14. Kertas kosong

Start from the beginning
                                    

"Mom..." ucapnya melangkah menghampiri wanita paruh baya itu.

"Eh sayang. Kamu dari mana aja?"

"Em, maaf ya Mom. Tadi Gilfa dari kantin, mau nunggu di sini juga lagi ada temennya Gara. Dan Gilfa takut mereka curiga kalau Gilfa tungguin Gara."

"Oh gitu. Ya udah gak papa," jawabnya. Lalu tersenyum. "Emm... mending kamu pulang aja ke apart, Gara biar jadi urusan Mommy dulu, besok kamu boleh ke sini lagi."

"Mommy sendiri gitu di sini?"

Rindi menggeleng. "Enggak. Nanti Papi mau ke sini kok. Kamu ke apart aja ya, istirahat yang banyak biar besok ada energi lagi."

Gilfa hanya bisa mengangguk patuh pada perintah sang mertua. "Ya udah Gilfa pulang aja. Mommy jaga diri ya, kalau begitu Gilfa pamit."

"Hati-hati dijalan ya?"

Gilfa menaruh handuk basah itu di kursi riasnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gilfa menaruh handuk basah itu di kursi riasnya. Pandangannya menatap ke arah cermin, menelisik setiap inci wajah darinya. Yang ia lihat, semuanya nampak sempurna. Terus hal apa yang harus ia permasalahkan dari penampilan dan fisiknya?

"Gara gak suka gue tuh dari apanya sih? Wajah cakep, fisik baik. Terus apanya?"

"Kalau iya dia gak cinta gue? Terus kenapa terima pernikahan ini walaupun terpaksa. Dia 'kan bisa kabur gitu, atau apa kek biar gagal nikahnya sama gue. Dia kayak fine-fine aja."

"Walaupun kamu gak cinta sama aku ya Gara. Aku bakalan mengejar cinta kamu terus ambil hatinya dan aku juga bakal bikin kamu jatuh cinta semati-matinya sama aku. Kalaupun cara aku gak mempan, mungkin aku akan menyerah di hari itu juga."

"Semuanya butuh proses untuk menjalankan sesuatu."

Perempuan itu terkekeh geli mendengar suaranya sendiri. Bibir kecilnya jadi mengerucut. Ia masih khawatir dengan keadaan Gara, kapan lelaki itu akan cepat sadar? Gilfa ingin menanyakan sebab dan bagaimana lelaki itu sampai babak belur.

"Akh Gara! Bikin khawatir aja. Cepet sadar dong?"

Pagi itu, Gilfa membawa kotak makanan yang berisi beberapa masakan yang ia buat. Makanan itu ia hidangkan hanya untuk sang mertua. Fyi, Gilfa itu sedikit bisa diandalkan dalam hal memasak, masakan apapun yang menurutnya mudah ia akan membuatnya.

Langkah kakinya berjalan pelan di koridor rumah sakit, sesekali membalas senyum pada orang yang melewat. Sesampainya di ruang Anggrek nomor 1, ia pun langsung masuk ke dalam yang memperlihatkan mertuanya yang tertidur.

GALARA [END] ✔️Where stories live. Discover now