Bagian 29 : Dejavu✨

164 8 4
                                    

Laki-laki itu benar-benar datang, bahkan ia tahu, sesudah Davin menelpon tadi, belum sampai 5 menit, orang itu sudah datang. Tampilannya, tidak seperti tampilan anak sekolahan.

"Kamu abis nangis?" Tanyanya saat ia sudah sempurna mendaratkan bokongnya di kursi yang berada didepan Devara.

Devara mengangguk, tak ada gunanya untuk menyembunyikan semuanya.

Davin,menepuk kursi disampingnya guna menginterupsi gadis didepannya ini untuk duduk bersamanya. Devara yang mengerti itu hanya menatap bingung Davin yang menepuk-nepuk tempat duduk di sebelahnya.

Sampai akhirnya Davin, bangkit dan menarik pelan gadis itu untuk duduk di sebelah dirinya. Devara? ia sama sekali tidak melawan seperti biasa.

"Kenapa nangis?" Tanyanya lembut, tangannya juga tak diam, sesekali mengusap surai hitam milik Devara.

"Satu sekolah tau, kalo gue hamil anak lo."

"Maaf. Karena aku, hidup kamu jadi rumit kaya gini. Maaf aku udah ninggalin kamu dulu, aku bener-bener gabisa jelasin sekarang, kenapa aku pergi dari negara ini."

"Lo pergi dari indo?kemana?"

Davin tersenyum, "Gausah dipikirin, yang jelas sekarang aku ga pergi lagi. Sama kamu, disini."

"Ngga pesen?"

Davin menggeleng, lalu membuka ponselnya, membuka salah satu aplikasi instagram,dan memposting salah satu Photo yang diambilnya beberapa tahun yang lalu, menggunakan baju yang sama seperti sekarang.

ddavinn

ddavinn   i dont know why, i still love u

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ddavinn   i dont know why, i still love u.

ddavinn   telah mematikan komentar

"Davin."

"Hm." Davin menjawab, namun pandangannya tak lepas dari ponselnya, membuat Devara sedikit geram.

"Liatin apa sih." Dari nadanya, tentu Devara sudah kesal setengah mati, cemburu?ah ia belum yakin kalau ia sedang cemburu.

Davin mematikan ponselnya, dan menaruh ponselnya di dalam saku celananya, "Pulang aja yuk, abang kamu nyariin barusan."

"Abang gue ada chat lo?"

"Iya barusan, dia udah tau soal kejadian lo di sekolah hari ini. Udah nyebar."

Devara menghela nafasnya, benar-benar, ia tak akan kembali ke sekolah mulai besok,"Secepat itu ya. Gue nyusahin banget."

"Udah gausa di pikirin, ayo pulang. Isirahat yang banyak. Sebelum pulang, kita mampir dulu ya, beli susu buat kamu."

Devara membereskan barang-barangnya,lalu ingin menenteng tas sekolahnya, namun Davin lagi-lagi menahannya, laki-laki itu dengan lucu— dengan tidak tau malunya menggendong tas sekolah milik Devara dengan motif boneka beruang itu.

Devara terkekeh, "Susu apa?"

Davin mengambil tangan Devara untuk digenggam, "Susu ibu hamil, bukannya kamu perlu itu?"

"Ah—iya, besok lo sekolah?"Devara bertanya untuk menghilangkan kecanggungan nya, karena kehamilannya adalah sesuatu yang benar-benar tidak bisa ia terima dalam hidupnya. Walaupun, sekarang ia harus menerimanya, menerima calon anaknya.

"Iya, kenapa?"

Davin yang berjalan dahulu untuk membukakan pintu mobilnya untuk Devara, menunggu gadis itu masuk terlebih dahulu, lalu ia memutar dan memasuki mobilnya.

"Ga takut malu?" Devara kembali bertanya saat Davin sudah mengendarai mobilnya dengan pelan.

Davin terkekeh, "Untuk apa Ra. Lagian aku mau kasih bogem mentah dulu ke mantan kamu." Jawabnya, matanya masih terfokus pada jalanan.

Melihat respon Devara yang terkejut karena Davin mengetahui masalah apa yang membuat ia menangis, ia terdiam beberapa saat.

"Lo tau?"

"Mata-mata aku di sana banyak, aku nanya cuma mau liat kamu mau jujur sama aku apa engga."

Deg.

•••

"Mau rasa apa?"

"Matcha gada ya?greentea gitu?"

Davin menghela nafasnya, Devara tidak bisa membedakan rasa saat membeli susu hamil dan rasa saat membeli Chat Time apa?

"Ara serius, ini bukan Starbucks atau Chat Time."

"Gasuka vanilla sama coklat, maunya matcha."

Davin bingung, apakah gadis disampingnya ini sedang mengidam?Setahunya wanita yang sedang hamil muda biasanya akan meminta makanan atau minuman yang tidak masuk diakal, ah agak merepotkan—tapi demi calon anaknya, ia harus sabar.

"Yaudah, kita ke Starbucks aja ya, beli greentea latte, susunya beli yang vanilla aja ya?nanti kita beli bubuk matcha nya."

Devara mengangguk lemah, layaknya anak kecil ia berjalan dahulu untuk keluar dari toko swalayan untuk ke mobil, moodnya tiba-tiba berubah dengan sangat cepat.

"Ah, gue kok ngidam cium bibirnya Davin sih, nak, minta yang lain aja ya." Devara menghelus perutnya yang masih rata ini, ia yang sedari tadi memperhatikan bibir Davin itu, ingin sekali menciumnya, sialan, kenapa harus itu.

Pintu mobil terbuka, menampilkan Davin yang sedang tersenyum manis sambil menaruh plastik yang berisi susu ibu hamil tersebut.

"Pipi kamu kenapa merah?"

"Hah?" Devara memegang pipinya, astaga, kenapa jadi panas begini.

"Sakit?" Davin menyentuh pipinya, hangat. Itulah yang Davin rasakan.

Laki-laki tidak peka, ia tidak sakit, hanya saja ia malu membayangkan kalau ia benar-benar meminta cium pada laki-laki yang ia tidak cintai it—

"Davin,gue mau cium bibir lo."

Sialan. Benar-benar, ah bagaimana tanpa jeda ia bisa mengatakan hal gila itu?!!

Davin menatapnya, melepas setbealt nya dengan mudah, menatap intens Devara.

"gue—"


TBC

About The Past✓ [Kim Rowoon]Where stories live. Discover now