Rumah Sakit

100 3 0
                                    

Jiwon menghirup aroma yang sama seperti saat pertama kali dia menginjakkan kakinya di sana. Jika itu adalah rumah sakit, dulu hingga sekarang aroma khas dari obat-obatan, infus dan semua yang berhubungan dengan medis menyengat di telinga. Waktu itu kekasihnya mengatakan bahwa dirinya tinggal di apartemen yang bersampingan dengan rumah sakit sehingga aroma itu kentara. Namun karena Jiwon buta dan kelewat percaya dengan apa yang diucapkan kekasihnya, dia percaya tanpa mengatakan banyak hal.

Seperti saat ini juga, Jiwon hanya mengikuti instingnya untuk melangkah, dia tahu didepan terdapat beberapa anak tangga, menggeratkan pegangannya pada Taehyung dan berjalan dengan sangat hati-hati. Rumah sakit ini ramai, tidak seperti dulu ketika kekasihnya membawa ketempat ini. Dengan pendengaran yang peka, Jiwon sesekali menangkap suara bisikan atau desisan tak jelas dari kekasihnya.

Setiap kali Jiwon bertanya, kekasihnya menjawab secar gamblang tanpa berfikir membuat Jiwon percaya begitu saja.

"Kau mau masuk?"

Jiwon tidak menggubris.

Taehyung hanya melihat kesana-kemari, merasa tak yakin berjalan masuk. Rumah sakit itu ramai, suster-suster berlalu lalang melakukan pekerjaannya, sebagian dari mereka mendorong kursi roda yang di duduki pasien yang memiliki berbagai macam penyakit yang berbeda, dari tua sampai yang anak-anak.

Terdapat juga mereka yang berpakaian putih mendorong tempat tidur untuk masuk keruang emergency. Hari ini, hari yang sibuk untuk penyelamatan dan memberi semangat.

Setelah beberapa saat terdiam di lobi, ruangan itu tidak seperti dulu walau suara langkah kaki menyentuh lantai terasa tidak asing.

"Kita harus menemui Park Shinhye." Celetuk Jiwon.

Taehyung menggiring Jiwon menuju seseorang yang duduk di balik meja setengah lingkaran.

"Saya mau tanya, apakah disini ada yang namanya Park Shinhye?"

"Maaf apakah anda mencari pasien atau dokter?"

Jiwon terdiam sesaat.

"Seseorang yang sudah lama tingg,,, oh maksudku dia sudah 2 tahun bekerja disini. Apakah Park Shinhye masih bekerja?"

"Oh,," belum menjawab wanita yang terdengar sopan lalu menghentikan seorang wanita.

"Dokter Shinhye, ada seseorang yang mencari anda." Suara itu sedikit meninggi saat melihat wanita berparas cantik memakai jas putih yang akan masuk keruangannya.

"Siapa yah?" Suara itu masih sama seperti dulu, Jiwon berjalan kearah wanita itu tanpa tuntunan dari Taehyung.

Lelaki itu belum siap kenal seseorang yang berhubungan dengan Jiwon. Taehyung memilih menyembunyikan wajahnya dengan tudung jaket serta kacamata, dia melakukan perubahan agar tidak dikenali, mengingat jika dirinya mirip dengan kekasih Jiwon.

"Apa kau masih mengingatku?"

Wanita yang berdiri anggun itu berusaha mengingat, dia sering bertemu banyak wajah yang berbeda setiap harinya, jadi sulit jika menghapal satu nama dari sekian pasien yang datang kepadanya.

"Aku Ha Jiwon, teman Taehyung. 2 tahun lalu aku kesini dan Taehyung mengenalkan bahwa ini rumahnya, aku heran bagaimana seseorang menganggap rumah sakit adalah rumahnya."

"Oh, astaga! Kau!" Shinhye melebarkan matanya, terkejut melihat kehadiran seseorang yang dikenalnya di masa lalu.

"Aku tahu kau masih mengingatku, kau sangat tau apa yang terjadi pada Taehyung sehingga dia menghilang." Jiwon langsung pada intinya.

"Sebaiknya kita masuk ke ruanganku dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi," Wanita itu mempersilahkan.

"Aku tidak mau, ini bukan ruangan yang di tunjukkan Taehyung pada waktu itu, aku ingin melihat ruangan itu." Jiwon bersikeras. Taehyung tidak bisa berkata, membiarkan para wanita yang mengungkapkan keingintahuan.

*****

"Senang bisa bertemu denganmu, Tuan Namjoon." Jungkook meraih tangan Namjoon berjabat tangan.

"Aku yang lebih senang bisa di undanh kesini." Kim Namjoon sumringah menerima terlfon dari Jungkook seorang pengusaha muda, sukses dan menjadi pemuda berpengaruh atas prestasinya dalam dunia.

Namjoon adalah seorang yang memiliki galeri dan museum sendiri di beberapa negara Asia. Setiap kali ia mengadakan pameran, banyak pelukis dan kolektor yang berani membayar lebih atas karya yang di jual belikan, tak heran jika wajahnya tersemat di layar televisi, koran atau media sosial tentang pria yang sukses mendirikan galeri sendiri.

Sekalipun Namjoon memiliki galeri sendiri, lelaki itu berjiwa besar, memberikan kesempatan untuk pelukis muda atau pemula yang ingin memamerkan hasil karyanya. Namun bukan hasil karya sembarang yang di pamerkan, hanya karya yang memeliki estetika dan nilai yang tinggi yang bisa di pamerkan dan di jual belikan.

Jungkook berniat memanggilnya untuk mengenalkan pada Jiwon. Dia berupaya untuk segera memenuhi janji pada Taehyung untuk bertemu kembali dengan Hyeri.

"Jadi ada urusan apa Tuan Jungkook menghubungiku?" Namjoon langsung pada intin pembicaraan.

"Panggil saja Jungkook, aku lebih mudah darimu Tuan Namjoon," Jungkook menyingkirkan kecanggungannya.

"Aku mengundangmu kesini untuk bekerja sama, aku mengenal pelukis wanita, semua informasi tentang pelukis itu ada di dalam dokumen ini." Jungkook memberikan berkas diatas meja.

Namjoon melihatnya.

"Ha Jiwon," Namjoon mengeja sebuah nama.

"Kau bisa melihat contoh lukisannya."

"Ini hanya seperti lukisan biasa." Ucap Namjoon memperhatikan goresan lukisan.

"Bagaimana jika yang melukis itu adalah buta."

Namjoon melebarkan mata sipitnya, kalimat Jungkook seakan mengejutkan, sedikit tak percaya. Mana mungkin seorang buta bisa melukis? Benak Namjoon. Dokumen itu menjelaskan segalanya tapi itu tidak cukup untuk meyakinkan.

"Aku akan merencanakan pertemuan dengan Nona Jiwon. Tidak hari ini."
Jungkook tau bahwa hari ini dan beberapa hari kedepan, Jiwon sibuk dengam Taehyung.

*****
Dari kemarin-kemarin susah banget update😭😭

JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE, KOMEN DAN SHARE.

Maaf yah jika ceritanya berantakan.🙏

Happy Reading, semoga terhibur

Back To The StarOù les histoires vivent. Découvrez maintenant