Tujuhbelas

495 44 0
                                    

Seorang Taruna yang senyumnya tersembunyi dalam sudut empat puluh lima derajat.
Yang berjalan tegak, lurus tanpa boleh menoleh ke belakang, meski hanya sesekali.

A Quote From Koella

Aditya Gilang Mahardika


*Revisi,

💧💧💧

A D I T Y A

Pagi menjelang siang di Hari Sabtu hari Pesiar yang kami tunggu tapi kali ini kami memilih untuk berdiam diri di Akademi tepatnya di Halong setelah lelah tadi kami bersepeda mengelilingi AAL. Memandang laut tenang yang ada di depan kami dan memainkan ponsel yang ada di tangan. Halong adalah tepat yang kami sering kunjungi saat kami tak pesiar keluar dari Kesatrian sekedar berdiam diri memandang laut yang sedang pasang ataupun surut.

Kami para taruna tingkat empat sudah melaksanakan Latsitarda artinya tinggal menunggu waktunya saja untuk kami di lantik menjadi Letnan Dua karena gelar Sarjana Terapan Pertahanan sudah kami dapat. Sebentar lagi kami akan meninggalkan Almamater tercinta kami menuju pengabdian yang sesungguhnya. Tunggu bukan sebentar tapi sekejap lagi tepatnya seminggu lagi! Tapi setelah lulus masih ada pendidikan lanjutan dan aku akan melaksanakan pendidikan lanjutan untuk marinir, Pendidikan Lanjutan Perwira Marinir tepatnya dan mungin nanti akan jarang sekali berkomunisi. Semoga nanti Kanaya bisa paham dengan apa yang harus ku lakukan.

Mengenai Kanaya aku jadi semakin yakin dengan dirinya dan kemarin dia bercerita kalau dirinya mengunjungi rumahku yang ada di Tangerang karena disuruh mama. Awal pertemuan Kanaya dan mama pun di buat olehku. Mama kusuruh mengantarkan Lucky Bamboo milikku di rumah karena katanya dia suka dengan tanaman itu jadi tak apalah aku menyuruh mama untuk mengantarkan tanaman itu ke rumah Yudhis. Aku tak menyangka mama akan se agresif itu meminta nomor Kanaya dan semangat meminta Kanaya untuk 'mampir'  ke rumah. Karena Kanaya bingung untuk menerima atau tidak tawaran atau mungin Kanaya menyebutnya dengan 'perintah'  itu maka aku yakin kan bahwa tidak akan terjadi apa apa nanti ya dengan begitu dia mau datang ke rumah meski harus mengendarai mobil sendiri dari Bintaro. Kejadian itu sudah terjadi sekitar tiga minggu yang lalu tepatnya.

" Suh MPT minggu depan bawa siapa?" aku menoleh ke arah rekan rekanku.

" Wih pacar dong, untung dia bisa meluangkan waktu hehew."

Seperti biasa aku bersama ketiga temanku Andrias, Dimas dan tentunya Rafa. Ketiganya beruntung karena 'pacar pacar'  nya alias rekanitanya bisa datang untuk acara itu. Sedangkan aku? Seperti biasa nasipku masih mengantung, memang ya resiko anak ikatan dinas semua terikat dengan negara. Semoga saja ada kabar baik dari Kanaya nanti agar bisa datang ke Surabaya.

" Kalau lo gimana suh si Kanaya Kanaya itu bisa datang nggak?" Dimas menepuk bahuku.

" Gue nggak tau, belum ada kabar yang pasti mungin gue tepep sendiri ye kan?" aku mengangkat alis ku dan tersenyum ke arah mereka.

" Semoga bisa datang ya biar kita bisa foto foto bareng, kan nggak lucu mantan Danmenkortar kita yang swetil ini nggak punya gandengan." Andrias dan Rafa mendekat kini kami duduk melingkar.

ENTSCHULDIGUNG [COMPLETED]  Where stories live. Discover now