23.Kencan

28 2 1
                                    

-Happy Reading-

BAGIAN DUA PULUH TIGA

NOW PLAYING : REZA DARMAWANGSA - YANG KURASA

****
Cinta adalah pemberian yang tak mengenal pengembalian, cinta adalah pengorbanan yang tak mengenal keluhan, cinta adalah kerinduan yang tak mengenal kesakitan. Namun cinta adalah cinta itu sendiri tanpa mengenal alasan.

****

Sekali lagi Ersya melihat pantulan dirinya di cermin, pagi tadi Aldian menelponnya memberitahu kalau dia tidak bisa menjemputnya karena akan mengantar mama nya belanja bulanan dan sebagai gantinya mereka akan pergi sore ini.

Ini bukan pertama kali ia pergi bersama Aldian, tapi entah mengapa hari ini ia merasa sedikit gugup. Terlebih lagi ia mengingat fakta jika ini semua terjadi karena Dere sialan itu. Teman-temannya yang laknat itu sudah pulang sejak tadi pagi karena memiliki urusan masing-masing.

Begitu pun Dimas. Cowok itu juga berpamitan pulang, padahal rumahnya itu hanya di samping kiri rumah Ersya. Ia  yakin cowok itu pulang hanya untuk melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda.

"Gini bagus nggak ya? Eh jangan entar kayak bocah lagi, tapi kalok di biarin gue suka gerah." Monolog Ersya.

Pintu kamar Ersya terbuka dan terpampanglah Dea mama Ersya yang tengah berdiri di ambang pintu.

"Anak mama udah cantik kok." Seru Dea.

"Bagusan dikepang apa di gerai ma?" Tanya Ersya.

"Dua-duanya bagus, tapi mama lebih suka kalo di gerai sih." Ujar Dea. Wanita itu duduk di tepi ranjang membuat Ersya ikut duduk di sampingnya.

"Udah ya?" Tanya Dea.

"Apaan?" Tanya Ersya balik.

Dea berdecak. "Udah jadian apa masih pdkt-an?" 

"Apaan sih ma." Ucap Ersya mencebikkan bibirnya.

"Tiap hari jalan berdua, di antar jemput, chattingan tiap hari, telponan setiap saat, masak nggak jadian-jadian." Cibir Dea.

Ersya mengerjapkan matanya menatap sang mama cengo, pasalnya yang dikatakan Dea ada benarnya juga. Ia yakin jika setiap ibu hamil memiliki kadar cenayang yang terpendam.

"Nggak ada yang jadian." Ucap Ersya sedikit ngegas.

"Bener nih nggak mau ngasih tau mama."

Ersya mendegus, bumil satu ini memang hobi sekali membuatnya kesal.

"Eca nggak pacaran ma." Jawabnya lemas.

"Harusnya kamu ralat omongan kamu itu, bukan enggak tapi belum." Sahut Bagas yang sudah berdiri di ambang pintu kamar Ersya.

"Papa jangan ikut-ikutan deh." Rengek Ersya.

"Papa sama mama nggak ngelarang kamu pacaran kok, tapi harus ingat batasannya."

"Itu urusan belakang, urusan terdepan belajar."

"Belajar terus, jodoh kamu di patok ayam tau rasa." Sahut Dea.

"Enak aja, ayam-nya yang bakal aku patok ganti." Serkas Ersya.

Diam-diam Ersya mengucap sumpah serapah dalam hatinya, selalu saja jika sedang berkumpul seperti ini pasti yang dibahas tidak jauh dari pacaran, jodoh, dan menantu. Apa-apaan emangnya, dia saja masih kelas dua SMA.

"Lagian Eca belum pengen pacaran, nanti kalo punya pacar terus putus entar kayak Dimas tuh galau terus." Imbuh nya.

"Kamu ini ngerasain pacaran aja belum udah mikirin galau putus, ada-ada aja kamu ini." Ucap Bagas dengan terkekeh.

RUMIT [Hiatus]Where stories live. Discover now