25. Mimpi dan penyesalan

Zacznij od początku
                                    

"Ga, gue temuin kotak ini di pintu basecamp."

Gara menerima kotak yang diberikan dari Bima. Sudah pasti! Ini mah dari si pengkhianat lagi.

"Thanks! Lo boleh pergi dari sini."

Gara masih berada di rooftop sendirian. Dia yang meminta agar anggota lain tak kumpul di rooftop. Gara hanya ingin menyendiri untuk sementara waktu. Tentang mimpi semalam masih Gara ingat dengan jelas. Gara begitu bodoh menantang temannya yang tak bisa berenang. Gara benar-benar bodoh.

Penyesalan itu masih ada. Otaknya berpikir bahwa dia sudah menjadi pembunuh ketika masih kecil. Apalagi ketika melihat raut sedih dari orang tua Bumi kala itu membuat Gara ikut menangis histeris.

Satu yang Gara benci dari dirinya. Tangannya ini. Tangan yang sudah mengakibatkan kematian datang pada temannya itu. Gara sungguh membenci tangannya ini.

"ARGHHH!" Lelaki itu berteriak dengan keras. Meninggalkan kesunyian di area rooftop itu. Semilir angin siang begitu menusuk ke arah permukaan lelaki itu. Gara diam dengan pandangan tertuju lurus ke depan.

Tangan lelaki itu meremas kotak pemberian dari Bima tadi. Menyalurkan semua lukanya pada permukaan kotak itu. Dan melampiaskan semua rasa sakit yang ada.

Hembusan napas panjang Gara keluarkan secara perlahan. Lalu tangannya mengangkat kotak itu, menatap secara detail setiap permukaan kotak. Gara berdecak sebal ketika sudah membuka kotak itu. Seperti biasanya, hanya kertas yang menjadi isinya. Namun, tulisan dari kertas itu mengingatkan kembali pada kejadian dahulu.

Pembunuh sejak dini!

-2016

Gara menggertakkan giginya. Lelaki itu meremas kertas itu sampai menjadi bulatan kertas yang tak utuh. Tatapannya menajam seperti ingin memangsa seseorang.

Dirinya seperti dipermainkan oleh keadaan.

Ada dua pertanyaan yang berada di otaknya. Pertama, apakah ini dari orang yang sama? Kedua, apakah ini dari orang yang berbeda?

 Pertama, apakah ini dari orang yang sama? Kedua, apakah ini dari orang yang berbeda?

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Bel pulang sudah dikumandangkan sejak sepuluh menit yang lalu. Koridor-koridor kelas nampak sepi. Tidak ada murid yang beraktivitas untuk menambah pembelajaran seperti ekskul yang selalu dilakukan tiap harinya. Mungkin hari ini mereka terbebas dari jeratan ekskul?

Hanya ada Gara seorang diri. Lelaki bertindik itu duduk di atas motor dengan pandangan datarnya. Ia sudah memberitahu pada temannya maupun Gilfa, bahwa dirinya ada urusan yang harus dikerjakan.

Beberapa menit berada dalam keheningan di parkiran sekolah. Gara pun menjalankan motornya itu dengan kecepatan kencang. Hanya ada satu tujuan untuk sekarang.

TPU Pondok Indah.

Tempat seseorang dikubur di dalam tanah untuk kembali pada sang maha pencipta. Karena urusannya di dunia telah usai dilalui.

Gara berjalan menyusuri setiap tumpukan-tumpukan makam. Langkahnya terhenti ketika sudah berada di makam yang menjadi tujuannya. Lelaki itu berjongkok menyamakan tubuhnya dengan nisan itu.

Tertulis, Bumi Aksara Erlangga.
Wafat, 24 Maret 2016.

Nisan itu nampak pudar karena tanah, sisinya juga sudah dihiasi dengan rerumputan liar. Sepertinya, tidak ada orang yang membersihkan makam temannya ini. Atau mungkin, hanya sesekali mereka membersihkannya. Karena sudah dipastikan, keluarga dari Bumi tidak akan datang lagi ke Jakarta, mereka berada di luar negeri. Sengaja pindah, karena tak mau membuat Ibu dari Bumi terus sedih mengenang kematian anaknya.

Saat menerima kabar buruk yang menimpa anaknya. Ibu dari Bumi menangis histeris ketika melihat wajah sang anak sudah pucat pasi dan kulitnya pun membiru. Gara yang melihat itu sampai ikut menangis. Lelaki itu juga ketakutan ketika Ibu dari Bumi menatap dirinya dengan tatapan yang tajam. Sampai pada akhirnya satu tamparan keras dapat Gara rasakan kala itu. Sakit. Perlakuan dari ibunya Bumi itu sampai membuat orang-orang yang berada disekitarnya menatap Gara dengan sendu.

Ketika, ketidaksengajaan menjadi petaka besar bagi Gara. Cemoohan dapat dirinya dengar dari teman sekelasnya. Sampai dirinya pun terkucilkan sendirian di kelasnya, tak ada teman yang ingin menemaninya. Hanya ada cemoohan dan bully-an yang Gara dapat. Tangan yang dulu selalu merangkul temannya itu, kini terasa hampa tanpa merangkul pundak Bumi.

Kejadian lima tahun silam yang membuat dirinya menderita. Sampai sekarang pun ingatan-ingatan itu tak terlepas dari isi kepalanya.

Gara menatap dalam ke arah nisan itu. Kepedihan dapat dia perlihatkan lewat mata hitam legamnya itu. Satu tarikan napas lelaki itu keluarkan. "Gue salah banget, Bum."

"Gue bodoh dan seenaknya memperlakukan lo kayak gitu. Gue nyesel sumpah!"

"Sebenarnya, gue gak ada niatan buat ceburin lo ke kolam itu. Gak tahu kenapa tangan gue kayak refleks buat dorong lo."

"Bum, lo marah sama gue ya? Lo datang ke mimpi gue dan ingatin gue tentang kejadian waktu itu. Lo marah sama gue, Bum? Bum... maafin gue."

"Kata maaf mungkin udah gak berarti lagi. Karena lo-nya aja udah beda dunia sama gue, Bum. Gue cuma bisa doa buat ketenangan lo di atas sana."

Gara terdiam sesaat. Rasanya lelaki itu ingin menangis saja. "Kalau keluarga lo masih ada di sini, mungkin gue akan terus minta maaf sampai ortu lo sendiri maafin kesalahan gue dengan ikhlas. Waktu itu mereka kayak gak ikhlas maafin gue, dan sampai sekarang rasa bersalah masih ada di diri gue, Bum."

Gara mengusap wajahnya dengan kasar. Lelaki itu membersihkan permukaan nisan yang memudar karena tanah. Begitu pula dengan rerumputan liar yang berada di sekitar sana Gara cabuti.

Rasa sesak bertambah dengan hembusan angin sore begitu menambah kesan kepedihan yang mendalam. Gara hanya bisa menatap nisan itu dengan dalam. Sorot matanya sampai menampilkan bayangan wajah seseorang yang dia rindukan. Gara rindu sahabat SD-nya itu, Gara rindu tentang pertemanannya dengan temannya itu. Gara rindu dengan semua yang ada pada temannya itu.

Tetapi, karena ulahnya sendiri. Dia tak bisa melakukan hal yang selalu temannya lakukan ketika dulu.

"Terakhir, gue minta maaf sebesar-besarnya. Gue janji, kalau gue ketemu sama anggota keluarga lo, gue bakalan minta maaf lagi. Gue bener-bener nyesel, Bum," katanya lalu pergi dari area pemakaman. Meninggalkan satu orang lelaki dengan pandangan lurus menatap ke arah Gara yang sudah pergi dari area makam. Lelaki itu hanya bisa menghela napas dengan gusar.

-

Apa yang kita lihat belum tentu benar. Contohnya, Gara yang terlihat kejam, dingin, dan lainnya lagi, menyimpan rasa sakit dan penyesalan.

Dan kita jangan sampai menilai seseorang itu dari sikapnya. Sikap seseorang belum tentu membenarkan segalanya.

Satu kata untuk Gara, please?

Spoiler:

Plak

Satu tamparan keras Gilfa rasakan. Rasanya sakit sekali. Gilfa menangis sekencang-kencangnya.

"Lo! LO NGAPAIN ANJING!!!"

Gilfa semakin bertambah menangis mendengar bentakan dari Gara. Kepalanya hanya bisa menunduk dalam, dia tak sanggup untuk menatap tatapan elang plus tajam milik suaminya.

"Gue banting tulang kerja cari nafkah buat lo. Tapi lo gak hargai gue! Gue capek kerja sedangkan lo asik main sama laki lain."

"Lo capek nunggu balasan dari gue, sehingga lo lakuin hal bejat kayak gini?! Gue tanya, apa lo capek?!"

Bye<3

GALARA [END] ✔️Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz