Bug

Gara mendesah tertahan. Pipinya berdenyut-denyut menimbulkan nyeri ngilu.  Serangan yang tiba-tiba sedikit membuat dirinya akan kesusahan.

"Gue ada salah?" tanyanya kembali namun masih saja tak ada jawaban dari keempat orang itu.

Lalu, keempat orang itu sama-sama menghambat Gara. Dua orang memegang tangan beserta badan Gara. Dua orang lainnya melayangkan pukulan bertubi-tubi ke seluruh tubuh Gara.

Gara memberontak namun kedua orang yang  di belakangnya memegang badan Gara dengan kuat. Gara sendirian tidak bisa melawan mereka yang datang secara tiba-tiba.

Bug

Bug

Plak

Bug

Plak

Sret

Entah akan berhenti sampai kapan pukulan itu. Tubuh Gara sudah kehabisan energi, sakit di bagian tertentu pada tubuhnya menambahkan kesan sakit berkepanjangan. Hujan pun tidak berhenti malahan terus menerus turun dengan deras. Wajah Gara sepertinya sudah tak ada bentuk lagi, banyak memar dan lebam di mana-mana. Satu bulir darah jatuh dari area pelipisnya. Matanya langsung terpejam dan tubuhnya ambruk di jalanan sepi dengan deraian air hujan yang turun.

Tak ada satu orangpun yang menjadi saksi kejadian tadi. Tak ada satu orangpun yang menolong dirinya dari pukulan keempat lelaki tadi. Semuanya serba sendiri, tidak bisa melawan keempat orang dengan tubuh besar itu. Entah apa salahnya dan berakhir sampai seperti ini. Sebelum kesadarannya habis, dalam hatinya ia berucap; tolong. Namun percuma, kata itu tak akan pernah didengar oleh siapa-siapa. Mungkin jika mempunyai kekuatan batin yang kuat dengan orang lain, maka seseorang itu akan merasakan bagaimana keadaan Gara dan apa yang sedang terjadi pada Gara.

Keempat orang itu langsung pergi meninggalkan Gara sendirian di cuaca dingin seperti ini. Sebelum itu, salah satu dari mereka menghubungi seseorang lewat panggilan telpon.

"Sudah beres, Bos!"

Gilfa sedari tadi terus mondar mandir

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Gilfa sedari tadi terus mondar mandir. Berulang kali perempuan itu lakukan. Wajahnya menyiratkan kecemasan mendalam. Hatinya merasa sakit, tetapi entah apa penyebabnya. Telpon dan pesan yang ia kirim pada suaminya tak ada balasan apapun. Hanya centang satu berwarna abu-abu. Perasaan cemasnya semakin bertambah, ia ingin bertanya pada teman-teman suaminya, namun takut terjadi kecurigaan. Tetapi masa bodoh jika mereka curiga karena dirinya menanyakan keberadaan suaminya.

"Halo, Wa. Gue boleh nanya gak? Apa lo lagi kumpul bareng Gara?"

"Gue gak kumpul kok. Malahan gue lagi asik pacaran sama Rain. Emangnya kenapa lo—"

"Halo, El. Gue mau tanya, lo lagi kumpul bareng Gara gak?"

"Engga—"

"Halo, Le. Lo kumpul sama Gara?"

GALARA [END] ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora