#8 - Makan Malam

Mulai dari awal
                                    

"Off, pertanyaanmu membuatnya malu sampai dia bingung harus jawab apa," suara Tuan Ruangroj menginterupsi sembari terkekeh melihat tingkah Singto.

"Pho, aku kan juga ingin tahu. Katanya, seks bisa meningkatkan keharmonisan rumah tangga! Apalagi nereka masih pengantin baru pasti sedang bergairah-gairahnya!"

Tuan Sangpotirat dan Tuan Ruangroj tertawa. Berbeda dengan Arm yang justru bertanya pada Off.

"Benarkah? Apa kau dulu seperti itu Off?"

"Bahkan sampai sekarang!" jawabnya sembari tertawa kencang. Disusul oleh tawa yang lainnya.

Kecuali Singto. Dia benar-benar diam. Wajahnya memerah. Rasanya malu dengan pembahasan intim seperti ini. Jadi ia memilih beranjak.

"Mau kemana? Kau belum jawab pertanyaanku," Off menahan.

"Aku mau ... Menyusul Kit di dapur," jawabnya asal. Tapi justru menghadirkan seruan godaan dari kedua Ayah dan kakak iparnya tersebut.

Ketika Singto ke dapur, ia melihat Krist sedang mengaduk isi panci. Sementara Gun dan ibunya menata makanan di meja makan.

"Masak apa?" bisik Singto tiba-tiba.

Tangannya tergerak merengkuh pinggang Krist dari belakang dan mendekapnya erat. Rasanya nyaman. Tubuh Krist serasa pas dalam dekapannya.

Krist tampak menegang. Kaget. Tapi dia tidak berbuat apa-apa. Masih terus memasak dan Singto masih memeluknya dari belakang.

"Kau ini apa-apaan, sih? Lepas tidak?" lirih Krist.

"Ini agar mereka tidak curiga," balas Singto tak kalah lirih.

"Ya, tapi ... Haruskah dengan peluk-pelukan seperti ini?"

Singto menundukkan kepala dan menyandarkan dagunya di pundak Krist. Mencium aroma citrus yang menguar lembut. Menenangkan. Singto terbawa suasana sampai hendak menutup mata. Menghirup banyak-banyak wanginya.

Krist bergidik. Ia sedikit risih. Beberapa kali mencoba melepas tangan Singto tapi tak berhasil. Justru Singto menggodanya dengan mendekap lebih erat. Krist mencubit kecil kulit punggung tangannya. Singto mengaduh kencang. Sampai melepas dekapannya.

"Kau ini kasar sekali!" gerutu Singto.

"Mau aku cubit seperti tadi atau kusiram kuah sop yang panas ini?"

Singto berdecak. "Kita sedang di rumah orang tuaku. Jadi kita harus mesra."

"Tapi di sini tidak ada siapa-siapa! Pasti kau curi-curi kesempatan. Bilang saja kalau kau mulai menyukaiku, pakai alasan pura-pura segala lagi!"

"Jangan terlalu percaya diri! Mungkin kau yang menyukaiku," balas Singto. Krist mencibir. Lalu mematikan kompornya. Ketika Krist hendak beranjak, Singto memegang lengannya. "Eh, boneka jelek tadi dari siapa?"

Krist menatap Singto frustasi. "Bukankah sudah kubilang itu bukan urusanmu?"

"Tapi aku harus tau. Tidak mungkin kau beli boneka sendiri. Seperti perempuan saja!" lirihnya di akhir kalimat.

"Iya. Aku perempuan, kenapa?" Krist mengangkat kepalanya menantang. Tangannya berkacak pinggang.

"Coba lihat?" Dengan setengah membungkuk, Singto seolah mengintip bagian selangkangan Krist.

"Ih, apaan, sih?!" Krist menutupi bagiannya dengan telapak tangan.

"Coba lihat, katanya perempuan?" ejek Singto masih ngeyel, bahkan menarik tangan Krist untuk tidak menutupi bagiannya.

"Singtuan apaan, sih? Hey ... Aku becanda! Kau gila?!" Krist panik apalagi Singto berusaha menarik celananya.

Singto tertawa. Dia masih ingin menggoda Krist yang menahan bagian pinggang celananya sembari sibuk merapatkan kakinya agar Singto tak semakin kurang ajar.

Game Over Love [Singto X Krist - Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang