part 12

2.8K 272 16
                                    

Maira menyembunyikan tubuhnya disebuah tembok yang yang tak jauh dari sana. Tubuhnya gemetar hebat rasa ketakutan begitu terasa. Tangisnya turun perlahan.

"MAIRA! LO GAK AKAN PERNAH BISA LARI DARI GUE!! DENGAR ITU!"

Teriakan dimalam itu kembali terngiang. Maira takut jika Wira benar-benar akan menemukannya lagi. Ia tau jika Wira akan marah besar dan meneruskan rencananya yang ingin menghancurkan kehormatan dan membunuh dirinya.

Isakan tangis begitu memilukan. Tubuh itu perlahan luluh terduduk diatas tanah. Mulai terisak begitu lirihnya.

"Ya Allah, lindungi aku ... Kak Faza, tolong aku," lirih Maira begitu pelan.

***

"Maira? Apa yang terjadi?"

Faza dengan cepat membuka pintu mobil dan berniat mengejar Maira tapi tak sengaja mata itu menangkap seseorang yang yang sebulan lalu pernah ditemuinya.

Wira?

Faza sekarang mengerti kenapa Maira berlari menjauh darinya.

Tepat saat itu juga Wira menatap Faza yang pasti masih sangat dikenalnya. babak belur olehnya malam itu membuat ingatan Wira begitu yakin. Dia Faza yang selama ini dicarinya, yang membawa Maira pergi jauh bersamanya.

Dengan langkah yang cepat Wira menghampiri Faza yang hanya berdiri disana dengan santainya.

Dengan emosi yang tiba-tiba meledak, Wira menarik kerah kaos yang dipakai Faza dengan tatapan tajamnya. Lagi dan lagi Faza hanya bersikap santai seolah tak ada masalah sebelumnya.

"Di mana Maira?" Tanya Wira to the point.

"Saya tidak tau."

"Di mana Maira!" Teriak Wira lagi dengan wajah nampak emosi sekarang. Cengkraman semakin menguat membuat Faza geram tak bisa hanya dengan diam.

Tangan Faza mendorong tubuh Wira begitu keras sampai ia mundur beberapa langkah. Tatapan Wira semakin menajam pada Faza.

"Dengarkan saya, kalau pun saya tau, dimana Maira sekarang, saya tidak akan pernah membiarkan Anda mengambil Maira dan menyakitinya lagi," ucap Faza tak kalah tajam.

Wira tersenyum getir mendengarnya.

"Berusaha melindungi dia, huh?! Cepat beritahu dimana Maira!"

"Saya tidak akan pernah memberitahu anda dimana Maira sekarang."

Tangan Wira terkepal kuat. Dengan gerakan cepat pukulan itu berhasil menghantam rahang Faza membuatnya tersungkurnya diatas tanah. Faza menatap sengit wira, ia mengusap ujung bibirnya yang luka berdarah. Dan berusaha bangkit.

Dia bukan lelaki lemah. Tangannya sekarang terangkat memberikan pukulan balasan pada perut Wira membuat ia meringis kesakitan.

Baku hantam itu belum selesai. Wira kembali bangun dengan emosi yang semakin membara tangan itu siap memberikan pukulan berikutnya.

Tepat saat pukulan akan diberikan, Maira yang bersembunyi dibalik tembok tidak kuat melihat Faza yang terluka Maira berlari menghampiri mereka.

"Jangan pukul kak Faza!" Teriakan wanita itu berhasil menghentikan gerakan Wira.

Faza menoleh dan dengan cepat menggeleng pada Maira untuk memberitahunya jangan menghampirinya dan kembali bersembunyi. Tapi Tepat saat Faza lengah pukulan itu kembali menghantam telak tubuh Faza membuat ia benar benar tidak bisa berdiri. Ia terus meringis kesakitan.

Maira mematung ditempatnya ia berdiri. Menatap Faza yang sekarang babak belur oleh Wira kakak angkatnya. Langkah Wira menghampiri cepat Maira dan menarik begitu keras pergelangan tangannya membuat ia meringis kesakitan.

Di depan Faza, Wira mendudukan tubuhnya tertawa penuh kepuasan. Maira sudah ditangannya dan Faza tidak bisa berbuat apa-apa hanya menatap lirih Maira yang menangis kesakitan.

"Maira sudah ditangan gue, dan jangan sekali lagi ikut campur dengan urusan gue, faham itu, huh?"

Wira kembali menarik Maira untuk kembali Faza berusaha terus bangkit menahan begitu sakit luka lebam di sekujur tubuhnya. Faza berdiri dengan susah payah.

"Lepaskan Maira, lepaskan dia!" teriakan Faza terdengar menggema. Membuat Wira berbalik menatap Faza yang menatap tajam dirinya.

"Belum cukup luka lebammu itu, huh!"

Wira mendorong Maira sampai terjatuh melangkah maju bersiap menghajar Faza kesekian kalinya.

Maira terlepas dari Wira.

"Maira! Lari ke mobil sekarang!" perintah Faza disana.

Tubuh Maira lagi-lagi bergetar. Ia segera berlari Menuruti perintah Faza untuk masuk kedalam mobil. Duduk didepan kemudi melihat Faza yang berusaha menahan sakitnya.

Wira siap memberikan hantaman baru tapi Faza menahannya dan balik memberikan pukulan beruntun diperut Wira membuatnya meringis kesakitan.

Faza dengan cepat dan susah payah berlari masuk ke mobil di kursi belakang. Menyuruh Maira yang duduk didepan segera mengemudikannya.

"Jalan Maira! Cepat!"

Tangan Maira nampak bergetar tapi ia berusaha untuk menyetirnya keluar dari parkiran pasar. Nampak disana Wira berteriak geram.

"Aagrrrhh ... Maira!"

Teriaknya sangat keras membuat Maira kembali menutup telinganya berusaha tak mendengarkan. Tangisnya turun merambas dengan tubuhnya yang tak henti gemetaran. tapi matanya terus pokus menyetir mobil Faza.

Faza dikursi belakang tak hentinya meringis menahan sakit sampai membaringkan tubuhnya diatas kedua kursi belakang mobil. Ringisan Faza membuat Maira tidak tahan ia menghentikan mobilnya disamping jalan. Tangisnya turun semakin merambas.

"Kak Faza maafkan aku."

"Kenapa kamu menghampiriku, Maira, Harusnya kamu sembunyi tadi!" ucap Faza nampak kesal terus menahan sakitnya.

"A-aku aku takut kak Faza dipukul Wira-"

"Apa kamu lihat sekarang aku kesakitan karena apa, huh? Karena kamu menghampiriku! Kamu takut aku kenapa-napa tapi keberadaanmu tadi yang membuatku babak belur seperti ini, Maira!"

Sentakkan Faza membuat Maira terdiam. Menunduk dan kembali menangis.

"Maafkan aku, sungguh, kak Faza maafkan aku ..." sesal Maira menangis tersedu.

Faza dibelakang kursi tersadar apa yang telah ia katakan barusan, kata-katanya terlalu menyakiti Maira. Faza berusaha membenarkan posisi duduknya. Lalu menghela nafasnya panjangnya. Ia menatap Maira yang terus menangis.

"Maafkan aku jika aku bersikap seperti ini, aku hanya takut kamu kenapa-napa, Maira, aku tidak ingin Wira mengambilmu dan kembali menyakitimu." Suara Faza melembut sekarang.

Maira yang menangis tersedu mengangkat wajahnya yang menunduk sejak tadi. Faza tersenyum.

"Jangan menangis, Maira, sekarang kamu aman, Wira tidak akan pernah menemukanmu lagi," ucapnya lagi.

"Wira pasti akan terus mencariku, kak."

"Aku yang akan menjagamu, Maira, sudahlah, aku mohon berhenti menangis."

Maira menyeka air matanya lalu mengangguk. "Tapi kakak terluka karenaku."

"Asal kamu baik-baik saja tidak terluka maka aku akan tenang Maira, aku akan baik-baik saja," ucap Faza lembut.

Maira tersenyum di tengah isakannya lalu mengangguk. "Terimakasih banyak kak."

"Iya Maira."










***
Mohon maaf ya kalo ceritanya masih agak acak-acakan.. maklumi aku masih belajar nih.. kasih saran dan kritiknya ya jika ada salah kata atau dari pengucapannya😅

Bye bye

Bidadariku, Almaira[Open PO]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ