Tidak Ditemukan🍂

1.4K 97 0
                                    

"Permisi suster! Apa ada pasien bernama Alsya Fresinca di sini?" tanya Dian dengan sedikit khawatir.

Suster tersebut tersenyum. Lalu menyuruh Dian untuk menunggunya sebentar. Karna data perlu di cari terlebih dahulu, sebab bukan hanya pasien Alsya di sini. Masih banyak pasien lainnya, otomatis suster tidak langsung tahu. Dia mengeceknya terlebih dahulu.

"Pasien yang bernama Alsya Fresinca telah di pindah alihkan. Sekitar tadi malam perberangkatannya."

Dian menggeram kesal. Dirinya benar-benar terlambat. Andai bila dari kemarin-kemarin dirinya berangkat. Pasti masih bisa bertemu dengan Alsya. Mengacak-ngacak rambutnya prustasi. Aldi mencoba untuk menyabarkannya. Dian begitu terlihat sangat sedih menghkawatirkan Alsya.

"Di pindah alihkan ke RS mana?" tanya Billy.

"Maaf mas. Kami tidak bisa memberitahunya. Sebab ini privasi keluarga Pernando. Larangan di Rumah Sakit ini juga tidak di bolehkan memberi tahu tentang pasien, terkecuali keluarga pasien itu sendiri."

"Kita sahabatnya suster. Kita perlu bertemu Alsya. Beri tahu kami. Dan janji kami tidak akan memberi tahu hal ini pada orang lain, bahwa kamu telah membocorkan mengenai data pasien." dengan suara begitu kecil, meski begitu masih bisa terdengar oleh suster.

Tetapi suster tersebut masih bungkam. Dia tidak ingin memberi tahukannya. Bahkan, dia memanggil satpam, agar mengusir Aldi, Dian serta Billy.

Billy mengajak dua sahabatnya untuk pergi. Lebih baik mengalah dari pada mengundang keributan di RS ini. Kali ini mereka kehilangan jejak. Tidak tahu harus bagaimana? Dian berusaha melacak kembali keberadaan Aldo. Namun, tidak bisa. Mungkin ponselnya mati, atau kartu ponsel itu di lepas dari tempatnya.

"Kali ini kita kemana?" tanya Aldi.

Mereka berdua menggeleng perlahan. Tujuannya tidak tahu harus kemana? Dian hanya diam saja sejak tadi. Tidak ada sepatah kata yang dia ucapkan. Seolah-olah dia ingin menyerah mencari Alsya, tetapi hatinya yang terus membawanya agar bertemu dengan Alsya.

Kini mereka kembali ke parkiran. Jalan pulang lah salah satu tujuannya kali ini. Mereka tidak mungkin mencari Alsya tanpa informasi sama sekali. Apalagi ini berada di kota orang lain. Dian, Billy, bahkan Aldi tidak tahu mengenai kota persinggahan Alsya. Dengan terpaksa mereka pulang, meski berat hati.

"Kita pulang" ujar Billy.

Aldi hanya mengangguk. Dan diam tidak ada respon sama sekali.

Baru saja akan melaju. Billy menginjak rem mobil dengan spontan. Terkejut tentunya, manusia aneh itu tidak melihat atau bagaimana? Seenaknya berjalan tanpa melihat situasi di sekitarnya.

Billy turun dari mobil dan menghampiri orang tersebut.

"Jalan tuh liat-liat bro." ucap Billy santai.

Lelaki berkeperawakan tinggi itu menatap Billy datar. "Maaf, dan permisi" ujarnya.

Billy tidak mengambil pusing hal sepele ini. Seketika dirinya akan kembali ke mobil. Mendengar nama seseorang di sebut, Billy langsung mencarinya. Memperhatikan orang yang hampir Billy tabrak, dengan seorang gadis.

"Tian!! Aku mohon. Ketika nanti kau di tanya oleh keluarga Pernando. Jangan kasih tahu pelakunya aku. Aku takut"

Billy masih memperhatikan mereka berdua dari kejauhan. Terkadang Aldi mengganggunya, agar cepat kembali. Dengan keras Billy membentak Aldi supaya diam.

"Mereka sudah membawa Alsya pergi. Kali ini kau aman. Tetapi entah bagaimana kedepannya? Mereka tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja. Percuma, meski tidak memberi tahu tentang kejadian itu pada mereka. Mereka sendiri akan tahu. Entah itu dari mulutku, atau mulut orang lain, bahkan mungkin mereka akan mengerahkan petugas untuk menyelidikinya. Pertanggung jawaban, yang mereka inginkan. Dan sangsi yang harus si pelaku tebus, itu sebagai balasannya."

Ada sesuatu yang terjadi pada Alsya, selain penyakitnya itu, ada sangkut pautnya dengan dua orang di depan Billy kali ini. Dengan langkah lebar, Billy menghampiri mereka berdua. Tanpa bertanya terlebih dahulu tentang kebenarannya. Billy memukul rahang lelaki tersebut keras, hingga tersungkur kebelakang.

Dian serta Aldi tentunya terkejut. Mereka bergegas keluar.

Billy memegang kerah baju lelaki itu dengan keras. "Apa yang kalian lakukan pada Alsya?" tanya Billy begitu dingin. Amarahnya tidak bisa di tahan lagi. Ini mengenai Alsya. Kupingnya tentu tidak salah mendengar yang mereka ucapkan. Untuk itu Billy berani bertindak sendirian.

Laki-laki itu begitu tenang. Suara tangis seorang gadis pecah. Itu tidak membuat Billy kasihan atau bahkan menyudahi ini. Sebelum mereka mengatakan yang sejujurnya. Laki-laki di hadapannya menjadi sebuah permasalahan bagi Billy.

"Katakan!!" bentak Billy di depan wajahnya.

Tentu semua pengunjung RS berusaha memisahkan Billy dengan lelaki tersebut. Satpam juga ikut untuk mengamankannya.

"Apa hubunganmu dengan gadis mayat berjalan itu?" tanya lelaki itu.

"Dengarkan ini! Saya pacarnya Alsya. Apa kau puas! Jadi katakanlah dimana Alsya di pindahkan? Dan apa hubunganmu dengan masalah yang tadi kau katakan pada gadis itu" ujar Billy tanpa berpikir terlebih dahulu. Hingga seseorang yang mendengar itu, terdiam.

Percekcokan terus saja terjadi. Tetapi Dian, hanya diam menatap, tanpa membantu. Perasaannya ada yang beda, terasa sesak. Tentu bertanya-tanya? Apa benar mereka pacaran? Atau hanya sekedar ucapan Billy saja. Dian sendiri tidak tahu kebenarannya. Yang jelas, terasa sakit.

Aldi berteriak agar Dian menolong Billy. Pertengkaran itu bukan berujung perdamaian. Namun, malah semakin rusuh.

Terlihat wajah mereka berdua terdapat memar. Lawan yang seimpas. Dian menarik Billy dengan keras agar menjauhi laki-laki itu. Membawanya jauh dari jangkauan banyak orang. "Apa yang kau lakukan bajingan!!! Apa kau tidak berpikir? Kita sekarang berada dimana? Ini bukan wilayahmu, bukan persinggahanmu. Jadi hentikan ini!!" tegas Dian dengan emosi. Nafasnya naik turun begitu cepat. Tatapannya begitu tajam.

Billy menyeringai. Seolah-olah menyepelekan Dian di hadapannya kali ini. "Dengar!! Apa kau tahu. Alsya masuk rumah sakit penyebabnya adalah lelaki itu. Aku masih punya otak, mana yang benar untukku dan mana yang salah untukku. Jadi tindakan yang aku lakukan itu semua benar." ujar Billy menjelaskan semuanya.

Dian hanya diam mematung. Dirinya tidak tahu sebenarnya. Sebab inilah Billy terlihat begitu marah. Dian pergi untuk menemui lelaki itu.

"Heh!! Kemana kau?" teriak Billy. Tidak ada jawaban sama sekali. Dengan terpaksa mengikuti Dian.

Brugh

Dian memukul lelaki itu keras. Kemudian membawa lelaki itu masuk kedalam mobil dirinya, tanpa sepatah kata. Setelah berada di dalam mobil semuanya. Dian menginjak gas mobil begitu kencang.

"Katakan!! Dimana Alsya sekarang?" tanya Billy.

"Bill!! Jangan dengan emosi." cegah Aldi.

"I-ii-tu bu-bu-kan salah Tian." ujar gadis itu dengan gugup dan gemetar.

Semuanya menatap pada gadis tersebut, dengan tajam.

"Akan saya jelaskan. Lebih baik kita bicarakan di Cam saya. Itu akan lebih nyaman." Trian tidak bisa menyembunyikan hal besar.

"Tunjukan jalannya" ujar Dian.

Trian mengangguk.

°°°

Kembali lagi dengan Lala di story BRHM. Hehehehhh.
Sudah lama tidak up nii.

Oh yah? Kira-kira Alsya di pindahkan ke RS mana yah? Tidak ada kabar sama sekali;(

Dari pada penasaran.

Tunggu story selanjutnya oke. See uuuu🔜🖤😘

BROKEN HOME (END✔) SUDAH TERBITWhere stories live. Discover now