Bagian 22 : Decision✨

75 3 2
                                    

Davin hanya memiliki ibu saja, ayahnya meninggal tepat setahun yang lalu setelah mereka meninggalkan indonesia. Ya, Davin meninggalkan Ara. Sebenarnya ia sangat tidak bisa saat itu, namun ayahnya membutuhkannya di Australia untuk bekerja di sana, selamanya. Tapi takdir berkata lain, Ayahnya meninggal dan mereka berdua terpaksa harus kembali ke Indonesia.

Dan, Davin memutuskan untuk mencari Devara. Ternyata ia mengetahui sekolah yang Devara tempati, karena kepala sekolah di sana adalah pamannya sendiri, ia bisa bersekolah lagi. Pamannya lah yang membantu untuk menyembunyikan identitas aslinya,bahwa ia sebenarnya sudah lulus. Pamannya juga yang membantunya untuk sekelas dengan Devara, alibinya berjalan lancar selama ini.

Alasan utamanya berbohong adalah,agar Devara mencari tahu tentang dirinya, ternyata, tidak seperti yang dibayangkan dirinya. Devara malah semakin membenci dirinya, itu yang membuat Davin semakin kecewa, sejujurnya, memanglah salah dirinya. Harusnya, ia menjelaskan awal kepergian dirinya di masa lalu.

"Mah.." Davin memanggil ibunya yang sedang berkerja itu, Crystal menurunkan sedikit kacamatanya, menatap Davin.

"Kenapa?mama lagi kerja, nanti dulu."

"Tapi ini soal Ara." Ketika mengucapkan itu, Crystal langsung mengentikan ketikan jarinya di laptop, menatap Davin berbinar, sejujurnya ia merindukan gadis itu, gadis yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri.

"Yaudah, sini, duduk sini aja."

Davin masuk kekamar milik ibunya dan duduk di tepi kasur ibunya, sebenarnya ia tidak siap untuk mengatakan yang sebenarnya. Karena ia mendengar apa yang terjadi baru saja. Karena kamarnya dan Devara bersebelahan, Davin mendengar teriakan Devara, dan ia tahu kalau, Devara sedang mengandung anaknya.

"Kenapa sama Ara?"

"Mah,Davin udah jadi laki-laki brengsek. Davin, udah hamilin Ara," Davin memijit pelipisnya lalu kembali menatap ibunya, "Davin gak bertanggung jawab ma, Davin udah hancurin Ara."

"Kita kerumah Ara sekarang." Crystal mendengar itu terkejut sebenarnya, bagaimana bisa Davin yang baru saja tinggal beberapa hari disini sudah menghamili anak gadis orang. Bahkan anak itu baru saja memasuki sekolah. Ia pusing mendengar itu, apalagi gadis yang anaknya hamili adalah, Ara.

"Ng,mama engga marah?" Tanya Davin takut, ia takut ibunya malah tidak memperbolehkannya bertemu Devara dan calon buah hatinya.

Alih-alih marah, Crystal malah tersenyum pada Davin, "Kamu udah mau bertanggung jawab nak, itu yang buat mama engga marah, tapi mama kecewa. Jadilah laki-laki bertanggung jawab, kalau kamu gamau tanggung jawab tadi, udah mama bogem." Jelas Crystal di akhiri kekehan olehnya.

Davin terkekeh sekilas lalu bangkit dari duduknya, "Ayo kerumah Ara."

•••

"Gue sumbangin ke panti beneran lu ye."

Devan terkekeh, hormon ibu hamil emang seperti ini kah?

Setelah mendengarkan adiknya bercerita dari a ke b, Devan tidak mau terpancing emosi dulu. Devara lah yang menahannya agar tidak emosi dahulu, jika ia mau, ia langsung kerumah sebelah untuk menghajar habis-habisan lelaki yang sudah membuat Devara hamil seperti ini.

Ia takut adiknya stress, apalagi hormon kehamilannya.

Devan harusnya tidak memperbolehkan saja Devara untuk pergi ke pesta ulang tahun Tivanka. Lagian, Devara tidak pernah minum sebelumnya, tapi ia malah memaksakan minum. Ia merasa tidak becus menjaga adiknya, pasti diatas sana, mendiang ibu dan ayahnya sangat kecewa. Apalagi sampai kakek dan neneknya tahu kejadian ini. Bisa-bisa mereka berdua di bawa ketempat kakek dan neneknya di Aussie.

Devara masih saja setia di dalam pelukan Devan, Mereka berdua sedang di sofa, setelah acara tangis-tangisan tadi, Devan terbawa emosi dan akhirnya ikut menangis. Ah entahlah, ia terlalu menyayangi adik nakalnya yang satu ini.

"Jadi,keputusan lo gimana?"Devan bertanya sesekali mengelus rambut adiknya.

"Gue bingung, gue boleh ga si egois pan?"

Devan menghela nafas panjangnya, "Gaboleh Ra, emang lo mau apa?gugurin?"

Devara dengan cepat menggeleng, ia tidak mau membuat dosa besar lagi,"Gue mau yang tanggung jawab pacar gue, bukan Davin."

"Siapa?Panca?"

Devara sontak mengangguk.

"Gausah gila, ayahnya siapa yang tanggung jawab siapa." Jawab Devan tidak setuju, ia memang marah dengan Davin karena telah menghamili Devara, tapi Devan juga tidak ingin anak dari Devara nanti mengetahui jika Panca bukanlah ayah kandungnya kelak.

"Tapi pan, gue udah benci banget sama Davin. Bahkan awal gue masuk sekolah waktu itu, muka dia gada rasa bersalahnya sama sekali."

Sedetik kemudian, bel rumah mereka berbunyi tanda ada tamu yang datang. Namun, di tengah malam seperti ini,siapa tamu yang ingin berkunjung?

Kedua kakak beradik yang tadinya sedang berdebat sekarang keduanya saling memandang satu sama lain.

"Lo yang buka."

Devara mengangkat bahunya tak acuh, "Gak pan, lu."

"Heh,durhaka banget lo merintah orang tua." Finalnya, akhirnya Devara bangkit dengan malas-malasan.

Devara bangkit dari kemalasanya lalu berjalan menuju kedepan rumah mereka untuk membukakan pintu untuk tamu.

"Iya, sebentar."

Saat membuka pintu rumahnya, alangkah terkejutnya Devara ketika melihat siapa tamunya. Namun, dengan cepat ia kembali tersenyum ramah untuk menjaga kesopanannya.

"Ada apa ya?"

"Gue mau ngomong Ra." Davin membuka suara, ibunya--Crystal ikut tersenyum, ingin memeluk Devara sekarang, namun bukan waktu tepat sepertinya.

"Ma-- Tante masuk." Devara hampir saja menyebutkan mama, ah dia sekarang malas berurusan dengan Davin sekarang,sebenarnya.

Devara membuka pintu selebar mungkin untuk mempersilahkan kedua tamunya untuk masuk.

"Siapa ra--" Devan menggantung kalimatnya, menatap Davin dengan sengit, "Ngapain lo kesini?"

TBC

About The Past✓ [Kim Rowoon]Onde histórias criam vida. Descubra agora