38|APAKAH INI CINTA?

674 106 2
                                    

Dari rooftop, Alex bisa melihat dengan jelas Satria yang keluar dari dalam mobil kemudian menggandeng lengan Isya.

Lagi, ia merasakannya. Hatinya terasa terbakar bersamaan dengan tangannya yang mengepal kuat.

'Apa gue bener-bener jatuh cinta?'

"Lex, ngapa lo berdiri di situ? Sini, nonton Doraemon bareng gue," ajak Alvin yang sedang berselonjor ditemani Ciko dan Arthur yang mengapit lelaki itu.

"Biasa. Orang kurang kasih sayang emang gitu. Menyendiri mulu, yhahaha!" ejek Arthur.

Neervan bangkit lantas berdiri di samping Alex. Netranya ikut melihat apa yang mengalihkan atensi teman laki-lakinya tersebut.

"Lo suka sama dia?" tanya Neervan tanpa menatap lawan bicaranya.

Alex menoleh, tumben sekali lelaki itu mengeluarkan suara? Itupun untuk hal yang tidak terlalu penting.

"Apa masalah lo?" tanya Alex, kemudian kembali menatap dua figur yang sedang berada di parkiran.

"Gue cuma nyaranin sebaiknya lo ungkapin perasaan lo sebelum dia di ambil orang lain," saran Neervan masih dengan nada dingin kemudian beranjak dari sana.

Alex termenung dengan ucapan Neervan barusan. Bagaimana mungkin dia bisa mengungkapkan perasaannya. Sedangkan hatinya sendiri masih sangat abstrak. Ia tidak tau apakah dirinya benar-benar mencintai Isya atau tidak?

∆∆∆

"Alex!" Isya berlari menghampiri Alex. Akan tetapi, lelaki itu terus saja menghindarinya.

"Alex, Alex kenapa sih jauhin Isya?" tanya Isya yang sudah menyusul dan mensejajarkan langkanya dengan lelaki tersebut.

"Lo gak usah deketin gue lagi," perintah Alex dengan raut datar.

Isya berkedip dua kali. "Kenapa?"tanyanya.

"Karena gue gak suka sama lo, gue ilfil sama lo, gue benci sama lo!" terang Alex menggebu.

"Alasannya?"

Alex terdiam. Apa alasannya? Alex pun tidak tau.

"Gue bilang jangan ganggu gue! Pergi lo!" Alex mendorong tubuh Isya dari hadapannya.

Gadis itu menyingkir. Akan tetapi, ia malah tersandung tali sepatunya sendiri. Tangannya memegang ujung etalase untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Namun, besi alumunium dari etalase tersebut menggores telapak tangannya. Lumayan dalam. Darah segar mengalir menetes di rok abu-abu.

Alex hanya menatap sekilas.

'Gue gak peduli.'

'Gue gak peduli.'

Pemuda itu terus menyemangati diri dalam hati.

'Tapi gue peduli!'

Cepat-cepat Alex menghampiri Isya, lantas membawanya ke ruang UKS. Rasa takut bercampur panik menyelimuti hatinya.

Sesampainya di sana, kedua netra emerald itu tak lepas menatap Isya yang langsung ditangani oleh petugas UKS. Rintihan pelan sesekali keluar dari mulut gadis itu.

Petugas tersebut kelimpungan saat mendapati darah ditangan Isya tak kunjung mereda, meskipun sudah di bersihkan. Tentu, ia tidak akan tau Isya memiliki sebuah riwayat penyakit. Karena penyakit hemofilia tidak dapat langsung dinyatakan begitu saja. Butuh tes hematologi dan diagnosis dari dokter untuk menyatakan seseorang terkena penyakit hemofilia.

"Emm ... apa kau mengidap sebuah penyakit?" tanya petugas tersebut.

Isya mengerjap kemudian menggeleng cepat.

ALEXSYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang