19-akang kendang-

93 5 1
                                    

-Happy Reading-

BAGIAN DELAPAN BELAS

NOW PLAYING : TIFFANY KENANGA - JANGAN BERSEDIH

****
Bukan marah ataupun benci yang membuat kita menjauh dari orang lain, tapi kecewa.

****

Pagi ini Ersya berangkat sekolah seperti biasanya, Ia turun dari motor lalu memberikan helmnya kepada Dimas. Sejak tadi malam moodnya tidak baik membuat Dimas yang tidak tau apa-apa terpaksa harus kena imbasnya.

"Udah dong Ca galaunya, muka lo surem banget kalo lagi galau." Ucap Dimas menerima helm dari Ersya.

Ersya menghela napas. Sebenarnya dia sudah tidak galau lagi, tapi entah kenapa pergi ke sekolah membuat dia tidak semangat. "Gue nggak galau, dan jangan bahas masalah itu lagi."

"Nggak usah ngegas juga kali." Ujar Dimas.

"Gue nggak ngegas Dimas." Ucap Ersya pelan.

"Yaudah sih, jangan galau-galau mulu. Ntar cantiknya ilang loh." Dimas terkekeh, menyentil hidung Ersya.

"Gue duluan."

"Eh.. eh, kok gue di tinggalin." 

"Gue mau ngumpulin laporan ke ruang OSIS." 

"Gue temenin." Tawar Dimas.

"Nggak usah, lo ke kelas aja gue bisa sendiri."

"Yaudah gue duluan ke kelas, ati-ati ketemu mantan gebetan." Ucap Dimas berlari meninggalkan Ersya.

Setelah merasa cowok itu sudah hilang dari pandangannya, Ersya melangkahkan kakinya menuju ruang OSIS. 

Saat di depan pintu ruang OSIS Ersya memberhentikan langkah kakinya, mungkin perkataan Dimas tadi adalah sumpah atau bisa dibilang kutukan untuk Ersya. Di dalam ada Aldian dan Dinda yang tengah berbincang dan sesekali tertawa, entah apa yang mereka bicarakan. Sepertinya mereka berdua belum menyadari keberadaan Ersya. Ersya menghela napas melangkahkan kakinya ke dalam, ia harus cukup kuat untuk menghadapi situasi yang akan terjadi beberapa menit kedepan. Hatinya sangat ragu, tapi raganya terus menuntunnya.

"Tumben pagi-pagi udah ke ruang OSIS?"

Suara itu, Ersya sangat mengenalnya. ingin rasanya ia menangis saat ini juga, apakah salahkah jika ia membenci keduanya? Tapi ini juga bukan salah mereka

"Eh kak Dinda, mau ngumpulin laporan acara kemarin, kalo nanti-nanti takutnya lupa." Jawab Ersya tersenyum simpul, lalu menghampiri Dinda tanpa memperdulikan keberadaan Aldian.

"Oh gue terima ya." Ucap Dinda tersenyum kikuk.

"Gue balik ke kelas dulu kalo gitu." Pamit Ersya.

"Sya." Panggil Dinda.

"Iya."

Kini bukan hanya Dinda yang sedang menatapnya, tapi Aldian juga tengah menatapnya. Ia tidak bisa berlama-lama disini, hatinya belum cukup kuat.

"Buat masalah kemarin--" Belum sempat Dinda melanjutkan perkataannya suara bel jam masuk telah berbunyi.

"Gue ke kelas dulu kak, udah bel masuk." Ucap Ersya, lalu melangkahkan kakinya dengan cepat. Dadanya kembali sesak, ia kembali teringat kejadian yang tidak pernah ia inginkan. Ersya masih kecewa, hatinya masih terasa sakit. 

"Nyari uang jatoh lo?"

Ersya mendongakkan kepalanya, ia mendapati bayu teman sekelasnya sedang berjongkok di depan kelas.

RUMIT [Hiatus]Where stories live. Discover now