20.| Without Him?

Mulai dari awal
                                    

"Apa?" Jamie menoleh. "Tidak,tadi aku melihat orang yang mengalahkanku saat Olimpiade Kimia. Entahlah,dia cerdas sekali. " Abigail hanya mengangguk. "Seperti apa orangnya?"

"Yah,tidak terlalu tinggi,rambutnya coklat lurus,matanya besar,dan hidungnya mancung." Jelas Jamie sembari memeragakannya dengan tangannya.

"Itu Taehyun,bukan?" Jamie terkaget. "Oh,kau kenal dia?"

"Yah,dia itu-"

"Maaf,nona. Sudah sampai."

"Ah baiklah." Jamie lalu membayar taksinya. Abigail turun,Jamie pun ikut turun. Mobil taksi itu lalu pergi.

"Kau tidak pulang?" Jamie tertawa kecil. "Dirumahku tidak ada siapapun. Aku akan membantumu di lafe jika kau izinkan."

"Tentu saja! Itu sangat membantuku, kalau mau kerjakan semuanya saja." Mata Jamie membulat. "Tidak jadi!"

"Baiklah baiklah,aku bercanda. Ayo masuk." Dua gadis itu lalu masuk ke dalam kafe.

"Kak. Dia akan membantuku. Jangan membebani dia,oke?" Ucap Abigail kepada kakak laki-lakinya yang tengah membuat kopi.

"Terserah." Jawab pria itu singkat. Abigail hanya tersenyum lalu mengambil 2 celemek coklat dari gantungan. Satunya lalu diberikan kepada Jamie.

"Ini." Jamie menerimanya. "Terima Kasih." Abigail dan Jamie kemudian melayani beberapa pelanggan.

"Meja nomor 3." Abigail mengangguk lalu membawa 2 gelas kopi ke sebuah meja.

"Terima kasih." Ucap kedua orang itu. Abigail hanya mengangguk lalu kembali ke meja dimana kakaknya berdiri.

Seseorang masuk ke dalam kafe itu. Gadis kecil dengan kulit putih dan mata besar. Gadis itu duduk di salah satu kursi.

Jamie yang sadar akan keharidannya segera mendekat. "Mau pesan apa?" Gadis itu menggeleng.

"Aku ingin bicara kepada kak Abi." Ucapnya. Jamie yang bingung segera menghampiri Abigail. "Berikan itu. Ada orang yang mau menemuimu."

Abigail berbalik,lalu melihat gadis itu melambaikan tangannya. Ia mendekati gadis itu lalu duduk di seberangnya.

"Ada apa,hm?"

"Kakak mau tidak menemaniku besok? Hanya 2 jam saja. Jika lebih kakak boleh pulang." Abigail mengerutkan dahinya. "Acara apa dan kenapa aku?"

"Ibu ada urusan besok. Kakak mau kan menemaniku ikut test yang ke-2. Aku lulus di test pertama. Aku harus ikut yang kedua besok."

"Memangnya diizinkan?" Tanya Abigail. Gadis di depannya itu tampak berfikir. "Yah,kalau tidak boleh. Kakak bisa menunggu di luar atau dimanapun. Aku akan gugup jika tidak ada yang menemaniku,terlebih hanya mengantar sekalipun."

"Ya,baiklah. Jam berapa?"

"Sembilan pagi. " Abigail mengangguk lalu tersenyum. "Baiklah." Gadis di depannya itu tampak sangat senang.

Ia masih teringat kala kakak dari gadis itu pergi,wajah gadis itu tidak sesenang ini. Bahkan gadis itu pernah bercerita bahwa ia akan menyusul kakaknya itu.

Tapi siapa sangka? Dalam waktu yang singkat, gadis itu sudah melihat hal baik dari kejadian itu.

"Aku akan berlatih. Semangat,Kak!"

"Kau juga." Gadis itu lalu tersenyum dan pergi. Jamie lalu menghampiri Abigail. "Siapa?"

"Oh,Bahiyih. Adik temanku." Abigail laou berdiri dan kembali bekerja.

Beginilah 2 minggu sejak kepergian Kai. Semua normal,jika kebanyakan orang akan lesu dan kusut di saat orang yang mereka sayang pergi, justru Abigail berusaha agar dirinya lebih baik saat orang itu kembali nanti.

Di setiap kedatangan pasti ada perpisahan.

Begitu katanya. Dan dalam hal apapun,cukup banyak bukti yang ada. Dalam hal ini,Abigail tidak mau terus sedih karna hal itu. Ia mencoba membuat dirinya lebih baik,dengan rasa yang masih ada di hati.

Bahkan,ia tidak tau kapan rasa itu akan hilang. Yang pasti,semua ada waktunya. Kapan rasa itu akan hilang? Atau malah tidak akan pernah hilang? Biar waktu yang menjawabnya.

With him,She will be so Happy.
Without him,She will be okay.”

"Abigail! Cepatlah sedikit!" 

"Baik!"

━─ೋ❈ೋ─━




Note:
Last episode before epilog. how do u think? gimana ceritanya selama ini?

sleep boy ·· hueningkai [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang