17. Senyum misterius

Start from the beginning
                                    

"Lo kesepian gak ada gue?" tanya Gilfa sembari menatap Rain dengan serius.

"Iyalah, 'kan niatnya tuh mau liburan bareng anak-anak Rosas Negras, tapi lo sama Gara gak ada. Aneh sih, kok lo... bisa barengan sama Gara?"

Gilfa mengernyitkan dahinya." Barengan kayak apa?"

"Gak adanya. Jangan-jangan lo-"

"Apaan sih. Gak ada ya! Jangan nyimpulin macem-macem kalau gak tahu yang sebenarnya. Gue sama Gara gak ada, ya itu hanya kebetulan," potong Gilfa dengan cepat. Ia tak mau sampai Rain membuat opini yang tak jelas dan takutnya dirinya akan keceplosan.

"Kalem napa. Gue 'kan cuma beropini doang."

Gilfa mendesah pelan. "Lo tahu gak Rain?"

Rain menoleh ke arah Gilfa. Pandangan mereka beradu. Rain melihat netra hitam milik Gilfa sedikit berair. Ada apa dengan sahabatnya itu?

"Lo kenapa?"

"Lo tahu gak sih? Gue tuh kayak dilupakan sekarang."

Rain mengernyit. Dilupakan dalam hal apa? Rain sungguh tak mengerti. "Dilupakan siapa?"

"Lo."

Rain terkejut. "Kok gue? Gue gak ngerasa lupain lo kok."

"Semenjak lo jadian sama si Jiwa. Lo tuh jarang sama gue, apalagi pas waktu itu di kantin. Lo malah tinggalin gue dan milih si Jiwa. Gue nyesel kasih tahu Jiwa, kalau ujungnya kayak gini," ucap Gilfa dengan air mata yang mulai jatuh ke area pipinya.

Gilfa berbicara seperti itu memang kenyataannya yang dia rasa. Gilfa ingin Rain itu selalu ada untuknya walaupun sudah mempunyai pacar. Karena bagi Gilfa, Rain itu sahabat satu-satunya. Tidak ada teman lain yang sebaik Rain. Tidak ada teman lain yang satu frekuensi selain Rain. Rain ada untuk kebahagiaan Gilfa. Begitupun sebaliknya.

"Nyesek kalau jadi gue. Gue tuh butuh lo buat cerita, gue butuh lo tapi lo gak ada."

Rain melengkungkan bibir bawahnya. Air matanya pun turun, "Gil... maaf ya. Gue gak tahu. Kayaknya gue terlalu bahagia bisa pacaran sama orang yang gue suka dari dulu. Sampai gue sendiri lupain sahabat satu-satunya gue."

"Gue maafin. Tapi jangan di ulang. Gue tuh gak mau sendirian tahu, gue gak punya teman lain yang bisa pengertian banget kayak lo."

Rain memeluk Gilfa begitu erat. Siswa-siswi di kelasnya hanya menyaksikan tingkah gadis berdua itu dengan pandangan berbeda-beda.

 Siswa-siswi di kelasnya hanya menyaksikan tingkah gadis berdua itu dengan pandangan berbeda-beda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bos, gue udah lakuin sesuai rencana.

Nih bayaran buat lo.

Rekaman itu terus berputar-putar di otak Gara. Suara dari salah satu orang itu sangat menarik perhatian Gara. Entah itu benar atau hanya mirip saja. Namun, ketika penyadap suara itu Gara putar berulang kali, suaranya tetap sama seperti suara milik Leon.

Yang jadi pertanyaannya. Apa masalah Leon dengan dirinya atau Rosas Negras?

Semuanya nampak biasa. Dari wajah dan kebiasaan Leon di Rosas Negras biasa saja, tidak menampakkan raut kecurigaan. Tetapi, satu Minggu ke belakang Gara dibuat kaget sekaligus kecewa. Penyadap suara yang ditempelkan di bagian depan motor milik Leon, menyuarakan kalimat tadi.

Namun semuanya masih abu-abu. Belum menemukan titik terang kebenaran yang aslinya. Jika memang Leon, lantas untuk apa mengirim kotak hitam yang berisi teka-teki? Dan juga, cara dia untuk mengadu domba gengnya dengan geng lain. Masih sulit untuk ditebak.

Gara mendesah kasar. Ia bangkit dari kasur dan memasuki kamar mandi. Beberapa menit kemudian, Gara keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk sebatas pinggang tanpa atasan. Lelaki bertindik itu menghampiri lemari dan membawa setelan baju simple-nya. Celana hitam sobek di lutut dengan atasan kaos berwarna senada juga.

"Gue pergi, dan lo gak usah tunggu gue pulang," katanya ketika sudah berada di ruang tamu apartment.

Gilfa mengangguk patuh.

Basecamp....

Gara memarkirkan motornya di dekat motor milik Juki. Lalu melepaskan helm full face-nya dan melangkah memasuki basecamp. Di dalam sudah penuh dengan anggota lainnya. Malam ini adalah malam untuk menggantikan anggota inti Rosas Negras. 106 anggota secara bersama-sama memakai jaket kebanggaan Rosas Negras termasuk Gara juga.

Gara sang ketua langsung berdiri di hadapan anggota lain. Ia tak ingin lama-lama dalam mengambil keputusan.

"Selamat malam!"

"Malammm!"

"Gue bakal umumin pengganti Leon sebagai anggota inti. Gue dan anggota inti lainnya udah sepakat buat milih salah satu dari kalian semua. Gue mau... ketika gue milih salah satu, yang lain jangan pada sirik. Cukup menerima dengan lapang dada, suatu saat nanti lo semua juga bakal kepilih jadi anggota inti, sesuai generasi."

"Jadi yang gue sama anggota inti lainnya pilih, yaitu... Bima."

Bima yang merasa terpanggil pun lantas menoleh ke arah Gara. Menatap tak percaya jika namanya dipanggil dan dijadikan sebagai anggota inti dari Rosas Negras. Lelaki dengan perawakan tinggi itu maju ke depan.

"Gue pilih Bima. Gue yakin dia bisa amanah dalam menjaga Rosas Negras. Menjaga anggota lainnya juga, tapi... gue mau bilang sama lo. Apa lo gak ada niatan jadi seorang pengkhianat? Kayak Leon?" tanyanya. "Kalau lo mau jadi pengkhianat, bilang sekarang."

"Enggak ada Bos. Gue gak akan pernah jadi pengkhianat. Gue bangga bisa di pangkat jadi anggota inti, dan gue akan selalu amanah sama aturan dan semboyan kita," ucap Bima dengan penuh keyakinan.

"Lo serius?" tanya Dewa.

"Seribu rius malahan."

"Oke gue percaya. Tapi, jika kepercayaan gue lo rusak, gue gak akan pernah kembali percaya sama lo," ujar Gara dengan wajah seriusnya.

Setelah mengatakan itu semua. Basecamp kembali riuh ketika kedatangan pengirim makanan datang. Acara makan-makan ketika penggantian anggota inti berjalan sukses.

Namun, meninggalkan seseorang di balik jendela yang menampilkan wajah sedihnya. Dia Leon. Leon sedih ketika pangkatnya diganti oleh anggota lain. Mata lelaki itu menatap satu-persatu anggota Rosas Negras. Tetapi, ketika maniknya menatap ke arah Bima. Leon curiga ketika melihat senyum misterius yang ditampilkan dari bibir Bima.

"Maksudnya apaan tuh?" lirihnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi otaknya yang berkapasitas rendah itu.

-


Hayo Leon kenapa tuh?

Masih percaya kalau pengkhianat itu Leon?

Atau ada yang gak percaya?

Stay ya!

GALARA [END] ✔️Where stories live. Discover now