53). Salam Perdamaian!

28 12 15
                                    

"Kemana semua orang?"

Kedatangan Ira melingkup sunyi, mungkin karena ini masih terlalu pagi dan para pelajar belum banyak memadati seolah.

Ira menaruh tasnya di kursi lalu mulai menyisakan sampah kertas didalam kolong mejanya, anak itu mencari pensilnya yang sempat ketinggalan kemarin.

Terdapat banyak kertas yang memenuhi laci mejanya dan sekarang ia menemukan suatu benda.

"Apaan nih?" Dia belum melihat benda itu lalu mengambilnya dan mengamati. "Cermin. Bukannya ini cermin milik Bulan?" Terkanya yang sangat tepat sekali karena memang Ira terlihat lancang mengacak-acak kolong langit di meja lamanya bersama Bulan. Ternyata itu sebabnya mengapa gadis cermin itu sudah jarang berlagak 'sok cantik' didepan cermin.

Cermin antik, Ira melihatnya dengan jeli sehingga menemukan beberapa bukti.

"Pantas aja sayang banget sama nih cermin, ternyata cermin ini adalah pemberian dari Neuson buat Lo. Kenapa kita harus sayang sama orang yang sama sih? Kenapa Lo gak pacaran sama orang lain aja, jangan Neuson mantan gue yang selalu gue sayang sampai sekarang."

"Hai!"

Sapaan itu membuat Ira terkejut bukan main, dia segera menyembunyikan cermin itu.

"Siapa disitu?" Dia masih belum menatap.

"Neuson," jawab pria itu yang datang menemuinya ditengah kesunyian.

Ira mematung tak bergerak hanya menatap lekat sosok Neuson yang sudah mendekatinya.

"Mau apa lagi Lo disini? Sayangnya, gue udah benci sama Lo dan tidak akan pernah berharap lagi." Tandasnya dengan suara lengkingan yang begitu yakin.

"Soal Bulan,"

"Gue gak pengen denger apapun dari seorang cowok brengsek kayak Lo!"

"Tapi ini penting dan Lo harus tau semunya karena kita terjebak disini." Paksa Neuson.

"Terjebak Lo bilang?" Ira bangkit berdiri memutari tubuh Neuson. "Kayaknya Lo salah deh, bukan gue yang terjebak tapi kalian. Kalian yang udah ngejebak gue untuk hancur kayak gini." Lanjutnya melengking.

"Gue dan Bulan udah lama putus. Dan sekarang gue hanya pengen fokus sama Lo."

"Aster pengen Lo kemanain?" Serangnya dengan pertanyaan berat yang membuat Neuson harus extra berpikir sepercis sedang mengerjakan soal ekonomi.

"Sebentar lagi Lo bakalan tau semuanya. Hubungan gue sama Aster cuman unsur ketidaksengajaan."

Neuson pun pergi seraya memukul keras pintu keluar, ia emosi tanpa alasan.

"Sial! Unsur ketidaksengajaan? Dia pikir cinta itu apa? Mainan? Barang atau sesuatu yang bisa datang secara spontan?"

Perjumpaan tadi hanya sekilas untuk dipandang! Sejenak untuk didengar dan tidak perlu dikhawatirkan!

***

Koridor X.IIS 2

Waktu semakin terhitung maju dan suasana di Sinota semakin ramai dipadati oleh murid-murid yang mendiaminya.

"Kenapa gak nunggu gue berangkatnya?" Geram Piter yang entah sejak kapan ia sudah mengunjungi Ira di koridor kelas X.IIS 2.

"Maaf, tadi gue buru-buru soalnya hari ini jadwal gue buat piket kelas."

Piter harap maklum dengan penjelasan Ira. "Yaudah, tapi lain kali jangan lupa tunggu gue." Paksanya.

"Gue punya pak Tono yang bisa antar-jemput." Balas Ira membantah perintah itu.

Move On (END)Where stories live. Discover now