Bagian 28 : Missing?✨

74 4 5
                                    

"Nyariin sape sihh?"

Tidak menghiraukan Camellia, Devara terus saja melihat kanan,kiri,depan,belakang, untuk mencari seseorang yang sudah berhari-hari tidak menampakan dirinya disekolah.

"Ra,lo di panggil ke ruang guru." Adinata, salah satu murid sebelah menampilkan kepalanya saja di depan pintu kelas, Devara yang melihat itu sedikit--ngg menyeramkan.

"Gue cabut dulu."

"Ikuttt." Camellia mengeluarkan jurus merengeknya, pasalnya temannya hanya Devara disini, walaupun gadis itu belum bercerita apapun tentang kenapa ia di jauhi dan dibenci oleh satu sekolah.

"Kagak Li, repot banget sih."

"Gue nunggu diluar sih Ra, Pleaseee."

Devara bangkit dari duduknya, mengangguk pada Camellia. Mereka berdua akhirnya berjalan menuju ruang guru, bahkan tadi saja Adinata tidak memberi tahu siapa guru yang memanggil Devara.

"Heh, lo gak pantes sekolah disini." Tivanka, lagi-lagi datang mengahadang mereka berdua dari arah lorong sekolah. Mereka bertiga kembali menjadi pusat perhatian murid yang sedang berlalu lalang disana.

Lagi-lagi Camellia lah yang terpancing emosi saat berada di dekat Tivanka, "Heh, gatau malu banget sih lo, untung-untung gue ga buat malu lo ya kemarin."

Tivanka mengeluarkan senyuman santainya, mengeluarkan ponselnya, menampilkan salah satu rekaman suara, kemudian gadis itu memperhatikan sekelilingnya, sudah ramai.

lebih bagus kaya gini, lo bakal lebih malu

Devara dan Tivanka hanya memperhatikan suara apa yang akan di dengar melalui ponsel tersebut, tunggu, bukan kah itu ponsel milik Panca?

'Iya ca. Kamu denger, aku hamil.'

'Davin gimana?mau tanggung jawab ngga dia?--'

Rekaman itu, adalah rekaman suara saat mereka berdua di belakang sekolah, saat Panca mengetahui bahwa Devara hamil.

Devara mematung,  jantungnya serasa tidak berdetak lagi. Ia tidak menyangka Panca akan sejahat itu dengan dirinya. Ia benar-benar kecewa. Benar-benar marah.

Beberapa siswa ada yang merekam kejadian itu, sama halnya dengan Devara, Camellia lebih terkejut lagi.

"Ara--"

PLAK!

Tamparan keras mendarat di pipi Tivanka, gadis itu membeku di tempat akibat terkejut.

"Udah Tiv?udah puas buat gue malu? dulu lo itu sahabat gue. Kenapa sekarang lo begini?!!" Setelah mengucap kata-kata itu, Devata meninggalkan mereka berdua,

"Ara!" Camellia memanggil namanya, namun ia tetap berjalan menuju kelas, ingin menemui seseorang yang benar-benar tak ia sangka sebelumnya.

Devara terus saja berjalan sambil meneteskan air mata, ia benar-benar tak menyangka, baru saja Panca kemarin menciumnya, namun, laki-laki itu benar-benar berbuat  jahat.

Dengan wajah memerahnya dan sembab ia memasuki kelasnya dengan terengah-engah, menuju Panca yang sedang bersama Ravi di kursinya, ia menuju laki-laki yang sedang tertawa lebar itu dengan tangan yang mengepal.

"Ngapain lo--"

PLAK!

Dua kali ia hari ini menampar pipi seseorang, dan sekarang Panca, tamparan Devara sekarang lebih kencang dari sebelumnya, ia sebenarnya tidak tega melakukan ini.

Panca memegang pipinya yang lumayan perih akibat tamparan, menatap Devara tajam, "Lo apa apaan sih?!"

"Lo yang apa apaan!"

"Ca lo bener bener jahat sama gue. Kalo lo emang benci sama gue, lo ga perlu pake cara kaya gini! gue benci sama lo tau ngga!" Devara mengatakan itu sambil terus saja menangis, sampai semua murid yang berada di kelas memperhatikan dua mantan sejoli tersebut.

Devara menuju kursinya lalu mengambil tasnya, pergi dari sana, jika perlu, untuk selamanya.

•••

"Lo dimana sih." Untung saja Devara hari ini membawa mobil sendiri, dia berkunjung di salah satu Caffe yang ada di dekat rumahnya.

Ia benar-benar kabur dari sekolah tanpa ijin atau apapun. Bahkan ia meninggalkan Camellia. Maaf Camellia.

Ia sudah menyangka satu sekolah sudah tau bahwa ia sedang hamil, ia yakin sebentar lagi ia akan di d.o dari sekolah. Ia tidak perduli, dari pada ia harus stress mendengar cacian pagi dari teman-temannya sendiri.

"Ini mba pesanannya."

"Oh iya, makasih."

Ia sempat memesan dua cloud bread dengan tambahan madu, dan matcha latte. Ia ingin menenangkan pikirannya sejenak. Caffe ini juga terlihat sangat tenang, hanya ada beberapa orang disini, tidak terlalu ramai.

Entah mengapa ia ingin menghubungi seseorang sekarang, apa bawaan dari bayi?

ddavinn

hm,lo dimana?

Belum terjawab. Haruskah ia menelpon? Namun,selang beberapa menit, sebuah panggilan masuk tertera di layar ponselnya, membuatnya terkejut setengah mati. Tidak masuk sekolah beberapa hari, tidak membalas pesan, tiba-tiba menelpon?

ddavinn calling you...

"Hm hallo?" Devara sedikit menetralkan suaranya.

"Kamu dimana?kata adinata, kamu pergi dari sekolah sambil nangis-nangis?" Suara Davin yang sedikit serak itu bertanya.

"Gue di ngg-- Cloud Caffe, bisa kesini?gue sendirian." Jawabnya.

"Oh, aku otw. Jangan kemana mana."

"Iya."

Ternyata laki-laki itu tidak menghilang sepenuhnya. Terima kasih, terima kasih sudah mau bertanggung jawab. Terima kasih telah kembali.

TBC

haii, maaf ya kemarin itu sebenernya aku mau update, cuman, yang aku tulis itu hilang,jadi aku nulis ulang:')


About The Past✓ [Kim Rowoon]Where stories live. Discover now