Rasa Sakit🍂

1.6K 112 0
                                    

Bila ada asap pasti ada api. Bila ada permasalahan pasti ada solusi.

_AlsyaFresinca_

°°°


Satu bulan kemudian.

"Alsyaa!!!" panggil seseorang dengan lantang di luar kamar.

Seketika Alsya langsung membaluti seluruh tubuhnya dengan selimut.

Suara decitan pintu terdengar jelas di telinga Alsya.

"Bangunn!! Tante ingin bicara."

Alsya hanya diam saja.

"Tante tau kamu tidak tidur Alsya!! Dengarkan tante!! Apa maksudnya kamu berperilaku tidak patut pada Arfan. Apa yang kamu tidak suka padanya? Jangan pernah membebani ibumu. Biarkan dia bahagia. Kau ingin melihat ibumu menderita? Sedangkan ayahmu bahagia di sana dengan keluarga barunya. Apa kamu tidak mempunyai pikiran Alsya? Dia juga ingin membangun keluarganya kembali. Dia ingin bahagia." ucapnya dengan tegas.

Sudah Alsya duga. Rani pastinya melaporkan perilakunya pada kakek serta nenek. Untuk itu Nani datang sebagai perwakilan dari mereka berdua. Nani itu adalah kaka dari Rani. Tentu dia tidak akan membiarkan adiknya tersakiti. Bahkan sekalipun mengomeli keponakannya dengan tegas.

Alsya mengibaskan selimutnya. Posisinya berganti menjadi duduk dan menatap Nani dengan tajam di bibir pintu. "Biar ku perjelas." santai Alsya.

Dia menginjakan kakinya di lantai, kemudian duduk di kursi meja belajar. Tangannya melipat di bawah dada, kaki kanannya menyilang menindih kaki kiri. Tatapan datar, sudah seperti bos yang akan memarahi karyawannya.

"Tante bilang saya yang membebani Ibu Rani? Lalu pertanyaan nya aku ingin melihat ibu menderita, karna perbuatan saya sendiri, anaknya yang bejad ini? Hmmm.... asal tante tau. Bila ada anak yang seperti itu. Berarti dia durhaka. Bukan begitu?"

Nani mengangguk cepat. "Itu, kamu tau sendiri."

"Saya sudah dewasa kan. Bila tante benar-benar orang tua yang mengerti akan sebuah masalah. Tentu tidak akan berbicara seenaknya begitu. Bila ada asap pasti ada api. Bila ada permasalahan pasti ada solusi. Untuk itu saya mencari solusi, bukan membuat hancur hidup manusia, bahkan membuatnya menderita. Apalagi ini Ibu saya sendiri." jawabnya dengan ketenangan.

Nani terlihat mengerutkan keningnya. Mungkin dia sedang berpikir keras sampai begitu.

Alsya berjalan ke arah Nani. Tersenyum menyepelekan tantenya di depan. "Bukan untuk menghina, apalagi menjelekan keluarga. Bisa kalian pikirkan dengan jernih kan. Ucapan manis si bajingan itu mampu menghipnotis semua keluarga. Terkecuali saya Alsya. Saya sendiri masih mempunyai pemikiran. Lain kali cari dulu, mana yang sebenarnya salah dan yang benar. Bila membela kebaikan demi menghindari keburukan yang akan terjadi, apa salahnya?"

"Dan kau ini benar tidak ada sopan santunnya. Tidak ada didikan sama sekali. Tante maklumi karna kurangnya didikan seorang ayah." bersih kerasnya. Masih tetap dalam pemikiran utama.

Deg

Lagi-lagi tertuju pada ayahnya itu. Dia tidak tahu apa-apa tentang masalah ini. Dan semua orang selalu saja menyalahkan pada Zein. Tiba-tiba, sekejap Alsya mengepalkan kedua tangannya.

Menyeringai. " yah kurang didikan seorang ayah. Bagus lah kalau memaklumi. Kedepannya terserah tante saja. Karna saya sendiri lelah saat ini. Dan ingin tertidur. Mohon maaf atas ucapan saya. Dan terima kasih atas kedatangannya ke rumah penuh kesedihan ini." ujar Alsya.

BROKEN HOME (END✔) SUDAH TERBITOù les histoires vivent. Découvrez maintenant