34. Belenggu

584 36 14
                                    

Aku terpaku dan terbelenggu.

Ferdinand Rezaditama

*****

W R I T E N

Ferdinand masih terpaku di tempat dengan seragam PDU dan dua balok emas di pundaknya. Hari ini adalah hari kenaikan pangkat untuknya dan seharusnya dia bahagia dengan semua ini. Tapi kebalilkannya, dia sedang di bebani pikiran. Semenjak teman dekatnya itu menangis setelah pulang dari acara pernikahan Lettingnya kala itu. Sebenarnya dia saat itu hampir terbakar emosi karena dia melihat Kanayanya menangis karena seseorang. Itupun termasuk dirinya juga yang terlalu bodoh karena membiarkan Kanaya pergi dengan Gilang. Dia ingin segera mengikat Kanaya karena hatinya sudah sangat mantap dan setahun itu sudah cukup lama baginya. Tapi logikanya menolak karena masih banyak kekurangan yang harus dia benahi nantinya.

"Mas kenapa bengong?" Ferdi terbelangak karena mendapati seseorang di depannya yang membawa se buket bunga dan boneka kecil di tangannya,

"Eh ada kamu, nggak papa kok May."

"Kok kaya sedih gitu, dapat pangkat baru kok malah sedih sih."

"Justru pangkat baru itu membuat tanggung jawab Mas semakin besar sayang," Ucap Ferdinand sarkas pada Kanaya lalu mengacak pelan jilbabnya, "itu buat aku kan?"

"Iya, selamat ya atas pangkat barunya semoga semakin amanah ke depannya dan jadi pemimpin yang baik."

"Aamiin, foto bareng yuk! Kamu nggak pernahkan foto sama Mas pake PDU." Tawar Ferdinand pada Deas yang diam di depannya.

"Pernah kok, waktu nganterin Mas Ferdi medangporain temen Mas kapan itu." Sementara Ferdi menggaruk tengkuknya kala mendengar Pedang Pora,

"Ya udah nggak papa toh yang ini beda, baloknya udah ada dua."

Mereka berdua pun berfoto dengan latar belakang kantor Polda Jawa Barat yang penuh dengan beberapa karangan bunga ucapan selamat itu.

"Kamu nggak bawa kendaraan kan?" Kanaya menggeleng menjawab pertanyaan Ferdinand,

Memang tadi malam ia di suruh Ferdinand agar tak membawa kendaraan jika ke Polda agar nanti ia bisa mengantarnya kembali. Seperti saat ini, sebelum Ferdi mengantarkan Deas pulang mereka mampir dulu untuk makan berdua. Dengan Ferdinand yang masih menggunakan seragam PDU nya membuat perhatian pengunjung restoran,

"Mas aku boleh jahat nggak?"

"Jahat apa dulu?"

"Kalau aku jahat, aku udah pasang Mas Ferdi di dekat stage itu dan kasih kotak di bawahnya dengan tulisan 'Foto bayar 10K' gitu kan lumayan buat jajan aku." Seloroh Deas tanpa dosa sambil menunjuk stage kecil di restoran itu,

"Kamu kira aku manekin buat pajangan gitu?"

Perempuan di depannya itu mencebik kesal, "lagi pula mas dari tadi di liatin orang terus dari awal masuk sampai duduk di sini." Celoteh Deas membuat Ferdi menatap perempuan itu gemas,

"Mayo bisa cemburu ya?" Goda Ferdi sambil menoel hidung pesek milik Deas,

"Nggak, nggak, nggak, emang aku siapa?"

ENTSCHULDIGUNG [COMPLETED]  Where stories live. Discover now