part 17

2.7K 265 2
                                    

Masih tak menyangka. Ketika seorang lelaki yang dikaguminya mengatakan perasaan yang sama dengan yang dirasakannya. Maira tersenyum. Ketika teringat kembali setiap perkataan Faza kemarin.

Aku mencintaimu Maira dan itu benar. Dan aku ingin kamu mau menjadi pendamping hidupku, Maira.

Tapi Maira belum menjawabnya. Hanya diam sebagai jawaban kemarin. Faza yang mengerti hanya tersenyum memaklumi. Memberi waktu untuk Maira memikirkannya kembali.

Di jendela yang terbuka. Maira bersandar dengan sebuah helaan nafas panjangnya. Kenapa sulit untuk mengatakan iya? Padahal perkatakaan Faza kemarin bukannya yang sangat di inginkannya?

"Ada apa?" tanya seseorang yang membuat Maira seketika menoleh.

"Ehh, tidak ada apa-apa, Lia," ucap Maira tersenyum kecil.

"Kenapa berdiri disitu, kamu belum sepenuhnya pulih, istirahatkan disini," ucap Aulia menunjuk ranjang di dekatnya.

Maira mengangguk lalu duduk di tepi ranjang. Matanya terus memperhatikan Aulia yang sedang memindahkan pakaiannya ke lemari.

"Aulia, apa aku boleh tanya?"

"Iya, tanyakan saja?" jawabnya tanpa menoleh dan terus pokus melipat pakaiannya.

"Jika ada seseorang yang meminta kita untuk menjadi pendamping hidupnya, apa kamu akan menerimanya?"

"Dengarkan hatimu sendiri, jika masih ada keraguan maka harus dipikirkan lagi. Tapi jika hatimu sangat menginginkan bahkan tidak ada keraguan lagi, ya terima saja, Maira."

Maira tersenyum. Ia pun mengangguk. Aulia memperhatikannya yang tengah terus tersenyum. "Jangan bilang, ada seseorang yang melamarmu, Maira? Siapa, hm?" goda Aulia.

"Tidak, Lia."

"Jujur padaku, siapa? Aku ingin tau, Maira." bujuk Aulia yang kini duduk disamping Maira. Terus menggoda.

Maira menunduk senyumnya masih terulas di wajah cantiknya. Lalu ia mengangguk. "Iya."

"Sungguh? Katakan siapa, Maira?" ucap Aulia tak sabaran.

"Kak Faza." lanjut Maira.

Deg!

Senyum itu perlahan memudar dari wajah Aulia. Entah kenapa sesak sekali mendengar nama itu. Matanya mulai memanas tapi sekuat mungkin bibir itu terus menampilkan senyum tulusnya.

"Masyaallah, sungguh? Mas Faza menginginkanmu menjadi pendamping hidupnya?"

Maira mengangguk. Nampak kebahagian di wajahnya. Tapi lain yang di rasa Aulia. Ia ingin menangis. Aulia memeluk Maira erat.

Tapi sesak dihatinya tak bisa lagi ia tahan dan sembunyikan. Tangisnya nampak turun perlahan. Dengan cepat Aulia menghapusnya dan menyamarkan kesedihannya dengan seulas senyum bahagia.

Senyum Maira ikut menghilang. Ada apa dengan Aulia? Kenapa ia menangis?

"Kenapa menangis?" Aulia mengeleng cepat.

"Tidak apa-apa, aku hanya terharu mendengarnya. Aku turut bahagia jika kamu bahagia, Maira."

"Tidak, ada sesuatu yang kamu sembunyikan, Lia, ada apa?"

"Tidak ada."

"Jujur Aulia, jangan sembunyikan sesuatu dariku."

Aulia kembali menangis terisak dan memilih kembali memeluk Maira disampingnya. Tangisnya terdengar begitu pilu. Maira terheran, kenapa Aulia menangis?

"Maira, aku bahagia jika akhirnya Faza memutuskan kamulah yang menjadi pendamping hidupnya. Mungkin takdir Allah memuliakan kalian berdua lah yang bersama, walau ..." ucap Aulia menggantung. Tangisnya turun semakin deras. "Walau aku sangat mencintai, Faza."

Maira tergugu seketika. Apa? Aulia mencintainya juga? Maira melepas pelukan itu tangannya menggenggam tangan Aulia. Maira menggeleng pelan.

"Kamu mencintainya? Kenapa tidak katakan itu padaku sebelumnya, jika aku tau-"

"Tidak Maira, Faza telah memilihmu, dia begitu mencintaimu, dan aku yakin kamulah yang terbaik untuknya."

"Aulia, aku berjanji akan merubah keputusan Faza, aku tidak akan menerima permintaanya dan aku janji mempersatukan kalian berdua."

"Maira, Allah telah menakdirkan semua ini, Faza mencintaimu. Jodoh ada di tangan Allah, dan aku yakin kamu adalah jodoh untuk Faza dan dirinya bukan untukku. Terima lamarannya, aku yakin kalian akan sangat bahagia."

"Tapi."

"Maira, sungguh, aku baik-baik saja, perlahan rasa ini akan menghilang setelah kalian bersama, jadi mohon terimalah dia menjadi pendampingmu."

Maira terdiam. Matanya ikut memanas. Aulia mengangguk meyakinkannya.












***
Segini aja dulu ya.. insyaallah di partselanjut akan lumayan panjang.. hehe

Bidadariku, Almaira[Open PO]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon