29. Terumbar

4.5K 263 153
                                    


🏁Kasih saran jika ada salah
🏁Jejaknya sangat dibutuhkan
🏁HAPPY READING 🖤

🏍️🏍️🏍️

Mading yang menempel di dinding dekat ruang peralatan sekolah tiba-tiba menjadi lautan orang yang berkumpul. Mading itu menjadi titik pusat oleh murid sekolah. Banyak yang mencibir dan tak menyangka setelah melihat sebuah foto yang ditempelkan di sana.

"Dasar murahan!"

"Sok polos sih tapi kelakuan aslinya kayak gini!"

"Ngejar-ngejar cinta Gara gak malu banget apa? Dan akhirnya dia jadi kayak gini, jual diri sendiri."

"Mungkin dia lelah buat dapatin balasan dari Gara."

"Jijik deh!"

"Keluarin aja dari sekolah!"

"Dia jadi parasit di sekolah!"

Kerumunan itu terus bertambah banyak. Dari kelas X sampai XII pun ada. Entah siapa pelaku yang menempelkan foto aib milik salah satu siswi SMA Dirgantara ini.

Rain dan Gilfa menerobos kerumunan untuk melihat apa yang sedang orang lain lihat. Tatapan orang-orang itu tak luput untuk memandang Gilfa rendah. Gilfa yang tak paham dengan situasi seperti ini hanya bisa diam. Dan setelah, Gilfa dan Rain melihat apa yang ada di mading, mereka berdua melotot kan matanya karena terkejut.

Gilfa menggeleng melihat foto dirinya dan seorang lelaki yang wajahnya di blur itu. Apa ini firasat yang ia rasa sejak kemarin? Orang itu sudah mempermalukan dirinya, apa kesalahan dirinya? Gilfa tak kuasa melihat para siswa-siswi yang mencemooh dan memandangi rendah dirinya.

"Muka polos kelakuan bangsat!" desis salah satu siswi cantik yang selalu mem-bully kaum rendah.

Gilfa sebisa mungkin untuk menahan tangisnya. Ia tak mau sampai menangis di depan murid lain. Kepalanya menoleh untuk melihat respon temannya. Rain, dia memancarkan wajah yang muram plus kecewanya. Gilfa menggeleng pelan ketika Rain menatap dirinya penuh murka.

"Lo! MURAHAN BANGET!" ucap Rain dan langsung pergi meninggalkan Gilfa dalam keterdiaman nya.

"Mampus di benci sama temen sendiri!"

"Gak punya temen nanti!"

"Lo itu harus di kasih pelajaran ya? Berani-beraninya ngejalang!" kata Disa si tukang bully itu.

Gilfa menatap Disa dengan tajam. "Lo bilang gue jalang, sedangkan diri lo aja suka main sama om-om berduit!" sadis Gilfa. "Ngaca dulu sebelum menghina orang!"

Plak

Disa menampar wajah Gilfa dengan keras sehingga menimbulkan bekas merah di pipi putih milik Gilfa. Gilfa mengepalkan tangannya kuat-kuat, dirinya sudah tak tahan lagi mendengar hinaan yang murid lain katakan.

"Bawa dia!" ujar Disa pada kedua anteknya.

Risa dan Jani menyeret tubuh Gilfa dengan keras. Ketiga perempuan itu membawa Gilfa ke sebuah gudang yang sudah tua di sekolah ini, banyak barang dan bangku sekolah yang rusak. Terkesan horor jika malam-malam datang ke gudang ini.

Bruk

Tubuh Gilfa di sungkur kan ke belakang. Gilfa diam dengan air mata yang mulai turun. Di hadapannya ada Disa, Risa, dan Jani. Mereka bertiga menatap Gilfa dengan remeh. Satu tarikan pada rambutnya dapat Gilfa rasa, rasanya sakit hingga ingin terlepas dari kulit kepalanya.

Kenapa tidak ada yang membantu dirinya? Kenapa orang-orang malah menatap dirinya rendah? Murahan, dan sejenisnya? Rain, yang katanya sudah berjanji akan percaya dan menjadi garda paling depan untuknya, ternyata bohong. Rain sudah menambah luka di hatinya. Rasanya Gilfa ingin mati saja jika harus seperti ini.

GALARA [END] ✔️Where stories live. Discover now