09. Si pengkhianat

Start from the beginning
                                    

"Lo anjing yang bangsat!"

Gilfa melotot. "Apa lo bilang? Gue bangsat? Gue laporin lo sama Tante Kinan, karena ulah lo gue celaka."

"Jangan dong sayang!"

"Sayang-sayang pala lo peyang!" jawab Gilfa dan langsung pergi menuju kamarnya. Di tengah tangga mamanya menelisik penampilan Gilfa dan sebuah perban yang mencuri perhatiannya.

"Tangan kamu kenapa sayang?"

"Ini cuma ke gores besi di sekolah, Ma. Jangan dipikirin ya, gak sakit kok. Gilfa ke kamar dulu."

"Oke. Oh ya, kamu udah ketemu sama Agra tadi, dia datang katanya mau ketemu kamu."

"Udah, baru aja beres ngobrol."

Geng Raganda pun sama mendapatkan pesan dari orang itu. Apa yang ia katakan kemarin pada Gara benar adanya. Geng keduanya tengah di adu domba oleh seseorang. Agra hanya bisa menggeram marah dan tak terima geng dirinya di adu domba dengan geng musuhnya sendiri. Apa si pengkhianat itu bagian dari anggotanya? Tidak mungkin. Pastinya ada seseorang yang ingin mengadu domba kedua geng itu, tapi motif utamanya apa? Apa kedua geng itu memiliki salah?

"BANGSAT EMANG!"

"Hei kamu bilang apa tadi?" tanya Sandra dengan mata yang melotot. Seketika nyali Agra menciut lemah ditatap seperti itu juga.

 Seketika nyali Agra menciut lemah ditatap seperti itu juga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ujian kedua tengah dilangsungkan. Bangunan sekolah bagian depan masih sama seperti kemarin. Rusak. Bahkan satpam yang menjaga gerbang untuk sementara waktu diganti, karena Pak Mahmud tengah terbaring lemah di rumah sakit. Januar Papa dari Jiwa marah ketika melihat sekolah milik ayahnya rusak oleh anggota geng. Januar juga tak segan-segan memarahi anaknya yang terkenal badung itu, apalagi menjadi anggota geng.

Jiwa pun hanya bisa pasrah ketika menjadi sasaran amarah papanya.

Pak Samsudin masuk ke ruangan ujian satu persatu. Ia akan mengumumkan sesuatu untuk para muridnya. Dan kini dia masuk ke ruang 3 kelas jurusan IPS.

"Assalamu'alaikum anak-anak. Mohon maaf mengganggu ujiannya sebentar. Saya ingin memanggil orang-orang yang kemarin ikut serta dalam pertempuran. Seusai ujian beres, untuk yang merasa ikutan dalam tawuran langsung datang ke ruang BK. Terima kasih, Assalamu'alaikum."

"Walaikumsalam."

Ujian sudah selesai. Sebagian murid sudah pulang. Tidak teruntuk anak-anak yang mengikuti pertempuran kemarin. Ruang BK sudah penuh diisi oleh anggota geng Rosas Negras, sebagian ada yang diluar ruangan. Pak Samsudin menatap satu-persatu anak-anak yang melakukan penyerangan. Jujur saja Pak Samsudin sangat geram dengan tingkah geng ini. Sudah capek malahan, ingin berhenti menjadi guru BK pun tak rela. Karena gaji di sekolah ini sangat fantastis.

"Siapa ketua gengnya?" tanyanya dengan mata tajam. Tetapi mereka tak takut sedikitpun ditatap seperti itu. Yang ada mereka ingin tertawa.

"Gue!"

GALARA [END] ✔️Where stories live. Discover now