Mimpi Aldo🍂

1.8K 115 0
                                    

Resya terus saja mengomel sejak tadi. Dia tidak suka berada di restoran yang di pilih Aldo. Makanannya termasuk dalam kesehatan para dokter. Bahkan beberapa dokterpun berdatangan ke restoran VGtrean. Hanya ada sayuran di meja makannya sekarang.

Liya menatap Alsya tajam. "Kenapa kau memilih restoran ini?" pertanyaan itu tertuju pada Alsya.

Tidak peduli apa yang di katakan Liya. Alsya memakan sayurannya itu dengan mentah. Terkadang di ikuti dengan nasi. Sekarang dirinya benar-benar menjaga pola makannya. Alsya tidak terlalu suka dengan sayuran, tetapi ini sudah harus menjadi kebutuhannya setiap hari. Alsya tidak menjawab sama sekali. Dia sendiri tidak memboking tempat seperti ini. Aldolah yang mencari tempat. Jadi, dalam hal itu Alsya tidak akan membalasnya. Bahkan meminta maaf atas tempat yang tidak nyaman ini bagi mereka.

Menurut Alsya sendiri tempatnya sangat nyaman. Catnya terlihat membangunkan sebuah fantasy. Banyak hiasan bunga serta terdapat juga bunga realnya. Di dalam restoran ini serasa berada di alam bebas. Catnya dominan dengan hijau. Terasa segar diam di restorannya. Harum apel masuk menembus indra penciuman. Sangat menenangkan. Namun, 2 orang di hadapannya itu tidaklah sangat menenangkan dan sebaliknya menyebalkan. Anak dengan ibu sama-sama menjengkelkan.

"Kalo gak suka. Gak usah di makan." ujar Aldo santai.

"Pernah belajar etika dalam sebuah ruang meja makan?" tanya Zein. Seketika mereka semua berhenti berbicara. Lalu melanjutkan aktivitas yang terhenti.

Terlihat Resya sangat enggan untuk memakan. Dia terus saja memasang mukanya yang cemberut. Tidak ada yang peduli sama sekali terkecuali Liya. Ibunya itu terus saja berbicara pelan. Membujuk agar putrinya memakan makanan di depannya.

"Kak Al!" panggil gadis kecil berumur 3 tahun itu. Dia turun dari tempat duduknya perlahan dan mendekat menghampiri Alsya.

"Raisya sayang!! Jangan ganggu Kak Al yah." peringatan Zein.

Gadis kecil itu cemberut. "La mau duduk di paha Kak Al. Mau makan baleng jugha" ucapnya cadel.

Alsya tidak ada reaksi sama sekali. Dirinya tidak mau di ganggu. Bahkan oleh anak yang memang Alsya tidak sukai, seperti mereka bertiga anak Liya. Meski di dalam darah daging mereka ada darah Zein. Tetap saja Alsya enggan.

Gadis kecil itu masih diam di dekat Alsya. Tangannya yang tidak bisa diam terus saja menarik-narik baju Alsya.

"Pergilah!" perintah Alsya. Agar gadis kecil itu menjauh dari dirinya. Tetapi itu percuma saja. Dia masih diam berdiri di dekat Alsya.

Alsya menyimpan kasar sendok serta garpu, hingga  menciptakan suara nyaring karna beradu dengan piring. Mengalihkan semua penglihatan mereka ke arah Alsya. Tidak peduli, Alsya bangkit dari duduknya. Melepas perlahan tangan mungil itu dari bajunya. Lalu pergi dari hadapan keluarga keduanya, tanpa permisi.

Menatap dirinya di kaca. Tidak nyaman dengan kadaan di sini. Baik perlakuan semuanya, bahkan ketenangan hidup yang terus saja terguncang oleh ibu serta anak-anaknya itu. Belum saja berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Alsya sudah tidak nyaman. Tetapi apa yang harus di perbuat. Dirinya di sini hanya ingin membuktikan. Satu, apa ibunya bisa berubah setelah Alsya pergi dari rumah? Dua, tentunya mencari ilmu yang banyak. Tiga, tidak membebani ibu lagi di sana, dengan biaya yang begitu banyak hanya untuk pendidikan Alsya. Empat, bisa jadi Alsya juga membawa kehancuran untuk keluarganya di sini.

°°°

Aldo pov

Menatap tajam satu persatu anak Liya. Sudah muak sejak tadi Liya yang terus saja mempojoki Alsya karna boking tempat yang salah. Raisya memeluk Liya erat. Ketakutan dengan tatapanku. Begitupun dua anak lainnya. Dia menunduk takut di marahi. Bisa di bilang aku begitu keras. Sama halnya dengan Zein. Aku tidak peduli dengan semuanya di sini. Liya sendiri tidak pernah berani berkata seenaknya padaku.

"Jangan pernah ganggu Alsya!!" ujar Aldo pada mereka bertiga.

"Raisya hanya ingin dekat dengan Kakanya itu. Begitu juga dengan Resya dan Breyen. Tidak masalah dong. Dia juga seharusnya gak berperilaku seperti tadi pada Raisya. Dia masih kecil." ujar Liya.

Mak Lampir itu terus saja seperti menyalahkan Alsya. Dia tidak tahu bahwa perilaku Alsya bisa lebih keras dari kelakuan tadi. Aku sendiri tahu, bahwa Alsya sangat kesal sekali dengan semuanya. Terlihat dari tatapan mata serta raut muka yang datar tanpa ekspresi.

"Saya ingatkan sekali lagi. Jangan pernah mengganggu ketenangannya!!! Bila saya sudah pergi dari sini. Jangan pernah memberi makanan yang tidak sehat pada dia. Mengerti!!"

Sebenarnya aku sendiri tidak ingin meninggalkan Alsya di keluarga ini. Ketakutan tentunya ada. Tetapi yakin, bahwa Alsya bisa menjaga diri sendiri. Kalo bukan karna pekerjaan yang penting, aku tidak akan pergi. Karna Zein tidak bisa pergi ke luar kota untuk itu aku sebagai gantinya.

Khawatirnya pada Alsya adalah sifatnya yang pendiam. Susah untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dia di sini belum memiliki teman sama sekali. Apalagi pergaulan di sini aku cukup tahu.

"Tentang makanan?? Alsya sendiri kan tidak terlalu suka dengan sayuran, setahuku Boy?"

Ucapan Zein itu membuat aku bingung. Alsya memang tidak suka dengan sayuran. Namun, sudah kewajiban Alsya mengkonsumsinya. Demi kesehatannya. Aku tidak ingin adik perempuanku kenapa-kenapa.

"Dia sakit? Sampai-sampai makanan harus sayuran terus." tanya Liya dengan pandangan yang memang sangat berbeda.

Terlihat dia tidak menyukai Alsya. Kelakuannya saja serta pandangannya begitu sinis pada Alsya.

Sialan!!

"Kesehatan harus tetap di jaga. Bukan hanya Aslya saja. Apa mau anak mu di beri makanan yang tidak sehat?? Tentu tidak kan" begitu tertamparnya mak lampir itu. Dia langsung terdiam tanpa kata.

"Tumben perhatian?" komen Zein.

"Ya elah. Udahlah gak usah di bahas. Awas aja kau bocah-bocah. Inget jangan ganggu Kak Al! Kalau ketauan abis kalian" ancamanku. Memang anak-anak itu sangat menjengkelkan. Bikin penat setiap harinya. Untung saja aku tidak pernah diam di rumah. Sekalinya ingin beristirahat. Hanya kebisingan yang selalu ada.

Ketenangan yang ada hanya di malam hari. Itupun si bocah sudah pada tidur. Barulah dunia ini tenang. Aku berusaha berbicara pada Zein. Agar pekerjaan ke luar kota bukan aku yang menanganinya. Karyawannya masih banyak. Kenapa dia mengandalkan aku? Prinsipku cuma satu. Bila orang lain bisa kenapa bukan orang lain saja. Kenapa harus aku?

Sejak pertama kali Zein menawarkan agar aku ikut berbisnis dengannya dan mengurus kantor, aku langsung menolak. Tidak ada ketertarikan sama sekali dengan bisnis seperti itu.

Aku hanya ingin membangun sebuah cafe yang berhubungan dengan kopi di dalamnya. Dari sejak kecil dan sebesar sekarang. Kopilah yang aku suka. Sampai kopi apapun itu aku sudah merasakannya.

Saat ini keinginan itu masih aku kejar. Ini akan menjadi patokan masa depan aku nanti, serta ingin memperlihatkan bahwa aku bisa bangkit sendiri.

°°°
Keren bangett mimpinya babang Aldoo. Aku siap kok menjadi istrimu. Karna kamu memiliki tekad yang kuat untuk mengejar kesuksesan sendiri🤍😋

Jan lupa tinggalkan jejak yahhh. View sma vote beda jauh bett huhuhu. Sad bett dahh. Jan lupa juga komen. Lalu di akhir cerita pencet tombol bintangnya heheh;Vv

See uu😘🖤

BROKEN HOME (END✔) SUDAH TERBITKde žijí příběhy. Začni objevovat