37). Diantara Hiasan Cincin

24 12 5
                                    

Kini Syira sudah sampai di halte bus dekat persimpangan rumahnya. Mereka sedari tadi sudah berniat untuk mengunjungi suatu tempat. Hingga saat ini Ira harus duduk menunggu jemputan dari Piter.

"Kenapa Piter lama banget? Dia yang ngajak pergi, malah dirinya sendiri yang gantungin." Gumam Ira. Gadis itu mendengar suara klakson mobil yang berhenti tepat dihadapannya. Ira segera beranjak dari peraduannya, ia masih memperjuangkan wajah jutek tatkala melihat Piter turun dari mobil.

Syira bergegas masuk ke dalam mobil.

"Udah lama nunggunya?" Ucap Piter, baru saja dia menghitung detik jam tangannya. Ternyata dia sudah memboroskan waktu selama satu jam hanya untuk mencari sebuah tempat indah yang sudah jarang ia kunjungi.

"Kita mau kemana?" Ira mengganti topik dengan pertanyaan yang berbeda tanpa memberi jawaban untuk Piter.

"Apa susahnya sih ngikut aja. Gak usah banyak tanya," omel Piter disertai dengan nada kasarnya yang sudah mulai ia cetuskan.

Bibir Ira tersungging kecil. "Kamu memang selalu dipenuhi oleh teka-teki," cibir Ira selanjutnya yang sama sekali tidak mendapatkan respon dari pria disampingnya.

Piter menekan gas mobil dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia hendak membawa Ira ke suatu tempat.

#Teka-Teki adalah hal yang paling aku nikmati saat ini. Terlebih wanita tak mampu meminta lebih, hanya menunggu setiap keputusan dari sang pria yang kadang bisa berubah secara revolusi.

    *

                   *

Rasa penasaran Ira lenyap berganti menjadi hawa aneh dibenaknya saat Piter menghentikan mobilnya di tempat itu. Ira kembali menciptakan lamunan sendiri, dia tertegun berdiri mematung.

Flashback on.

"Buka matanya sayang," perintah seorang pria yang merupakan satu-satunya energi positif bagi Ira untuk terus tersenyum.

"Kejutan," lanjut pria itu lagi membuat Ira tertegun menahan rasa kagum.

"Tempatnya indah sekali sayang. Terimakasih!" Ucap Ira dengan senyuman lebar yang hanya ia sodorkan untuk pria itu.

"Yaudah, sudah siap untuk mendatangi puncak gedung ini? Sudah siap untuk mengukir ukiran pena denganku?"

Ira menganggukkan kepala antusias.

"Gandeng tanganku supaya tak ada satupun pria yang bisa mencuri kekasihku dari tangan ini."

Wanita ini mengarungi tangannya ke dalam gandengan tangan pria itu. Dia sangat bahagia.

.......

Mereka telah sampai di puncak gedung ukiran pena. Kedua orang ini menuliskan sebuah tulisan kisah cinta. Tulisan antik yang menjadi ingatan. Tulisan Neuson mencintai Syira yang kini hanyalah sebuah kenangan dan angin yang berlalu.

Tulisan itu masih terselip di otak Ira. Terlebih kejadian setelah tulisan itu berakhir ketika Neuson memberikannya sebuah cincin di antara dua celah bentuk love.

"Aku punya sesuatu untukmu sayang," desis Neuson sembari merogoh barang dari saku pakaiannya. Ia mengeluarkan sebuah kotak kecil yang akhirnya ia buka di depan Ira.

"Apa itu?" Ira masih penasaran terlebih Neuson membuka kotaknya dengan sangat pelan.

"Buat kamu. Semoga suka dan jangan lupa selama masih ada cinta di antara kita, tetaplah memakai cincin ini agar kamu bisa terus mengingatku." Jelas Neuson sambil memasangkan cincin ke jemari lembut Ira. Gadis ini memandanginya dan terlihat jelas bahwa ia sangat menyukainya meskipun cincin itu terbilang sederhana.

Move On (END)Where stories live. Discover now