14.| Feelling.

255 63 0
                                    


Kai duduk memandangi Abigail yang sibuk mengemas barang untuk dibawa pulang. "Memangnya ibu dimana?"

"Ibu bilang,ia ada urusan dengan restorannya. Jadi ia memintaku membawa mu pulang. Nanti kak Lea akan datang." Abigail masih melipat selimut coklat,lalu meletakannya ke dalam sebuah tas.

"Ah,infusmu belum dilepas. Aku rasa sebentar lagi." Kai mengangkat tangannya lalu melihat selang yang masih menempel di tangannya.

"Apa jika dilepas rasanya sakit?" Ucap Kai pelan,namun terdengar sampai ke telinga Abigail. "Kau takut?"

Kai tersentak. Ia merasa malu. "Apa itu sakit? Aku agak takut. Ini lucu." Abigail tersenyum. "Semua orang punya rasa takut. Aku rasa tidak akan terlalu sakit."

Kai mengangguk. "Bagaimana denganmu? Apa yang kau takutkan?"

"Aku tidak tau. Eumm.." Dokter membuka pintu ruangan itu. Ia mendekat ke arah Kai. "Aku akan melepas infusnya."

"Baik." Kai lalu memamerkan tangannya ke dokter itu. Abigail tersenyum. Sembari infus dilepas,Kai memejamkan matanya,sesekali meringis kesakitan.

Abigail semakin mengembangkan senyumnya. Pelepasan infus selesai. Dokter itu menjabat tangan Kai lalu pergi.

"Aku akan memberi tau kak Lea." Abigail mengeluarkan ponselnya. Mengetik pesan text kepada Lea lalu memasukan kembali ponselnya.

"Dia bilang sudah di depan." Kai mengangguk. Ia masih mengamati perban di tangannya.

Apa yang membuatnya sangat sakit? Batinnya.

"Apa itu sangat sakit?" Kai mengangguk. "Cukup sakit untukku." Abigail kembali tersenyum. "Kau itu lucu."

Kai mengangkat kepalanya. Ia sebenarnya malu,tetapi ia masih menjunjung tinggi harga dirinya. "Semua orang punya rasa takut. Lagian aku bukan orang kuat."

Lea datang. Kai dan Abigail segera menoleh. "Ayo. Aku sudah mengurus administrasinya. Kau bisa berjalan?"

Kai mengangguk. Ia kemudian turun dari kasur. Lea berjalan di depan,kemudian Kai dibelakangnya. Sementara Abigail berjalan di belakang Kai,dengan alasannya sendiri.

"Hey,cepatlah. Berjalanlah di sebelahku,aku tidak suka dipandangi orang." Protes Kai. Dengan pemandangan Lea di depan,Kai dibelakangnya,dan Abigail dibelakang Kai dengan membawa 2 tas,tentu saja menarik perhatian orang-orang.

Siapa tau salah satu dari mereka mengangap gadis semuda Abigail sudah menjadi asisten pribadi(?)'.

"Aku suka disini. Perhatikan saja jalanmu. Jangan berjalan terlalu dekat dengan dinding."

Kai menaikan alisnya. "Maksudmu?"

"Sudah turuti saja." Seolah tidak mendengar,Kai berjalan semakin dekat dengan dinding. Sementara Lea sudah berada jauh di depan semenjak sebuah panggilan telfon datang di ponselnya.

"Hey! Jangan terlalu dekat dengan dinding!." Kai berhenti melangkah. Ia kemudian berbalik.

"Memangnya kenapa? Itu mauku,kenapa kau mencampuri urusanku?" Abigail menggigit bibirnya. "Tidak bisakah kau menurut?"

"Kau saja tidak mau menurutiku. Kenapa aku harus menurutimu?" Abigail mengerutkan dahinya.

"Apa maumu?"

"Berjalan di sebelahku."

"Tidak akan."

"Baiklah." Kai berbalik lalu kembali berjalan dengan jarak yang sangat dekat dengan dinding. Abigail geram.

"Hentikan itu!"

Kai berbalik."Apa maumu ha?"

Abigail meletakan tasnya di lantai. Ia mengedarkan pandangannya. Memastikan bahwa lorong itu sepi. Ini rumah sakit,ia bisa diomeli jika macam-macam disini.

sleep boy ·· hueningkai [✓]Where stories live. Discover now