53). Salam Perdamaian!

Start from the beginning
                                    

"Jangan, mending sama gue karena Lo gak akan bosan melihat ketampanan gue."

"Idih, gue bosan tau."

"Gak usah liat!"

"Sayangnya mata gue masih normal."

"Mangkanya nengok dong ke gue, selagi ciptaan Tuhan ini bebas untuk dilirik." Goda Piter dengan senyuman lebarnya sembari menampilkan gigi putih yang sudah tersusun rapi ditempatnya.

"Ah, Piter basi. Sana pergi! Bentar lagi bel tau." Usir Ira.

"Nggak mau, masih pengen disini! Kangen soalnya," gombal Piter mengeringkan suasana yang membuat Ira geli tak beraturan.

"Kita ketemu melulu, masa Lo kangen terus sih."

"Namanya juga sayang," wajah Piter mendekat menatap Ira sambil celingak-celinguk seperti cacing kepanasan.

"Ogah,"

"Jutek sih,"

"Pergi sana! Disini bukan habitat Lo, kasar!"

"Nggak ketemu sedetik aja sama Lo, rasa sewindu tau."

"Pernah ngalamin?" Cecar Ira.

"Untungnya belum,"

Teng! Teng! Teng!

"Tuh kan belnya udah bunyi. Sana pulang ke habitat Lo!" Usir Ira lagi namun tetap dengan wajah polosnya, Piter benar-benar merasa geram dengan pipi anak ini yang katanya terlihat marah tapi tak pernah bisa dikatakan marah. Karena apa? Syira selalu kelihatan seperti anak kecil dan manusia yang ramah tamah senyum.

Hanya dengan sodoran senyuman lebar dari Piter, kini Ira pun menatap kepergian sosok cowok kasar dengan karakteristik pembawa kebahagiaan. 

Dan sekarang, Ira pun berjalan masuk ke dalam kelasnya.

Waktunya pembelajaran dimulai.

"Selamat pagi anak-anak!"

Pak Herkules datang tanpa diundang dan langsung menyapa mereka, sehingga Ira tidak kebagian kata untuk memukul meja dan mengajak teman-temannya untuk memberikan salam terlebih dahulu.

"Kumpulkan pr kemarin yang bapak kasih. Yang tidak mengerjakan, silahkan keluar dan saya akan menghukum kalian untuk kehujanan. Kebetulan cuacanya sangat mendukung!"

Seluruh siswa mulai merogoh tas masing-masing dan mencari buku tugasnya untuk dikumpulkan. Beberapa siswa lainnya sudah berada di depan untuk mengantarkan pekerjaan rumah, sementara Ira masih terus mencari buku tugasnya.

"Ra, Lo kenapa?" Tanya Carla yang bingung dengan gadis disebelahnya yang tak kunjung mengumpulkan buku.

"Buku pr gue dimana ya?" Cemas Ira yang sekarang sudah menuangkan seluruh isi tasnya di atas meja, namun nihil sesuatu yang dicari tidak ditemukan. "Oh ya, gue lupa bukunya semalam gue taroh diatas meja. Mati nih gue! Syira, kok Lo bisa lupa sih!" Lanjutnya lagi menjetak kepalanya sendiri.

"Lo becanda kan? Bisa-bisa Lo dihukum sama pak Herkules." Desak Carla lagi mengingatkan Ira.

"Kalau gue nyalin ulang sempet gak ya?"

"Gak bakalan sempet lah, jumlah pr-nya tuh banyak banget. Terpaksa Lo harus ikhlas dihukum."

Gadis polos ini hanya diam mematung dan sedang mencoba untuk mencari akal. Otaknya blank dan tidak bisa mendapatkan solusi lalu dia kembali menatap Carla.

"Masalahnya Carla, gue gak bisa terkena cipratan air hujan. Bisa-bisa gue dibawa ke rumah sakit malahan."

"What? Sampai segitunya." Kaget si Carla.

Move On (END)Where stories live. Discover now