Chapter 22

277 38 5
                                    

Haii semuanyaa.. Akhirnya GAA udah sampe Chapter 22 juga.

Gimana nihh, nggak bosan kan sama ceritanya. Semoga suka terus yahh..

Yukyukk tinggalin jejak sebelum membaca. Itu bener-bener penyemangat buat nulis.

Makasih buat kalian yang sudah menyempatkan waktu membaca cerita ini. Enjoy.....

_______________________________

Nadia mulai bergerak dari dudukannya, tatapannya mengeliling entah sedang mencari apa. Suara riuh terdengar sangat jelas di pendengarannya sepertinya pertandingan sudah dimulai, dan dirinya masih berada didalam kelas bersama Angel.

Nadia membuang nafasnya berat, pertimbangan yang sedari tadi difikirkannya tak menemui titik temu. Berlari meninggalkan Angel dan mengorbankan nyawanya atau tetap disini dan melewatkan pertandingan yang sangat ditunggu-tunggunya. Wajah Nadia mulai sedih dan kepalanya menunduk.

'Semangat yah cogan cogan yang lagi perebutin satu bola, semoga keringat mu yang bercucuran itu tak terbuang sia-sia. Maaf kali ini aku nggak bisa menyaksikan kalian, aku hanya memiliki satu nyawa dan aku sangat menyayangi nyawaku.'

Nadia menolehe menatap lirih Angel yang masih terus menyilangkan tangan dengan tatapan serius.

Tinggg...

Ponsel Angel berdering sekali, Nadia menatap ponsel Angel dan menatap sang pemilik. Angel sama sekali tak bergerak, Nadia yang melihat itu ingin rasanya menampar wajah Angel, setidaknya Angel akan bergerak sedikit jika kepalanya ditampar tapi untunglah, Nadia lebih sayang nyawanya.

"Angel ada pesan masuk tuh." Nadia memilih memberi tahu Angel barangkali sebangkunya itu sedang mode tuli.

Angel masih tak bergerak sampai beberapa detik kemudian Angel meraih ponselnya dan melihat sang pengirim pesan. Angel membuka pesan itu dan membaca pesan singkat dari Ardian.

'Aku tanding dulu, pulangnya sama aku.'

singkat dan sudah sangat jelas. Angel menatap ponselnya membaca berulang kali pesan singkat itu, senyum Angel benar-benar sulit di sembunyikan. Angel sampai harus menggigit bibir dalamnya agar tak tersenyum.

Angel berdiri dari kursinya dan memakai tasnya, sementara Nadia menatap Angel bingung.

"Yukk!" suara Angel sudah berubah ke mode ramah.

"Yuk apa?" Nadia mendongak menatap Angel yang berdiri.

"Lo mau nonton kan, yuk kelapangan."

Nadia langsung membulatkan matanya, menatap Angel berbinar. Tanpa berniat bertanya atau mengetahui alasan perubahan cepat Angel, Nadia lebih memilih memasang tasnya segera dan berlari keluar lapangan.

Rasanya seperti terbebas dari sangkar, Nadia sangat bahagia sampai melupakan Angel yang ditinggalinya. Biarlah, toh Angel sudah dalam mode ramah, tak ada yang perlu di takutkan.

****

Riuh sorakan penonton menyambut Nadia setibanya di lapangan basket. Dengan cekatan gadis itu merem mendadak larinya saat berdiri tepat dipinggir lapangan. Meski nafas masih sulit untuk diatur tetapi senyumnya terus mengembang melihat pemandangan dihadapannya.

"Yeyyy, kak Dhikaa semangaaat!!!" sorak Nadia sangat keras.

Nadia loncat-loncat sendiri dipinggir lapangan sambil berseru semangat dengan yel-yel khas penonton.

"Kak Dhika, kak Dhika..."

"Semangatt semua cogan. Gue dukung lo semua! "

"Kak Dhika semangat terus, lo spesial." Nadia terus berteriak tanpa rasa malu.

Guardian and Angel (story love school)Where stories live. Discover now