17.| Guilty.

226 64 0
                                    


Disini lah Abigail. Duduk di atas lantai dingin,tepat di sebelah Kai yang tertidur. Ia terus melihat mata yang tertutup itu. Seakan-akan jika mata itu terbuka,hidupnya akan selamat.

Dengan memeluk lututnya sendiri,ia sesekali mengangkat kepalanya yang pegal. Sufdah dari tadi ia disini,sejak Ibu Kai pergi entah kemana.

Dirinya tidak tidur kala diperintah tadi,tidak, dalam kondisi seperti ini dia tidak bisa tidur.

Mata pria itu perlahan terbuka. Abigail segera menurunkan lututnya dan bersorak bahagia di dalam hati.

"Kau baik-baik saja?" Kai mengangkat punggungnya dan duduk. Ia memegangi kepalanya yang sakit. "Apa ini? Kenapa aku disini?"

"Kau tidur lagi,ingat?"

"Tentu saja,aku tidak amnesia. Maksudku,kenapa disini?" Abigail menggaruk kecil kepalanya. "Itu,aku dan Ibumu sudah tidak kuat mengangkatmu ke kamar. Ditambah Bahiyih yang sedang pergi latihan. Ibu lalu menggelar kasur disini agar kau tidak kedinginan."

Kai lalu melihat ke arah Abigail yang masih betah duduk di atas lantai. "Kau sendiri? Sudah berapa lama disana? Seharusnya kau istirahat."

"Sekitar 3 sampai 4 puluh menit? Aku baik-baik saja! " Kai menggelengkan kepalanya. Ia kemudian berdiri dan menggulung kasur itu.

"Kenapa kau melakukan hal bodoh itu,eoh? Ckckck." Abigail menunduk. Ia memainkan kuku jari tangannya. "Aku hanya takut kau tidak akan bangun. Nasib baik kau tertidur disini. Bagaimana jika di tangga?"

Kai menghela nafas. "Hentikan itu. Berhenti melakukan itu kepadaku. Urusi dulu dirimu. Tidak usah mengurusi orang lain jika dirimu belum beres. " Kai lalu mengangkat kasur yang sudah rapi itu.

"Aku hanya berbuat baik."

"Aku tau. Berbuat baiklah jika dirimu sudah berbuat baik pada dirimu sendiri. Kau ini tidak baik-baik saja. Berbuat baiklah apada dirimu terlebih dahulu. Bagaimana mau berbuat baik jika dirimu saja tidak baik. Ck." Omel Kai. Pria itu segera memasukan kasur itu ke kamar. Ia kemudian mengunci kamarnya dan duduk di sofa.

Abigail yang masih berdiri di depan pintu itu mematung. Ia menghela nafas. "Aku akan membantumu. Aku baik-baik saja. Bukankah menyelamatkan orang itu bagus?" Lirihnya,ia lalu pergi ke dapur.

Kai yang mendengar itu segera menatap botol kecil di ujung mejanya. Ia tidak pernah tau kenapa obat itu tidak pernah bekerja. Padahal,hampir setiap dia akan melakukan sesuatu obat itu selalu ia konsumsi.

Apa dosisnya kurang?

Kai lalu meraih jaket abu-abunya lalu keluar. Saat melintasi dapur,ia hanya melihat ke arah Abigail sejenak lalu kembali berjalan.

"Hey,kau mau kemana,eoh?" Abigail sesegera mungkin mengejar Kai. Ia hiraukan tubuhnya yang masih panas dan kepalanya yang pusing.

"Hey," Kai menghela nafas lalu berhenti. Ia kemudian memutar tubuhnya. "Apa?" Tanyanya datar. "Aku ikut."

"Astaga lihatlah dirimu! Aku tidak mau tanggung jawab saat kau pingsan nanti." Jelas Kai. Abigail memainkan jari-jarinya.

"Tapi aku bertanggung jawab jika kau nanti ter-"

"Baik!" Potong Kai dengan nada tinggi. Abigail pun terkejut. Ia tersentak sejenak. "Haah~ baiklah baiklah,aku akan meminum obatku lagi. Jadi kau tidak perlu ikut. Tunggu disini!" Kai lalu melangkahkan kakinya cepat ke kamar,menyambar botol obatnya lalu ke dapur untuk mengambil segelas air.

Ia kemudian berdiri di depan Abigail yang masih diam. "Pegang ini." Ucap Kai sembari memberikan gelas airnya tadi kepada Abigail. Abigail pun memegang gelas itu.

sleep boy ·· hueningkai [✓]Where stories live. Discover now