shareen setiap waktu.

"Aku yakin kamu akan baik-baik aja." ucap Aldo lembut lalu mendaratkan kecupan di pelipis Shareen.

---

Sorry ya guys aku lama banget buat up cerita ini. Soalnya aku lebih memfokuskan pada cerita satunya. Aku harap kalian masih setia baca cerita ini dan tetap nunggu up selanjutnya.

My Beloved DokterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang