Alasan

99 4 0
                                    

Pagi ini terasa beda, lantaran ada penghuni baru yang membuat sang empunya rumah merasa tidak bisa leluasa melakukan hal yang seperti biasa. Dia hanya menatapi satu per satu wajah yang sedang sibuk memakan sarapannya. Tidak banyak yang bisa ia lakukan, jujur saja dia merasa iba melihat wanita buta yang memiliki tatapan menyedihkan itu.

Meskipun hidangan kali ini sangat menggugah selera, apalagi itu adalah makanan favoritnya, tapi dia tidak bisa menghabiskan makanannya walau hanya satu porsi. Menelan ludah saja susah apalagi makan. Taehyung membebankan banyak tugas hanya untuk memenuhi pertemuan dengan Hyeri. Beban itu seakan berat acap kali melihat wanita yang sedang makan tanpa melihat sekeliling. Bahkan wanita itu tidak bisa melihat bagaiman ekspresi Jungkook saat ini, untunglah. Jungkook akan merasa bersalah karena menatap ketidaksukaan atas kehadirannya, bukan karena alasan bahwa Jiwon wanita yang miskin dan buta, tidak. Hanya saja Jungkook terbiasa hidup sendiri, dengan keheningan yang menyapanya setiap malam.

Kali ini baru teringat bahwa Jungkook tidak bisa leluasa melihat bintang di halaman belakang rumah, ini juga alasan mengapa akhir-akhir ini Jungkook merasakan sesak didada, gelisah dimalam harinya. Dia tidak menyangka bahwa rindu adalah jawabannya.

Kerinduan yang sedari awal tidak bisa tersampaikan, kerinduan yang menyakitkan yang membebankan pada Jungkook. Jauh sebelum ada Jiwon, Jungkook tidak bisa menikmati malam seperti biasa, lebih tepatnya ketika ada Taehyung dan segudang pekerjaan yang membuatnya memaksa untuk membawa beberapa pekerjaannya dirumah. Dia paling benci jika membawa pekerjaannya di rumah, karena ini adalah proyek besar sehingga Jungkook harus totalitas dalam mengerjakannya.

Embusannya terdengar berat, pada akhirnya Jungkook memutuskan untuk mengakhiri sarapannya. Menyipitkan mata melihat Taehyung dan Jiwon bergantian.

"Aku akan pulang terlambat, jadi kalian bisa leluasa untuk melakukan apapun yang kalian inginkan."

"Ah, maaf ini pasti menganggumu, cepat atau lambat aku akan pergi." Suara lembut itu semakin membuat Jungkook salah tingkah.

"Bukan seperti itu Noona, aku hanya memperingatkanmu bahwa sebaiknya kau jaga jarak dengan Taehyung, karena lelaki itu berbahaya. Dia bisa melakukan apapun untuk mengelabuimu, jangan biarkan dia menyentuhmu, walau hanya semenit." Jungkook mengoceh.

Taehyung kini tidak terima dengan ucapan Jungkook, sebelum ia meledakkan emosinya, Jungkook lebih memilih bergegas pergi.

"Jangan percaya ucapan si brengsek itu." Taehyung mengingatkan. Kesal.

Jiwon hanya tersenyum mendengar pertengkeran kecil diantara Taehyung dan Jungkook, mereka seperti saudara yang selalu ribut tapi disaat berjauhan saling mencari.

Untuk beberapa detik Taehyung terdiam, bahkan waktu terhenti dalam sesaat hanya karena satu senyuman. Rasanya dia ingin mengabadikan senyuman itu melalui kamera hp yang didapat dari Jungkook. Taehyung seperti sudah terbiasa memegang benda kecil berwarna hitam mengkilau itu, menekan tombol tengah, rupanya dia bukan memotret melainkan merekam video. Karena dia sedikit kebingungan menggunakannya tapi tangan terasa lihai memegangnya. Meski salah pencet, Taehyung meneruskan merekam Jiwon yang tak tahu apa-apa.

Karena Jiwon tidak bisa melihat membuat Taehyung memudahkan dirinya diam-diam merekam atau memotret Jiwon dikemudian waktu.

"Apa yang kita lakukan sekarang?" Tanya Jiwon menghentikan aktifitas Taehyung merekam.

Gelagap lelaki itu menyembunyikan benda itu, dia segera mematikan dan memasukkan kedalam saku celana.

"Hmmm kita akan mulai mendengar kisahmu bersama Taehyung, seperti kapan pertama kali bertemu, dimana dan bagaimana kau bisa jatuh cinta dengannya."

Back To The StarKde žijí příběhy. Začni objevovat