6|KETUA DANGEROUZ

1.6K 321 155
                                    

_Please help me find the typo_

Isya menghentikan langkahnya, kala melihat segerombolan lelaki bertubuh jangkung dengan jaket hitam berlogo skateboard melekat di tubuhnya. Mereka berdiri tak jauh di hadapannya.

Menggigit bibir bawah dengan perasaan gugup, Isya berusaha memutar otak. Ia berdecak kesal lantaran ide-ide cemerlangnya tak juga menunjukkan batang hidungnya.

Oke. Isya menarik nafas panjang, toh, disana juga bukan hanya ada mereka. Banyak siswa-siswa berlalu lalang dan siswi-siswi yang berteriak histeris melihat pasukan inti Dangerouz yang memiliki wajah diatas rata – rata sedang menebar pesona.

Mengambil langkah cepat dengan wajah yang tertunduk dalam. Isya berdoa dalam hati agar selalu terhindar dari godaan setan yang terkutuk.

Bruk!

"Setan!"

Gadis itu memelankan ritme langkahnya. Saking cepatnya ia berjalan sampai dirinya tak sengaja menabrak tubuh lelaki berkacamata didepannya. Tapi, bukan dia yang mengumpat kasar, melainkan lelaki disebelahnya.

"Lo berani nabrak gue?!" tanyanya dingin, namun terkesan tajam. Membuat siapapun yang mendengarnya langsung merinding seketika, termasuk Isya. Liat aja, bulu kuduknya langsung berdiri tegak.

"Ma-ma-maaf, Kak. A-aku gak sengaja, ta-tadi a-ada yang do-dorong a-aku," ucapnya tergagap.

"Heh, cupu. Lo gak usah cari alesan!" desis lelaki yang tengah memegang sebuah bola basket.

"Udahlah, kita telanjangin aja nih orang, biar tau rasa!" ujar lelaki berambut cokelat, yang notabennya sebagai inti Dangerouz.

Tubuh Isya menegang. Haruskah dia bersikap egois? Pergi dari sana dengan selamat, dan membiarkan kesalahannya ditanggung lelaki berkacamata itu? Atau, dia harus mengakui kesalahannya dan bersiap menghadapi badai yang akan datang?

Otak dan hatinya seakan sedang berperang. Memilih antara ego atau rasa kemanusiaan. Mengambil nafas panjang ... oke, tekadnya sudah bulat. Sebagai gadis yang berbudi luhur, Isya tidak bisa membiarkan orang lain menanggung kesalahannya.

Berjalan dengan langkah pelan, Isya berusaha menatap langsung manik emerald itu, ya, meskipun agak ragu. "I-Isya yang salah. Ta-tadi I-Isya yang dorong dia," ungkap Isya dengan suara bergetar. Ia memejamkan mata. Bukan! Dia bukan takut, melainkan rasa sakit di bahunya lebih mendominan ketimbang rasa takut di hatinya.

Mereka menatap Isya bingung. Bagaimana tidak? Disaat orang-orang mati – matian berusaha keluar dari cengkraman sang ketua Dangerouz. Gadis berkaki minim ini malah datang sendiri seakan mencari mati.

"Wah, siapa tuh cewek?" tanya salah satu siswa yang menonton acara live  saat ini.

"Gak punya otak, nyari mati kali tuh orang!" timpal siswa yang lain.

Alex menatap tajam lelaki berkacamata bulat yang kerap dipanggil Rizky itu. "Pergi!" usir-nya, mendorong keras bahu lelaki itu hingga tersungkur.

Kemudian menatap intens gadis yang sedang tertunduk dengan hati yang berdebar seperti sedang berdisko, bahkan Isya dapat mendengar suara detak jantungnya sendiri.

"Wiw, bening banget!" celetuk Arthur. Lelaki berambut ikal itu tersenyum lebar.

"Awas lo ya, dia punya gue!" timpal Ciko—salah satu inti Dangerouz. Si fakboy kelas fugu.

"Lex, udah lepasin aja. Dia cewek," usul lelaki yang kerap dipanggil Nattan.

"Gak ada yang bisa keluar dari cengkraman Alex. Mulai saat ini lo berurusan sama gue! Alexandre!Ketua Dangerouz! Sekarang hafalin nama gue. Karena mulai besok, jangan harap lo bisa sekolah dengan tenang disini! Awas, jangan sampe salah mengeja, A L E X!" berang Alex sembari mengeja namanya.

ALEXSYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang