Mata lelaki itu sangat teliti melihat ke arah bagian kertas. Namun belum menemukan petunjuk lagi. Samuel terus mencoba sampai pada akhirnya ia menemukan kata yang berada di bagian ujung dalaman kertas warna putih itu.

"Lihat? Tulisannya tuh, cuma wajah. Kalau dipikir-pikir, aku adalah orang yang sama, namun yang membedakan hanya satu. Coba kamu tebak? Jawabannya wajah. Benar 'kan?"

"Lo emang pinter, El!" kata Dewa tersenyum bangga.

"Lo orang yang bisa diandalkan di Rosas Negras. Gue bangga, Bro!" balas Gara tersenyum bangga pula.

"Gue gak sombong nih. Cuma otak gue ini yang paling pinter diantara anggota-anggota lainnya." Perkataan Samuel mendapatkan jitakan kecil di daerah dahinya. Siapa lagi pelakunya jika bukan Gara dan Dewa.

"Terus kalau jawabannya wajah, yang menjadi jawaban yang memastikannya tuh apa?" tanya kembali Dewa. Karena jujur saja, ia masih bingung. Jika jawaban teka teki ini wajah, lantas apa fungsinya si orang itu mengirim hal beginian?

Seperti tak ada hubungan apapun dengan Rosas Negras.

"Gue yakin, pasti orang itu bakal kirim lagi hal beginian. Bukan cuma satu, mungkin banyak."

"Bener Ga! Yakin banget gue."

"Gue bakal simpen dulu yang ini. Kalau lo atau yang lain nemuin sesuatu yang mencurigakan, langsung kasih ke gue aja dulu, jangan sampai dibuka sama yang lain." Gara memberitahu pada dua orang itu. Dan mereka pun mengangguk setuju akan perintah Gara.

Gara sudah diijinkan pulang dari pihak rumah sakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gara sudah diijinkan pulang dari pihak rumah sakit. Kini lelaki itu tengah menidurkan badannya di atas kasur empuk tempat ternyaman nya. Pandangannya mendongak untuk menatap benda pipih yang ia pegang. Kegiatan itu tak berhenti sampai jam di dinding menunjukkan pukul lima sore.

Gilfa yang masuk ke kamar langsung berdecak sebal. Tingkah suaminya itu seperti tak berdosa sekali. Seprai kasur acak-acakan, bantal dan guling tergeletak dilantai. Apa sih yang dilakukan oleh Gara, sehingga membuat kekacauan di ranjang itu?

"Gara kamu tuh 'kan lagi sakit, kok bisa seprai, bantal, sama guling jadi kayak gini? Orang sakit biasanya diem doang, rebahan. Lah ini motah!"

Lelaki itu hanya menatap malas ke arah Gilfa. Dengan sengaja kakinya menendang-nendang seprai dan selimut, hingga menambah kesan acak-acakkan.

"GARA!"

"Berisik lo!"

"Bisa gak sih nurut?"

"Gue nurut sama lo?"

Gilfa mengangguk.

"Gak sudi!"

"Serah!" Gilfa mengakhiri dengan suara tak kalah tinggi. Lalu, perempuan itu memungut kembali bantal dan guling yang berada di lantai lalu menyimpan benda itu di sisi kasur.

GALARA [END] ✔️Where stories live. Discover now