20. Hari bersejarah untuk Gilfa

Start from the beginning
                                    

"Terus, maksud dari satu lingkaran yang sama tuh apa?" tanyanya pada diri sendiri. Otaknya kembali berputar-putar untuk menemukan jawabannya.

"Satu kedudukan menjadi anggota? Apa maksudnya gue sama tuh orang satu perkumpulan terus jadi anggota dari geng? Berarti ini ada hubungannya sama Rosas Negras?"

"Ke mana-mana selalu bersama... aku ada di samping mu... namun kamu tak pernah menyadari itu? Kalau ibaratnya sih, gue sama dia selalu sama-sama, terus dia selalu di samping gue, dan yang terakhir. Gue gak sadar kalau dia selalu ngintai gue, gitu gak sih?"

Gara mendesah kesal. Hanya untuk memecahkan teka-teki ini saja sudah sangat pusing. Apalagi menjawab soal matematika. "Gak ada kerjaan tuh orang! Kalau berani sih to the point aja, jangan pakai teka-teki kayak gini!" gumam lelaki itu saking kesalnya.

Lalu matanya kembali membaca isi kertas yang tadi. "Aku selalu ada... di setiap harinya... berkumpul dengan semestinya... namun kembali lagi... kamu tak menyadari kehadiranku?" Gara membaca isi kertas itu dengan kernyitan heran.

"Yang dimaksud tuh orang, dia tuh selalu ada jadi kayak hadir gitu di setiap hari. Terus, kumpul kayak biasanya, tapi gue gak sadar lagi sama kehadiran tuh orang. Gue yakin ini sih anggota lain bukan Leon."

"Kalau gitu, gue udah salah paham selama ini. Yang dibilang Juki bener banget, pasti si Leon dijadiin kambing hitam biar gue percaya kalau pengkhianat itu si Leon. Ahk! Sial!"

Gara mengusap wajahnya dengan frustasi. Dirinya seperti dipermainkan oleh orang itu. Tetapi Gara tak tahu maksud teka-teki itu, dirinya hanya menerka-nerka saja. Mungkin terkaannya juga ada benarnya. Dan dirinya juga masih bingung, apa masalah orang itu berhubungan dengan dirinya atau hanya Rosas Negras saja?

Gara menggeleng pelan. Ia menghembuskan napasnya dengan gusar. "Kalau bukan si Leon, terus siapa?"

 "Kalau bukan si Leon, terus siapa?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gilfa terbangun dari tidurnya. Namun ada yang berbeda. Rasanya tidak sakit lagi seperti hari-hari kemarin, malahan tidurnya sekarang begitu nyenyak dan nyaman. Perempuan itu menggoyangkan tubuhnya, seketika matanya melotot.

"Kok empuk?" gumamnya.

Ketika bangkit, Gilfa menatap heran dengan keadaan dirinya. "Kok bisa ada di kasur?"

"Masa gue jalan sendiri sih? Atau bisa jadi Gara yang pindahin gue? Tapi gak mungkin, 'kan Gara pergi gak tahu ke mana."

Raut wajahnya langsung berubah sendu. Kejadian semalam masih teringat jelas. Gara yang pergi tanpa mengucapkan sesuatu. Kata maaf pun tak keluar dari mulut lelaki itu. Gilfa pun bangkit dan menuju kamar mandi.

Ketika keluar dari kamar mandi. Gilfa tercengang melihat Gara yang sudah rapih menggunakan seragam ditambah lelaki itu duduk di atas kasur sembari menatap ke arahnya.

Kapan datangnya? Itu yang Gilfa tanyakan, namun hanya di dalam hati.

Gilfa langsung bersiap lalu keluar dari kamar. Gara pun mengikuti langkah Gilfa. Ketika berada di luar apartment, Gara langsung membawa motornya ke hadapan Gilfa yang tengah menunggu di halte dekat gedung apartment.

GALARA [END] ✔️Where stories live. Discover now