Udara pagi ini cukup dingin menurutnya. Hingga menusuk sampai tulang-tulangnya. Matanya menurun dan langsung terkejut ketika mendapati dirinya yang tak memakai baju tidurnya.

Pikirnya blank. Gilfa menggeleng lemah dan secara tiba-tiba air mata itu terjatuh melalui pori-pori kulitnya. Gilfa mengeratkan selimut yang ia pakai, kepalanya masih menggeleng-geleng tak percaya. Apa yang sudah orang itu lakukan?

Apakah orang itu melakukan balas dendam pada dirinya? Namun Gilfa tak mempunyai musuh apapun di luaran sana. Lantas apa yang sebenarnya?

"G-gak mungkin 'kan orang itu ambil masa depan aku? Enggak! G-gak mungkin!"

Gilfa terus bergumam dan menangis.

Suara pintu kamar terbuka mengalihkannya. Gilfa terkejut ketika melihat Gara yang menatapnya tajam. Tatapan itu sampai menghunus dalam ke arah matanya itu. Gilfa menggelengkan kepalanya lagi ketika melihat raut kekecewaan nampak jelas di muka Gara.

"G-gara...."

Gara menghampiri Gilfa perlahan. Ketika sudah dihadapan perempuan itu, Gara bisa melihat jelas tanda merah keunguan di daerah leher Gilfa.

Plak

Satu tamparan keras Gilfa rasakan. Rasanya sakit sekali. Gilfa menangis sekencang-kencangnya.

"Lo! LO NGAPAIN ANJING!!!"

Gilfa semakin bertambah menangis mendengar bentakan dari Gara. Kepalanya hanya bisa menunduk dalam, dia tak sanggup untuk menatap tatapan elang plus tajam milik suaminya.

"Gue banting tulang kerja cari nafkah buat lo. Tapi lo gak hargai gue! Gue capek kerja sedangkan lo asik main sama laki lain."

"Lo capek nunggu balasan dari gue, sehingga lo lakuin hal bejat kayak gini?! Gue tanya, apa lo capek?!"

Gilfa hanya menggeleng dalam tangisannya itu. Gara sepertinya salah paham pada dirinya. Tidak mungkin Gilfa dengan murahannya memberikan masa depannya itu pada lelaki lain. Tidak akan mungkin.

"Kalau capek bilang jangan kayak gini! Lo.... ARGHHH!"

Gara hanya mampu mengusap wajahnya dengan kasar. Tangannya pun sampai menarik-narik rambutnya kasar. Napas lelaki itu memburu, bayangan Gilfa tengah bersenang-senang dengan lelaki lain terlintas begitu saja lewat kepalanya.

"Lo tahu? Lo itu murahan!"

"LO MURAHAN ANJING!" ucapnya kembali lalu keluar dari apartment tak lupa untuk menutup pintu apart dengan keras.

Gilfa hanya bisa menangis dan menangis.

Hari sudah sangat siang

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Hari sudah sangat siang. Terik matahari sampai menembus pada kaca apartment milik Gara dan Gilfa. Sudah 7 jam Gara tak pulang ke apartment, Gilfa pun sampai tak berangkat ke sekolah.

Perempuan itu masih diam di dalam kamar mandi dengan shower yang terus mengeluarkan air yang membasahi seluruh tubuhnya. Gilfa menangis histeris, wajahnya pun sampai membengkak akibat acara menangisinya yang terlalu lama.

Jika Gilfa dibuat tak sadar, terus lelaki itu memperkosanya, tapi kenapa tidak ada bercak merah di sprei-nya tadi? Gilfa pun berjalan seperti biasanya, tidak merasakan sakit di inti itunya. Apa semuanya hanya akal-akalan dari seseorang yang semalam itu?

Tapi kenapa pagi tadi dia tak memakai baju tidurnya? Gilfa tidur dalam keadaan telanjang, itu adalah hal yang paling memalukan. Ditambah pula dengan sebuah kiss mark terpampang jelas di daerah lehernya.

Gilfa tak habis pikir dengan kerjaan orang itu. Gilfa tak rela lekuk tubuhnya terlihat oleh orang itu. Gilfa tidak mau itu terjadi.

Dan sekarang dirinya harus menjalani hidup dengan penuh kebencian dari Gara. Apa Gara akan memberitahukan hal ini pada orang tuanya? Gilfa menggeleng pelan, dia tidak mau mertuanya mengetahui kejadian yang menimpa dirinya. Yang sudah pasti, jika dirinya di sini tak bersalah dan tak melakukan hal apapun. Gilfa yakin dirinya masih perawan, Gilfa yakin seratus persen.

"Mama...."

Perempuan itu bergumam memanggil nama ibunya. Tangis dari Gilfa terus bertambah keras. Di dalam kamar mandi itu hanya ada Gilfa dengan tangisan keras yang terdengar sampai ke segala penjuru apartment ini.






Di lain tempat....

Gara terus memukul-mukul samsak itu dengan perasaan campur aduk. Dirinya marah dan juga kecewa. Melihat pemandangan Gilfa di pagi hari itu membuat amarahnya semakin bertambah. Gara tak habis pikir dengan perlakuan Gilfa di belakangnya. Ia kira perempuan itu orang baik-baik namun ternyata perempuan itu tidak baik.

Gilfa sudah bermain di belakangnya. Gara kecewa karena ulah perempuan itu.

Satu pertanyaannya, siapa lelaki yang sudah bermain-main dengan istrinya itu?

"Arghh! Anjing dasar cewek sialan!"

"Cewek murahan lo!"

"Muka aja sok polos, sifatnya ternyata murahan juga!" desis Gara disertai tawa yang keras.

"Lo udah bikin gue kecewa! Lo udah main-main sama perasaan gue sendiri. Kenapa lo lakuin ini?" tanyanya pada diri sendiri.

Gara menggeram marah. "LO UDAH BIKIN GUE KECEWA ANJING! DAN LIHAT... GUE GAK AKAN PERNAH BIKIN HIDUP LO BAHAGIA LAGI, GUE BAKAL BUAT LO MENDERITA!"

Gara kembali memukul dengan keras samsak itu. Pakaian kantor yang masih melekat pada tubuhnya itu sudah memperlihatkan bagaimana kotornya ditambah kusut menjadi satu. Peluh pun terus bercucuran, napasnya memburu kencang.

Gara tak tahu. Seseorang di balik pintu kamar basecamp miliknya tengah tersenyum penuh makna. Dia bahagia ketika melihat Gara menderita seperti ini. Itu yang menjadi tujuannya.

"Baru segini lo udah menderita?" gumam lelaki itu.

-

Gimana?

Kaget gak?

Udah 3 hari gak up ya? Maaf banget lagi sibuk aku. Tapi untungnya jam tidur bisa pagi banget, biasanya jam 11/12 malam baru bisa tidur. Karena banyak aktifitas jadi susah buat up juga, semoga untuk chapt ini kalian sukai:)

Spoiler:

"Dasar murahan!"

"Sok polos sih tapi kelakuan aslinya kayak gini!"

"Ngejar-ngejar cinta Gara gak malu banget apa? Dan akhirnya dia jadi kayak gini, jual diri sendiri."

"Jijik deh!"

GALARA [END] ✔️Where stories live. Discover now