22. Malam Minggu

2.8K 156 9
                                    

Sepulang dari bandara Sheila langsung masuk kedalam kamar, rasanya ia sangat galau perihal kakaknya yang kembali ke Amsterdam.

Tanpa membersihkan diri Sheila langsung memejamkan matanya berharap rasa galau karena kakak nya segera berlalu.

Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 15.30 Sheila langsung beranjak ke kamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi betapa terkejutnya ia melihat sang sahabat sedang duduk manis di kasur nya.

Rey menatap datar Sheila yang masih berdiri di ambang pintu kamar mandi, sedangkan Sheila yang di tatap datar oleh Rey bersikap biasa saja toh ia sudah sering di tatap begitu.

"Jalan." Ucap Rey singkat membuat Sheila yang sedang mengeringkan rambutnya menoleh.

"Ngomong yang jelas ogeb jalan jalan gue lagi ngeringin rambut di suruh jalan!" Ucap Sheila sewot.

"Ganti baju." Titah Rey tanpa memperdulikan sewotan Sheila.

"Mls." Sheila langsung keluar dari kamarnya meninggalkan Rey yang masih menatap datar ke arah Sheila.

Lima menit Rey hanya tetap duduk di kasur Sheila sampai ia sadar sedang apa dia disini? Niatnya ingin mengajak Sheila keluar kenapa ia di tinggal sendiri?

Rey langsung bergegas keluar dari kamar sahabat kecilnya itu, di lihat Sheila sedang duduk dengan berbagai cemilan di pangkuan nya, tanpa mengatakan apapun Rey langsung mematikan televisi yang sedang Sheila tonton.

Sheila menoleh ke arah Rey dengan muka merah menahan marah sedangkan Rey tetap dengan wajah tanpa ekspresinya.

Lagi dan lagi tanpa mengatakan apapun Rey langsung menarik tangan Sheila, sekuat apapun Sheila berontak Rey tetap tak melepaskan cekalan nya sampai Sheila sudah duduk di kursi samping kemudi.

Hening, tak ada obrolan apapun di dalam mobil milik Rey jika biasanya ada suara musik untuk memecah keheningan kali ini Sheila tetap membiarkan tak ada suara apapun.

"Kita mau kemana si Rey?" Tanya Sheila memecah keheningan.

"Jalan." Jawab Rey singkat.

"JALAN KEMANA WOI?! GUE BELUM GANTI BAJU! PUTER BALIK BURUAN!" Teriak Sheila menggema di dalam mobil.

"Berisik." Ketus Rey dengan tatapan tajam nya.

"Ish!" Sheila mencebik lucu.

"Lo cantik pake baju apapun." Kata Rey dengan tatapan yang tetap lurus ke depan.

Blush! Wajah Sheila terasa panas saat mendengar ucapan Rey. Jantungnya berdebar tak karuan seperti nya ia terkena serangan jantung dadakan, oh no! Sheila tak mau mati muda ia masih belum meminta maaf kepada abangnya karena waktu kecil ia sering kali mengambil uang kakak nya.

Sheila memalingkan wajahnya agar tak terlihat oleh Rey tapi usahanya sia sia karena Rey sudah melihat nya. Tanpa sadar bibir Rey tertarik sedikit ke atas membuat senyuman yang tak terlalu terlihat.

Sampailah mereka berdua di kedai es krim yang biasa mereka kunjungi dahulu, ya dulu sebelum Rey memiliki kekasih ah jika mengingat fakta bahwa orang yang sedang menggenggam tangan Sheila sudah memiliki tambatan hati sangat menyakitkan ya?

Sheila tetap melihat ke arah tangan besar yang sedang mengganggam erat namun lembut itu, apakah ini tidak salah? Bagaimana jika pacar Rey sedang berada di sekitar sini dan ia melihat mereka sedang bergandengan? Ah untuk kali ini Sheila ingin egois.

Mereka berdua sudah duduk di tempat favorit mereka, di dekat jendela yang langsung memperlihatkan keindahan pantai, ya kedai es krim ini langsung menuju pantai, orang yang mendirikan kedai ini sangat pandai membuat orang orang yang mampir kesini berdecak kagum karena suguhan pemandangan yang indah.

Temen Apa Temen✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang