30. Curhatan Seorang Rey

2.5K 119 6
                                    

Bel yang ditunggu oleh seluruh murid SMA Merdeka akhirnya berbunyi, semua siswa maupun siswi langsung berbondong bondong menuju kantin.

Dan seperti yang kalian bayangkan kantin yang tadinya sangat sepi dan tenang sekarang berubah menjadi sangat ramai dan sangat berisik. Tapi keramaian dan kebisingan itu tak mengalihkan perhatian seorang Rey ia menatap tak minat kearah depan nya.

Ia memutuskan untuk pergi dari kantin, membuat kedua sahabatnya mau tak mau harus mengikuti, tak harus sih namun sepertinya akan ada yang kurang jika di meja pojok itu tak ada Rey.

Seperti biasa Rey memutuskan untuk pergi ke rooftop jika sedang kacau. Tak lupa dua sahabat curutnya yang selalu mengikuti kemanapun dengan jajanan penuh, karena kata mereka "gue ikutan Lo kemana asal ada makanan" tak masalah bagi Rey bahkan ia lebih tak masalah lagi jika kedua sahabatnya tak ikut.

Sesampainya di rooftop Rey langsung duduk di sofa usang yang ntah sejak kapan dan ntah darimana sudah berada di situ, mungkin sekarang menjadi tempat andalan mereka bertiga jika bolos dan semacamnya, sedangkan Revan dan Dhafi memilih duduk lesehan di bawah, inilah kebiasaan mereka yaitu Revan dan Dhafi duduk di bawah tapi Rey di atas ntah apa alasan mereka begitu tapi itu terjadi begitu saja.

Dhafi dan Revan sibuk dengan jajanan mereka tak menyadari bahwa Rey sudah menghela nafas sampai berkali kali, dari tadi pun Rey tak memakan apapun, hingga akhirnya Revan menyadari ada yang aneh pada Rey.

Revan menaruh cemilan nya, lalu ia mendongak menatap ke arah Rey yang duduk di sofa. Ia menyenggol lengan Rey membuat Rey tersadar dari lamunannya.

"Kenapa lo?" Tanya Revan sedangkan Dhafi belum tertarik pada obrolan yang teman nya ciptakan.

"Sheila marah" dua kata hanya dua kata namun bisa membuat Dhafi tersedak oleh makanan nya.

"Ko bisa?!" Tanya Dhafi dengan heboh.

Dan disinilah seorang Reyhan putra prawira berbicara panjang  lebar hanya karena masalahnya dengan Sheila, benar benar membawa keajaiban Sheila ini.

"Lo gila si!" Ucap Revan menoyor kepala Rey dengan gemas.

"Kenapa?" Tanya Rey dengan muka bodohnya.

"Ah susah lah jelasin sama Lo. Sekarang Lo harus minta maaf sama dia, baru kali ini loh dia marah sampe pindah tempat duduk." Ucap Revan yang di angguki oleh Dhafi.

Demi apapun ini kali pertama Sheila semarah itu pada Rey, bukan karena Rey beradu otot dengan Kenzo bukan namun yang tak gampang adalah cara Rey membentak Sheila, hanya membentak? Memang tapi mungkin Sheila memiliki alasan lainnya.

"Gue harus apa sekarang?" Tanya Rey pada kedua teman nya, semoga pendapat keduanya tak aneh aneh.

Akhirnya mereka bertiga merencanakan sesuatu untuk meminta maaf kepada Sheila, mengapa tak langsung bilang "sorry" oh tidak semudah itu jika Sheila sudah semarah ini.

Di lain tempat Sheila dan kedua teman nya sedang menikmati makanan di kantin eh ralat hanya kedua teman nya saja yang menikmati tapi Sheila? Ah tak tau lah.

Sheila melihat Kenzo baru memasuki kantin, ia langsung berdiri meninggalkan kedua teman nya dan makanan yang baru ia makan setengah.

"Ka Ken" panggil Sheila saat ia sudah dekat dengan Kenzo.

Kenzo yang merasa namanya di panggil pun langsung menoleh ke belakang, ia menemukan Sheila yang sedang mengatur nafasnya.

"Jangan lari bocil" ucap Kenzo saat sudah berdiri di depan Sheila.

"Gue ga lari." Sanggah Sheila dengan muka garang nya.

"Terus..."

Ucapan Kenzo terpotong karena tiba tiba Sheila menarik tangan nya secara paksa. Kenzo hanya bisa tersenyum kecil saat melihat wajah Sheila yang dengan susah payah menarik tubuhnya yang lebih besar dari tubuh Sheila sendiri.

Kenzo mengerutkan kening saat Sheila membawa nya ke taman belakang sekolah. Disana hanya ada beberapa anak saja karena sisanya lebih memilih untuk ke kantin dan lapangan.

Sheila hanya diam merasakan angin yang menerpa wajahnya, Kenzo yang masih tak paham apa tujuan Sheila membawa nya kesini menoleh ke samping kanan nya, niat untuk bertanya ia urungkan ketika melihat Sheila sedang menutup matanya.

"Cantik banget heran gue" ucap Kenzo dalam hati.

Kenzo langsung menolehkan lagi wajahnya ketika ia melihat Sheila membuka mata.

"Ka, gue mau minta maaf soal semalem gue ga tau kalo Rey bakal ngomong kaya gitu ke Ka Ken" ucap Sheila masih dengan menatap lurus.

Kenzo yang mendengar ucapan Sheila langsung menoleh dan tertawa kecil.

"Santai aja kalo Cil." Ucap Kenzo masih dengan kekehan nya.

"Gue ga enak aja gitu ka, muka Lo sama babak belur gara gara Rey."

"Udah sembuh ko, kan di obatin sama Lo" Ucap Kenzo dengan senyum manisnya.

Plak!

"Sakit dih anjir" Kenzo mengusap ngusap tangan nya yang di pukul oleh Sheila.

"Bodo amat wle" Sheila menjulurkan lidahnya membuat Kenzo tersenyum miring.

"Nih bodo amat."

Kenzo langsung menyerang Sheila dengan kelitikan andalan nya, untuk informasi Sheila itu paling lemah jika di pegang leher dan pinggang nya.

Tanpa mereka berdua sadari dari tadi ada yang melihat semua kejadian yang Sheila dan Kenzo lakukan dari awal hingga akhir. Ia tersenyum ntah apa maksud dari senyum itu.

"Gue balik ke kantin ya laper gue cil." Ucap Kenzo yang sudah duduk dengan tenang.

"Gue juga."

Mereka berdua berjalan beriringan ke arah kantin, seperti biasa banyak desas desus tentang Sheila dan Kenzo, tapi seperti biasa pula mereka berdua hanya diam.

Sesampainya di kantin Sheila langsung di serang dengan berbagai pertanyaan oleh kedua sahabat nya, tak mau menanggapi Sheila hanya senyum sebelum memakan makanan yang belum ia habiskan tadi.

Lima menit kemudian bel pertanda berakhir nya istirahat berbunyi, Sheila dan kedua teman nya kembali ke kelas.

Sheila merapikan dulu bajunya sebelum masuk ke dalam kelas, tak lupa wajah yang berbeda dengan saat ia di kantin.

*Itu nulisnya gimana anjay pusing buset:( intinya beda aja gitu kaya kalo di kantin kan senyum nah kalo di kelas engga gitu yaa para pembaca.

Sheila menghampiri Faro, ya masih ingat Faro? Ia teman duduk Sheila hari ini mungkin seterusnya sampai ia berbaikan dengan Rey.

Tak lama guru pelajaran pun masuk, kelas yang tadinya ramai menjadi hening seperti biasa.

"Loh Sheila ko ga duduk sama Rey? Kalian berdua berantem?" Tanya guru itu, jangan salah kedekatan mereka berdua memang sudah di ketahui oleh semua guru.

"Engga bu" jawab Sheila, iya lah Sheila mana mungkin Rey buka suara.

"Ya kalo iya kalian berantem selesaiin dengan baik ya jangan sampe putus." Ucap guru itu membuat Sheila mengernyit heran, memangnya ia pacaran?

"Yasudah kita lanjutkan materi kemarin buka halaman 177."












Haiiii aku kembali!!!
Nah kan ceritanya gantung lagi kan? Gimana rasanya di gantungin?
Tuu guys ternyata Rey bisa ngomong panjang lebar ya?
Siapa yang mau cepet cepet buat Sheila sama Rey baikan? Kalo mau cepet mereka berdua baikan dan mereka berdua uwu lagi ayo vote dan komen sebanyak banyaknya, jangan lupa juga buat share ke temen temen kalian ya supaya mereka bisa ngikutin kisah Rey dan Sheila!!!

Temen Apa Temen✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang