9). Sejarah Pembantaian Tiang Bendera

49 26 31
                                    

Seven hours adalah waktu yang sangat lama untuk menunggu. Piter masih berada di rooftop STARLIGHT. Matanya sedikit membuka kearah pintu, ia tak melihat tiga sahabat bocilnya. Kini, tinggal dirinya sendiri.

"Dasar sahabat abal-abal. Giliran sahabatnya lagi susah aja, malah dijutekin kayak gini" gerutu Piter sambil mendirikan tubuhnya yang masih duduk. Ia melentingkan urat-uratnya dan menguap legah selepas tidur.

Piter berjalan kaluar dari base camp STARLIGHT dengan wajah tak bergairah. Ia memandangi setiap lempengan batang SMA Sinota, melihat siapa tau masih ada buih-buih manusia. Namun, semuanya sunyi dan kosong. Tapi tidak! Ia mendengar desis lantunan langkah kaki yang diseret. Piter gemetaran, ia menyapu lembut gendang telinganya. Berharap pendengaran nya akan hal itu salah.

SREKK.... SREKKK....

"Siapa disana?"

Piter mengeluarkan keringat dingin. Ia bertanya namun tak ada jawaban. Alkisahnya, SMA Sinota memang dinaungi oleh makhluk astral yang sering berkeliaran. Sumbernya adalah murid Sinota sendiri, dimana akhir-akhir ini sekolah mereka banyak kehilangan pelajar akibat kematian.

Langkah demi langkah, Piter mencari sumber suara keberbagai sudut. Ia melihat sesosok gadis dengan pakaian batik berwarna merah putih diselingi rok setara kaki berwarna hitam. Dia pasti murid kelas X. Syira Vanesa Neuri.

Syira membuka satu per satu pintu ruangan kelas.

"XI.IPS 1, gak ada"

"XI.IPS 2, gak ada juga"

"Bahkan dikelasnya sendiri pun, batang idung tuh anak kagak keliatan. Heran deh gue!"

"Kemana sih dia?"

Piter tersenyum-senyum sendiri. Ia tak tahan melihat sikap Ira yang begitu bersikeras mencari sesuatu. Piter sangat yakin bahwa sosok yang dicari Ira adalah dirinya.

Piter berjalan mendekat....

JEDDAARR...

"Ampun setan! Ira gak salah" pekik Ira histeris mendengar percikan suara Piter yang mengagetkan.

"Penakut!" ujar Piter dengan tawa terbahak-bahak. Ia memegangi perutnya yang kesakitan. Ia benar-benar lucu.

Ira melototi Piter dengan bola mata membulat sempurna.

"Gak lucu!"

Orang itu malah berkacak pinggang sembari mengikuti arah kaki gadis didepannya.

"Ngapain Lo disini?"

"Nyariin gue?"

"Pacar Lo kemana? Dia gak ngantar Lo pulang?"

Mendengar bata-bata tanya. Ira mengatupi lubang suara telinganya. Ia menghentikan langkah dan berbalik badan.

"Mulut Lo kayak mercon" ejek Ira merasa geram dengan Piter. Diperhatiin malah nyerocos gak jelas.

Pria itu hendak menampar.

"Apa? Gak kena tau! Lo emangnya gak tau kalau gue ini mantan petinju dari Amerika Serikat" elak gadis ini dengan cepat. Menangani sosok Piter adalah hal mudah baginya. Pria itu tidak akan pernah mampu menyentuh tubuhnya.

"Amerika serikat pantat Lo! Gue pukul dikit aja langsung ngekk, mati terbengkalai kayak semut"

Rasanya ingin marah. Apa salah dan dosa Piter? Setelah kemarin ia ditinggalkan Aster dengan blak-blakan, dan sekarang ia harus bertemu dengan gadis yang dibencinya. Syira Vanesa Neuri.

"Masih idup?" tanya Ira sambil mengecek suhu badan Piter yang berhenti 38°C. Dia sepertinya agak demam.

"Gue masih sehat walafiat" sahutnya menepis tangan Ira. Ia tidak ingin ditularkan keanehan dari sifat gadis itu. Wanita aneh dan harus dijauhi.

Move On (END)Where stories live. Discover now