31. Soon To Be, But Not Now

496 45 9
                                    

Apapun itu lakukanlah sesuai kemampuan mu.

Notes.

*****

W R I T E R

"Gue di tantang Om Aditya buat lamar Kanaya suh."Pecah Ferdinand pada Yudhis yang menyetir mobil.

"Bagus dong itu! Lanjut gih gue support lo sepenuhnya buat lamar adek gue, jangan tunda tunda lah." Sahut Yudhis semangat.

"Gundul mu dul, nggak sekarang lah." Ferdinand menoyor kepala Yudhis keras padahal orang yang dia kerjai itu sedang menyetir.

"Santai ndan, kapan lo ketemu Om Aditya?" Giliran Yudhis yang bertanya pada Ferdinand.

"Waktu di rumah sakit kemarin." Ferdinand memandang ke depan tampak mengingat kejadian kemarin.

Flash back...

Suara adzan Asar terdengar sampai rumah sakit tepat di kamar inap Deas. Pak Aditya pun beranjak dari ranjang Deas menghampiri Ferdinand yang duduk di sofa.

"Masjid le?" Tawar Pak Aditya pada Ferdinand.

"Siap om."

Langkah keduanya menuju masjid di lingkungan rumah sakit. Mereka berdua berjamaah bersama orang orang yang ada di masjid ini. Empat rakaat telah di laksanakan dan orang orang beranjak pergi dan hanya nampak orang orang yang sedang berdzikir di tempatnya termasuk Ferdinand dan ayah dari Deas.

Pak Aditya memutar posisi duduknya menghadap Ferdinand dan berdehem, "saya mau bicara sama kamu."

"Siap, bicara apa om." Jawab Ferdinand tegas tapi tak terlalu keras.

Pak Aditya tersenyum tipis dan menghela napasnya, "jangan formal ya, saya cuma mau tanya kamu ada hubungan apa sama anak saya?"

Tubuh Ferdinand menegang mendengar pertanyaan itu, "saya cuma temen om."

ENTSCHULDIGUNG [COMPLETED]  Where stories live. Discover now