33. Jangan Kembali Lagi!

631 41 17
                                    

Mulai dari sekarang atau tidak sama sekali.

Note.

*****

K A N A Y A

Satu minggu, dua minggu, satu bulan, dua bulan tapi ini sudah satu setengah tahun. Terlalu cepat mungkin bagiku karena selama ini aku menjalani hariku dengan suka cita. Satu setengah tahun, itu artinya Bagustian juga sudah Praspa. Dia sudah lulus dan dia mendapatkan Bintang Adhi Makayasa seperti harapan ayah dan bunda waktu ulang tahun kami. Letda Inf Bagustian Wiradhana Aditya, S.Tr.Han begitu nama adikku sekarang. Tak ku sangka dia sudah besar dan jadi perwira!

Jika Bagustian sudah lulus, beda lagi dengan aku dan Mas Ferdinand. Hubungan kami masih itu itu saja dan masih terjalin sampai sekarang. Tak ada masalah serius yang menghalangi hubungan kami. Ada beberapa, tapi bukan masalah serius. Misalnya dia marah karena aku lagi lagi melanggar lantas, kalau di hitung hitung selama ini aku sudah 7 kali berurusan slip biru maupun hijau. Alasannya juga monoton 'lupa' dan pernah aku bekerja tanpa mengenakan helm dan saat itu juga sedang hari Minggu dimana sedang di adakan CFD dan ya bisa di tebak kalau aku langsung kena semprit bapak polisi terhormat. Jika berurusan dengan Mas Ferdi 5 kali maka ada beberapa yang aku lupa, yang jelas itu polisi selain Mas Ferdi. Kalau mendapat slip merah artinya harus sidang kan ya? Iya aku sidang di kantor Polda dan bertemu Mas Ferdi, aku hanya memasang wajah sok lugu di bumbui wajah totol jika bertemu dia di Polda. Jika Mas Ferdi ikut andil dalam sidang maka dia akan berperan sebagai tokoh yang sangat antagonis di sana.

Sampai sampai waktu itu karena dia sangat marah mungkin karena aku sering melanggar Lantas, dia mendiamkan ku selama satu minggu. Alhasil aku harus menyambangi rumah nya dan membawakan makanan ke sukaannya. Tak berhenti sampai di situ karena dia belum luluh maka aku harus meluluhkan dia lewat masakan masakan dari tangan ku sendiri, bukan beli. Dan itu harus sampai ke tangannya tanpa tangan lain, artinya aku sendiri yang mengantar makanan itu.

Seperti saat ini aku akan menemuinya di taman kota karena dia ada operasi lalu lintas di sana. Operasi patuh lalu lintas yang setiap tahunnya aku terjaring di sana. Aku melajukan motorku ke arah taman kota atau lebih tepatnya di dekat alun alun.

"Mau di tilang lagi Mbak?" Tanya salah satu polisi yang mungkin sudah tau wajah wajah pelanggar aturan sepertiku.

Aku hanya menyengir, "saya bawa surat surat nya kok."  Jawabku kalem lalu menghampiri Mas Ferdinand yang sudah selesai dengan tugasnya.

Dia duduk di bangku taman yang lumayan sepi karena ini jam jam nangung alias jam nya orang pulang kantor.

"Ibu mau kena slip merah atau biru hari ini?" Tanya nya setelah aku ikut duduk di sampingnya.

Sementara aku mengeluarkan SIM dan STNK ku juga beberapa surat cinta darinya. Surat cinta patuh lalu lintas ada yang merah dan biru. Dia hanya melongo melihat ku mengeluarkan kertas kertas itu.

"Astagfirullahhaladzim, Allah," dia menyenderkan kepalanya di bahu kursi dan memijat pelipisnya, "aku nggak bisa berkata apa apa lagi May, lain kali kayaknya kamu harus ikut sosialisasi bareng anak anak SMP deh." Katanya sambil memejamkan mata.

"Mas nggak mau marah dulu?" Aku memiringkan kepalaku menatapnya.

Dia mengusap wajahku halus, "Nggak, udah nggak bisa marah, kalau marah pun kamu udah khatam. Paling juga di ulang lagi." Ujarnya pasrah, "jangan pasang wajah kaya gitu, ntar mata kamu bisa lepas." Aku mengedip kedip kan kepalaku setelah dia mengusap wajahku.

ENTSCHULDIGUNG [COMPLETED]  Where stories live. Discover now